KALIS & KARSA; 20

318 57 7
                                    

KALIS & KARSA; 20

"ANJRIT RABI?"

"Lo serius?"

"Lo nggak lagi hamilin anak orang, kan?"

"Bangsat!" Albar menyahut dengan wajah datarnya sebelum mengusap wajahnya kasar.

"Duduk. Jelasin," kata Karsa kali ini dengan menunjuk bangku di depannya melalui sorot matanya yang langsung diikuti oleh Albar.

"Gue sama Kristal udah lama kenal dan udah dari kecil cita-cita bokap sama orang tuanya Kristal buat nikahin kita berdua. Cuma kita berdua emang dari dulu diam aja bukan karena biar nggak ada orang yang tahu tapi emang nggak ada yang tanya aja," kata Albar.

"Otak gue masih belum paham. Lo kok mau dijodohin? Gue cariin cewek aja ogah-ogahan," sahut Libra.

"Setuju gue sama Libra. Biasanya lo selalu nolak sama bahasan kayak gini. Lagian emang Kristal mau sama lo?" tanya Naro yang langsung mendapat lemparan bantal dari Aligarh yang tertawa mendengarnya.

"Sialan! Kalau ada undangan berarti sama-sama mau dong toge! Gue juga nggak bakal maksa dia kalau dia nggak mau nikah sama gue." Albar menjawab, "Awalnya kita udah sama-sama mau nolak waktu jaman SMA dulu. Dia pacaran sama cowok lain dan gue fine-fine aja begitupun sebaliknya gue antar-jemput atau pergi sama cewek lain dia juga biasa aja. Cuma waktu gue mau lulus SMA nggak tahu ada angin darimana kita berdua malah makin dekat dan mutusin buat setuju sama perjodohan ini. Mungkin emang udah takdir kali, ya," lanjut Albar dengan tersenyum tipis.

"Dih-dih! Senyum apaan tuh? Lo nggak pernah senyum gitu ke gue," sahut Libra membuat Albar berdecak kesal sebelum tertawa kecil yang menular pada Libra dan sahabat-sahabatnya.

"Kapan?" tanya Karsa.

"Tunangannya habis gue sidang kalau nikahnya habis gue wisuda," jawab Albar.

"Gue penasaran apa yang bikin lo siap banget buat nikah?" tanya Aligarh kali ini.

Albar tersenyum penuh arti, "Hal abstrak yang nggak cukup dijabarin hanya melalui kata itu ya cinta namanya. Suatu saat nanti kalau semua udah siap buat kehidupan yang lebih serius gue jamin kalian bakal tahu sendiri apa yang gue rasain ketika Tuhan menjawab doa-doa lo selama ini," jawab Albar membuat teman-temannya tersenyum bangga kepadanya.

Karsa. Cowok itu sedari tadi tidak banyak bicara dan hanya menyimak semua obrolan yang ada. Karsa tidak menyangka hari ini akan tiba ketika satu demi satu ke lima sahabatnya mulai memberi kabar tentang keseriusan mereka dalam sebuah hubungan.

Padahal jika diingat rasanya baru kemarin mereka dengan rasa bangga mengelilingi Kota Jakarta yang luas ini menggunakan vespa matik andalan mereka yang setelahnya menghabiskan waktu mengobrol dan bersenda gurau di warung sederhana yang menjadi tongkrongan mereka sejak SMA.

Namun, kini semua ada masanya. Ada kalanya menjalani hidup dengan sedikit becanda dan ada pula saat dimana kita harus benar-benar serius menentukan arah hidup kita mau dibawa kemana termasuk dalam memilih pendamping hidup meskipun semuanya memiliki masa dan waktunya masing-masing.

"Temenin gue, ya, jalan ke plaminan nanti. Kalau gue salah dikit jangan diketawain malu banget soalnya dan doain gue semoga lancar waktu ijab qobul," ucap Albar serius membuat ke empat sahabatnya itu diam-diam merasa terharu.

Karsa menepuk bahu Albar, "Langkah kita nggak bakal kemana buat lo, Bar. Kita bakal dampingi lo sampai semuanya selesai," balas Karsa membuat Albar tersenyum haru.

"Semangat, Pamud!" Libra menambahi.

"Apaan Pamud?" tanya Naro.

"Papa Muda," jawab Libra dengan terkekeh yang menular pada teman-temannya yang tertawa mendengarnya.

K (Kalis & Karsa)Where stories live. Discover now