BAB 1

74 6 0
                                    

Jangan lupa follow, vote dan komen ya🤍
.
.
.
.
.

Happy reading

Hari Senin. Hari di mana orang-orang kembali melakukan aktivitasnya, entah itu bersekolah, bekerja, dan lain-lain.

Seperti sekarang, seorang gadis awal 20-an tengah berkutat dengan layar monitor yang ada di hadapannya. Sesekali berdecak kesal mengasihani hari-harinya yang sangat melelahkan.

Sebelum itu perkenalkan, gadis cantik yang tengah sibuk menggerutu itu bernama lengkap Namira Rizkina Husein. Putri sulung Bapak Ahmad Husein dan Ibu Yumita Meysaroh.

Namira juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Nazlan Fayyad Husein yang kini tengah menempuh pendidikan kelas 2 Sekolah Menengah Akhir (SMA).

Berbicara soal pendidikan, Namira sendiri hanya seorang gadis lulusan SMA yang entah harus bersyukur atau bagaimana bisa diterima di sebuah perusahaan bidang properti yang sudah banyak memiliki cabang di berbagai kota besar di Indonesia.

Belum lagi posisinya yang sebagai Sekertaris CEO, membuat sosok Namira harus banyak-banyak bersyukur.

Namun nyatanya, Namira tidak serendah hati itu untuk selalu berucap syukur. Yang ada malah gerutuan dan decakan yang setia keluar dari bibir mungilnya selama satu tahun ini.

"Selamat Pagi Bu Namira." Sapaan dari seorang wanita dengan seragam khas Office Girl itu membuat Namira yang tengah berkutat dengan layar monitornya itu beralih menatap wanita tersebut dengan senyum ramahnya.

"Pagi juga Mbak Selly," balasnya.

"Ini sarapannya, seperti biasa," ucap Selly seraya menunjuk kantong plastik yang ada ditangannya.

Namira tertawa sebentar sebelum menjawab. "Terimakasih Mbak, seperti biasa ya?" Tanyanya.

"Seperti biasa Bu, nasi goreng dengan suwiran ayam, telor mata sapi dan juga kerupuk udang, khas Bapak Mansyur Al- Ghifari."

Penjelasan secara rinci dari Selly membuat Namira sontak tertawa cukup keras. Beruntung tempat dirinya sekarang jauh dari lalu lalang para karyawan perusahaan ini. Jadi, dia tidak perlu malu karena tawanya yang tidak elite itu.

"Sekali lagi terimakasih Mbak."

Setelah mendengar jawaban dari Selly, Namira bergegas memakan sarapannya sebelum atasannya datang.

Sarapan di kantor seperti ini sudah biasa Namira lakukan semenjak ia bekerja di perusahaan AZ Company. Ah, lebih tepatnya setelah Namira tahu sifat dan sikap asli dari atasannya.

Atasannya atau CEO perusahaan AZ Company ini masih cukup muda. Umurnya sekitar tujuh atau delapan tahun di atasnya.

Wajahnya yang SNI (Standar Nasional Indonesia) menurut Namira itu sudah mampu membuat para karyawati maupun perempuan di luaran sana terpesona hanya dengan melihat wajah rupawan atasannya.

Belum lagi dengan julukan CEO Muda yang disabet olehnya itu menambah kesan 'Wow' bagi para perempuan di perusahaan maupun diluar perusahaan.

Namun bagi Namira, atasannya itu sangat menyebalkan. Memberi tugas seenaknya padanya padahal itu bukan porsinya. Dan seenaknya menyuruh dirinya melakukan ini-itu yang menurut Namira tidak ada hubungannya sama sekali dengan jabatannya sebagai Sekertaris CEO itu. Hal ini lah yang membuat Namira mengasihani kehidupannya yang sekarang.

Sebelum bekerja di perusahaan AZ Company ini, Namira pernah bekerja di sebuah Caffe kecil yang gajinya hanya cukup untuk membayar kost dan biaya kehidupan sehari-hari nya selama jauh dari keluarga.

Namira masih ingat, dulu saat dirinya mulai mengeluh tentang gaji-nya di Caffe, Namira berinisiatif untuk mencari pekerjaan lain yang menerimanya sebagai lulusan SMA, entah itu di perusahaan kecil atau apapun yang terpenting baginya adalah, gaji-nya lumayan. Lumayan untuk beli mobil misalnya.

Dan, entah karena sebuah keberuntungan atau apa, Namira diterima di sebuah perusahaan bidang properti yang cukup besar seperti AZ Company ini.

"Kerja bukan melamun."

Lamunan Namira tentang kehidupan satu tahun yang lalu langsung buyar begitu mendengar terguran dengan nada rendah dari sosok yang ada di hadapannya.

Begitu mendongak, wajah rupawan atasannya terpampang jelas di penglihatannya.

"Iya Pak," jawab Namira malas dan segera membereskan bekas makannya.

"Ke ruangan saya sekarang." Perintahnya seraya berlalu meninggalkan meja sekertaris.

"Ke ruangan saya sekarang," cibir Namira lirih, tapi masih bisa di dengar oleh atasannya. Membuat sosok itu berhenti berjalan dan berbalik menatap Sekertaris-nya.

"Apa kamu bilang?!" tanyanya tegas, tapi terdengar menyebalkan di telinga Namira.

"Iya Pak Bian," jawabnya dengan nada dibuat selembut dan seindah mungkin.

Setelahnya, sosok CEO muda itu kembali berjalan dan memasuki ruangan yang berada persis di hadapan meja Namira. Meninggalkan sosok gadis yang sibuk mencibir dibelakangnya.

__________

Bersambung ....

Next nggak nih? Komen di bawah ya guyss, see you ....

Jangan lupa follow akun instragam nulis ku ya @PeNaila_

CRAZY BOSS WITH CRAZY SECRETARYNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ