Zico Flashback

1.1K 55 10
                                    


Kilas balik kisah Zico dan Aysria
Seri kedua Alexander's






Zico

Pemuda kecil yang berusia sepuluh tahun itu duduk membungkuk di tepi lapangan memukulkan bola dan terus terpantul.

Dua jam bukan waktu yang singkat, brengseknya ia terlahir sebagai seorang kakak dari Adik kembar yang terlalu aktif.

"Aku sangat suka nada ketiga, rapih! Sangat bagus di dengar," Suara yang terdengar cerewet itu semakin mendekat membuat tatapan pemuda kecil yang sejak tadi menunggu segera mengedar pada sumber.

"Itu Zico, sampai ketemu besok Ays!" Ucap Jessica berpamitan, gadis kecil itu berlari keluar lebih cepat dari lingkungan sekolah yang elit tersebut.

"Babay Ica!"  Balas Aysria melambai dengan semangat.

Aysria menoleh pada Zico, kakak kembarnya yang sangat pendiam itu hanya meliriknya singkat dan berjalan lebih dulu dengan mengenakan tasnya.

"Apa supir sudah datang?" Tanya Aysria, dengan memamerkan senyum jahilnya.

Zico muak melihat saudarinya itu.

Keduanya berjalan dengan santai sampai di parkiran dan memasuki mobil yang selalu supir rumah kenakan untuk menjemput dan mengantar mereka.

"Zico, kamu gak takut dekil kalau main basket terus?" Tanya Aysria, menumpukkan kedua telapak tangannya dan sedikit berbalik pada kakak kembarnya.

Zico tak menanggapi saudarinya itu, hanya acuh dan berfokus pada pemandangan jalan.

"Kalau kamu seperti Daddy, kamu bisa jadi boss, semua masalah orang lain yang kerjakan, kamu cuma memerintah, ahh enaknya." Aysria kecil dengan pipi gembul dan tubuh yang menggemaskan dengan pita merah di rambutnya itu hanya mendengus memanyunkan bibir.

"Kamu sekarang memang belum dekil, tapi kalau udah besar, ih kamu pasti hitam, jelek, dan ieeww bau," lanjut Aysria, masih tak dapat menahan ucapannya yang setiap hari menggentayangi Zico.

Zico masih tak bergeming, seolah robot yang sedang menahan berlian di dalam mulutnya untuk keluar dari sana.

"Ihss kembaran apanya? Pak! Zico pasti anak pungut kan? Gak bisa ngomong soalnya," Serius Aysria meminta persetujuan pada supirnya.

"Sabar Non, kan Den Zico memang begitu," jawab supir yang sejak tadi menahan senyum nya mengamati interaksi kedua anak majikannya.

"Yah, tapi Zico memang enggak mirip Mommy sama Daddy, Zico aura-aura rentenir," Keluh Aysria yang tiada hentinya.

"Non, mukanya mirip kan sama Den Zico?" Tak perlu bertanya lagi tapi Aysria butuh pertanyaan itu setiap hari lima puluh kali, entah pada teman-teman, keluarga hingga guru-gurunya.

Semuanya seolah tidak cukup.

Keduanya seolah saling tak mengharapkan satu sama lain, mengadu anak kembar dengan pertentangan karakter itu sangatlah menyebalkan.

"Kapan Zico terima kenyataan Ays butuh kakak yang bisa terima Ays," Ceplos Aysria dengan nada suara yang mendrama,

Supir yang sejak tadi sudah tersenyum geli kini tergelak puas dengan ucapan Aysria yang begitu persis seperti Viola, mereka benar-benar seperti pinang yang di belah dua, bedanya versi kecil ini sangat-amat cerewet!

ZICO (Ending)Where stories live. Discover now