13

747 69 10
                                    












Penyesalan sebesar apapun memang tidak ada artinya, semua hal yang telah terjadi nyatanya tidak bisa diubah lagi. Sasuke rasanya ingin sekali kembali kewaktu awal dimana dia bertemu pertama kali dengan sosok Naruto dan jatuh cinta begitu saja pada sipirang, apakah masih bisa disebut cinta? atau saat itu Sasuke hanya terobsesi dan terbawa oleh napsunya saja yang adalah gay namun harus menjalani hidup penuh sandiwara dengan memiliki pasangan wanita.

Sasuke hanya terlalu buruk dalam menahan napsunya, merasa dapat memiliki segalanya dengan uang yang dia punya dan tanpa sadar malah menyakiti dan merusak sosok Naruto.

Sasuke memalingkan wajahnya, membuang pandangannya kearah lain dan memutuskan untuk menjauh dari ambang pintu yang setengah terbuka itu, mendengar suara tangis dari dalam sana lebih lama lagi mungkin saja membuatnya tidak bisa mengendalikan diri.

Meski begitu Sasuke setidaknya bisa sedikit lega sekarang, setelah perjuangan yang begitu panjang selama enam bulan ini akhirnya dia bisa membawa Hinata, mantan istri Naruto dan anak sipirang datang dan menemui lelaki yang Sasuke cintai itu. Keduanya kini berada didalam kamar Naruto, entah apa yang mereka bicarakan atau entah apakah sipirang akhirnya mau berbicara pada seseorang namun yang jelas sedari tadi terdengar suara tangis dari Hinata.

Suara itu jugalah yang membuat Sasuke memilih untuk menjauh, terlalu takut bila ada suara tangis lain yang berasal dari Naruto yang kemudian dia dengar. berjalan menyusuri lorong didalam kediamannya, disiang yang begitu cerah itu entah bagaimana Sasuke merasakan perasaan kelabu didalam hatinya, menunggu tiap detik dengan menegangkan.

tepat didepan pintu kamarnya terlihat disana Sarada, anak gadisnya berdiri dengan senyum manis menunggu Sasuke agar mendekatinya.

"ada apa nak?" tanya sasuke pada sang anak setelah jarak keduanya sudah dekat.

"papa ingin dibuatkan minuman dingin? cuaca sedikit panas hari ini..."

Sasuke tersenyum, melangkah lebih dekat lagi ke Sarada lalu mengelus lembut rambut anaknya itu.

"kalau tidak keberatan, buatkan papa jus jeruk lalu bisakah anak papa mengantarkannya ke kamar?"

"tentu saja bisa pa, papa masuklah kekamar, tunggu sarada disana, sarada akan menemani papa hari ini jadi papa tidak bosan, oke?"

"terimakasih sayang...."

Sarada mengangguk lalu dengan ceria gadis kecil itu berjalan menuju dapur yang tentu saja untuk membuatkan Sasuke jus jeruk sesuai permintaan ayahnya tadi.

Sasuke masuk kekamar setelah gadis kecil itu kemudian menghilang dari pandangan matanya, membiarkan pintu kamarnya sedikit terbuka lalu lelaki itu berjalan lurus menuju balkon kamarnya, membuka pintu kaca disana dan Sasuke memutuskan untuk berdiam diri disana sampai sarada datang.

benar saja diluar memang cukup terik ternyata, baru duduk sebentar saja diluar sini Sasuke sudah merasa sedikit gerah, namun bila dibandingkan dengan harus berada didalam rumah dan mendengarkan suara tangis tadi. berada diluar sini tidak buruk juga.







***











"kita tidak boleh memaksakan kehendak kita pada orang lain nak" itu adalah sepenggal kalimat yang masih diingat dengan baik oleh Sarada, nasehat dari ayahnya disiang yang terik delapan tahun yang lalu.

Suasana dan rasa kulitnya yang tersengat matahari ditemani dengan secangkir jus jeruk buatannya, semua hal yang dialami orang sekitarnya, semua hal yang dialami ayahnya telah menjadi pembelajaran berharga bagi Sarada, remaja belasan tahun itu menjadi dewasa dari segi pemikiran karena didikan baik dari ayahnya yang terus mengingtkan sarada untuk menjadi bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

menjadi debu || sasunaruWhere stories live. Discover now