5.🥔🦋

30 4 0
                                    

Kedua remaja itu memasuki sebuah kedai yang kebetulan tidak terdapat pelanggan satupun, tapi dapat terlihat piring-piring kotor di hampir seluruh meja, yang artinya kedai ini sudah melalui waktu sibuknya.

" Eomma... aku pulang! " seru Eunchae, gadis itu dengan berlari kecil memeluk wanita paruh baya yang sebelumnya sedang membersihkan meja, dan tentu saja kegiatan mereka berdua tidak lepas dari pengamatan seorang lelaki muda yang hanya bisa berdiri canggung memperhatikan mereka.

" Eoh geurae...cepat ganti baju dan makan, aku sudah membuatkan telur gulung dan japchae untuk mu. " ujar sang Ibu dengan lembut sambil mengusap pucuk kepala sang putri kesayangannya.

Eunchae menjawabnya dengan anggukan dan senyuman tulusnya, sampai sebuah deheman mengintrupsi atensi kedua ibu anak itu, Eunchae sampai lupa jika ia membawa Haru untuk meminta izin.

" Ekhem. "

" Ah benar, Eomma kenalkan ini temanku, sebenarnya kami akan pergi bermain, apa boleh? " tanya Eunchae, perempuan itu sedikit tidak enak karena tak bisa membantu sang ibu.

" Begitukah? " tanya sang Ibu yang sekarang sudah mengalihkan atensinya pada seorang remaja lelaki yang menurutnya sangat tampan.

" Benar tante, perkenalkan nama saya Kim Haru teman Eunchae, saya mau meminta izin untuk membawa Eunchae bermain sekarang. " ujar Kim Haru, terlihat kentara ketika lelaki itu sedang malu dengan telinganya yang memerah, tentu itu semua tidak luput dari penglihatan Ibu Eunchae yang menganggap itu sangat lucu.

" Nee Haru hakseng, tentu kamu boleh bermain bersama putriku, sebenarnya tidak perlu izin segala, kau sangat sopan sekali yaa... tapi sebelum bermain kalian harus makan terlebih dahulu. " kalimat Ibu Eunchae dengan lembut memasuki pendengaran Haru, membuatnya merasakan sebuah kerinduan amat besar yang selama ini selalu ia pendam.

" Eomma gwenchana jika hari ini aku tidak membantu? " tanya  Eunchae, tersirat perasaan cemas dalam raut wajahnya.

" Tentu saja tidak apa, Eomma sudah bilang habiskanlah waktu bersama teman-temanmu bukan malah terjebak di kedai setiap hari eoh? "

" Arasseo arasseo, gomauoyeo eomma, kalau begitu kami akan makan dulu sebelum pergi. " ujar Eunchae, perempuan itu langsung menarik pergelangan tangan Haru dan menyuruh lelaki itu duduk di salah satu kursi pelanggan, lalu gadis itu beranjak membantu sang Eomma membereskan piring-piring kotor bekas pelanggan, kemudian ia mulai membawa makanan yang akan mereka santap sore ini.

" Ayo makan, nanti keburu malam. " ucap Eunchae, gadis itu mulai menata lauk pauk dan menyendok nasi ke dua piring, untuknya dan tentu untuk lelaki dihadapan nya ini.

" Tidak perlu, aku tidak mau. " ketus Haru, lelaki itu malah sibuk dengan handphonenya.

" Wae??? Masakan eommaku sangat enak. "

" Lupakan, aku tidak terbiasa makan jam segini. "

" Apa maksudmu, terakhir kita makan itu saat jam makan siang, apa kau tidak lapar? "

" Ck, apa pedulimu?! Aku bilang aku... " perkataan Haru terhenti paksa ketika mulutnya tiba-tiba disumpal oleh Eunchae, rupanya gadis itu menyuapinya dengan sepotong telur gulung, tentu lelaki itu hendak marah tapi tidak jadi karena ia merasakan rasa yang sangat gurih dan nikmat memenuhi indra perasanya.

" Jangan banyak protes, makan saja, enak kan? " tanya Eunchae, sedangkan Haru tidak menghiraukannya, lelaki itu lebih memilih mengambil sumpitnya untuk makan, jangan salah sangka Haru melakukanya agar Eunchae tidak berisik, lagipula masakan Ibu Eunchae lumayan enak dilidahnya.

Sudah lama lelaki itu tidak memakan makanan rumah seperti ini, jika ia lapar biasanya ia akan memasak ramen atau makanan pesan antar, kehangat yang kembali ia rasakan membuat perasaannya jadi tidak karuan, kelembutan yang Ibu Eunchae berikan sangat mirip seperti Ibunya, kehangatan dan perhatian seorang Ibu yang sudah lama tidak ia rasakan.

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang