15. 🥔🦋

30 4 0
                                    

Bagaikan hidup dalam lingkaran setan, jauh akan kenyamanan, tumbuh dalam persaingan dan perbandingan, tak ada aturan, meski terperosok jatuh asalkan menang, mengorbankan nurani, memenuhi gengsi dan harga diri, membuang kemanusian dengan melahap keserakahan.

Apakah kehidupan ini tidak bisa lepas dari tindak menjijikan demi menghindari kenestapaan?

Apakah kalian pernah mendengar? sekecil apapun perlakuan orangtua, seabai tutur kata mereka, akan tetap terukir dan melekat dalam memori seorang anak.

Bukan hanya pisau yang bisa menorehkan luka, perlakuan, perkataan, bahkan tatapan, dapat melukai seseorang.

" Aku memang tidak mengharapkan apapun darimu Lee Do Hyuk. "

" Terus jalani hidupmu sebagai orang tidak terlihat seperti sebelumnya! jangan menghalangi jalanku. "

" Aku terlalu malu sampai tidak kuasa melihatmu. "

" Kim Haru bahkan jauh diatasmu. "

" Umur kalian sama, tapi kau tidak bisa dibandingkan denganya. "

Omong kosong yang diucapkan Ayahnya selalu terputar jelas di kepalanya, tanpa sadar perkataan itu menjadi dokrit menyakitkan yang menyerang mentalnya, rasa rendah diri ketika selalu dibandingkan, dan perasaan tidak diinginkan terus menghantui masa-masa remajanya.

Awalnya aku hanya merasa sangat beruntung lahir dalam keluarga sederhana, orangtua yang saling mencintai, dan menjadi satu-satunya anak yang mereka sayangi. Sampai ketika aku memasuki sekolah menengah pertama, Ayah mendapat posisi tinggi dalam pekerjaanya, ekonomi keluarga yang awalnya sudah berkecukupan semakin membaik, status sosial kami semakin naik, Ibu yang awalnya hanya di rumah, menjadi sering keluar untuk menjalin relasi.

Hari-hari selanjutnya tidak lagi terasa normal dan damai seperti seblumnya, pertengkaran kerap terjadi antara kedua orangtuanya, sang Ayah yang menjadi sangat sibuk akan pekerjaan, dan ibu yang selalu berada diluar.

Memang, manusia itu akan diuji ketika memiliki uang dan kedudukan. Tepat ketika ia naik kelas tiga, kedua orangtuanya bercerai, karena ibu yang ketahuan berselingkuh, hak asuh sepenuhnya jatuh pada Ayah.

Tidak ada lagi keluarga impian, rumah yang nyaman tempat berpulang, cinta yang ia terima semakin berkurang. Ayahnya jadi semakin keras dalam mendidiknya, selalu menuntut prestasi dan membanding-bandingkanya dengan anak dari kolega-kolega bisnisnya.

Kim Haru, adalah anak yang seringkali Ayahnya ucapkan ketika memarahinya, Kim Haru yang berprestasilah, Kim Haru yang bisa menduduki rangking pertama umum di sekolahanlah, Kim Haru yang berhasil memperbaiki bisnis di perusahaanlah, Kim Haru, Kim Haru, Kim Haru.

Bukankah tidak adil ketika seseorang memiliki segalanya? Wajah, otak, harta, bahkan keluarga, apa tuhan sepilih kasih itu? Atau dirinya saja yang tidak berhak menerima semua kebahagian?

Ketika semuanya terlalu rumit, hanya satu kesimpulanlah yang bisa ia fikirkan, jika memang seorang Kim Haru yang sempurna ...mengapa tidak dia saja yang melenyapkan kesempurnaan itu? Dengan begitu Ayahnya tidak akan membandingkan mereka lagi, tidak akan memarahinya lagi, dan Ayahnya akan menerima ia apa adanya.

Kunci dari semua permasalahnya adalah Kim Haru, jadi dengan tujuan seperti itu, aku pindah ke sekolah dimana lelaki itu berada. Baru beberapa minggu ia disana, dan terlihat jelas sekali sesempurna apa seorang Kim Haru, wajah tampanya digandrungi banyak wanita, otak pintar dan segudang prestasi menjadikanya murid emas para guru, bahkan Ayahnya adalah donatur terbesar sekolahan, waaaah betapa hina dirinya jika dibandingkan dengan lelaki itu.

Sampai topik terpanas sekolahnya dipenuhi oleh Kim Haru yang terlihat menyukai seorang perempuan, bukankah itu sebuah kesempatan langka? Dengan merebut perempuan yang lelaki itu sukai...tandanya ia menang dari Kim Haru, meski ia memiliki seseorang yang sudah mengisi lama dihatinya, tapi demi menjatuhkan Kim Haru, ia akan mengesampingkan perasaan itu sejenak.

AmbivalenceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora