2.🥔🦋

38 4 0
                                    

Aku rasa takdir sedang mempermainkanku, pasalnya semalam aku sudah bersumpah tidak mau bertemu lagi dengan lelaki menyebalkan yang sudah memarahinya itu, sedari awal aku berkenalanpun dia tidak peduli dan tetap pada kegiatan tidurnya.

Mencoba mengabaikan hal yang mengganggunya, Eunchae berjalan menuju satu-satunya kursi kosong yang sialnya hanya tersisa disamping lelaki menyebalkan itu, walaupun meja di kelas ini sendiri-sendiri tapi tetap saja dia tidak suka jika harus bersebelahan dengannya.

Eunchae tahu jika lelaki itu tidak menyadari  kehadirannya, entah dia lupa dengan wajahnya atau memang dia tidak menghiraukan kedatangan murid baru di kelasnya, entah harus bersyukur atau menyesal, perempuan itu lebih memilih duduk dan memfokuskan pikirannya untuk mengikuti pelajaran.

Sebenarnya pertemuan semalam tidak sesederhana dia dimarahi oleh lelaki itu, nyatanya masih berlanjut.

Dengan penuh rasa dongkol Eunchae mendorong sepedanya menuruni jembatan penyembrangan, dia berjalan lumayan cepat saking emosinya atas perlakuan lelaki tadi.

Dia mengakui jika wajah lelaki itu sangat tampan, dia juga memiliki tubuh tinggi yang sangat proposional, Eunchae saja sempat terpana ketika mata mereka saling bertatapan, tapi tentu saja pemikiran itu muncul sebelum lelaki itu menunjukan sifat resenya.

Eunchae bersumpah akan mengingat wajahnya dan berusaha menghindari lelaki itu jika suatu saat bertemu. Sebenarnya dia sempat merasa bersalah karena membuatnya jatuh, walaupun tujuannya baik tapi tetap saja seharusnya dia tidak bertindak implusif.

Tapi belum juga meminta maaf lelaki itu sudah membuatnya naik pitam dengan membentak dan memarahinya, tapi sungguh kebetulan yang sial karena sekarang didepannya terdapat lelaki tadi yang sedang berdiri diam membelakanginya, dia sungguh aneh pikirnya, dengan acuh Eunchae mendorong sepedanya melewati lelaki jangkung itu.

" Kau mengikutiku? "  pertanyaan dari lelaki itu membuat Eunchae berhenti dan berbalik menunjukan wajah jengkelnya.

" Apa kau gila?! " setelah mengatakan itu Eunchae berniat segera pergi.

" Setidaknya kau harus melakukan sesuatu agar aku memafkanmu. "  ucapan lelaki itu kembali menyulut emosi Eunchae yang sudah perempuan itu tahan sejak tadi.

" Memangnya apa yang aku lakukan sehingga harus meminta maaf huh? " kali ini Eunchae sudah berdiri di depan lelaki itu sambil menyilangkan kedua tangannya.

" Kau mengagetkanku sehingga aku terjatuh, Lihat! Kau bahkan melukai pergelangan tanganku. " ujar lelaki itu, dia menunjukan pergelangan tangannya yang lecet kepada Eunchae.

Perempuan itu jadi merasa bersalah ketika melihat luka yang dia sebabkan, tapi tetap saja dia masih kesal dengan perilaku lelaki itu yang asal membentaknya.

" Baiklah aku minta maaf, aku hanya perlu mengobati lukamu itu kan?! "

" Euum tidak, belikan aku makanan. " jawaban lelaki itu membuat Eunchae melongo tidak percaya, apa sekarang dia sedang di manfaatkan? Padahal dia hanya berniat untuk menolong.

" Mwo??? Membelikanmu makanan?! Jeogiyo Ajeossi! Apa kau sedang merundung anak perempuan?! "

" Aaa...Aj...Ajeossi???!!! YAAAAK!!!! Aku ini masih seorang siswa! " protesan lelaki itu hanya Eunchae tanggapi dengan wajah meledeknya.

" Pokoknya belikan aku teoppoki di depan sana maka kita impas, asal kau tau perbuatanmu tadi bisa ku laporkan sebagai tindak percobaan pembunuhan. " ucap lelaki itu dengan senyum menyebalkan di wajahnya, malas berdebat Eunchae hanya menurut dan merelakan upah hari ini habis untuk membeli tteoppoki yang dia pesan beserta pugasan lainnya.

AmbivalenceWhere stories live. Discover now