"Mangka dari itu aku juga mau punya badan bagus. Tinggal bagian depan belakang aja yang harus dirawat biar gede." Kata Veera frontal.

"Otak kamu Veera!" Tuk! Maria memukul jidat Veera dengan sendok sayur ditangannya. Anaknya ini kalau bicara suka tidak difilter. Sepertinya sikap buruknya sewaktu muda menurun kepada anak-anaknya.

Veera mengaduh kesakitan hendak memprotes namun dipotong oleh suara melengking dari Maria yang kini teralih oleh adik perempuannya.

"Adreaa.. kamu ngapain disana astaga? Buruan gabung sini! Liat kakak kamu maruk banget makannya." Panggil Maria. Veera mengerutkan keningnya mendengar tuduhan Maria barusan. Hello! Bukankah ini perbuatan Maria sendiri yang begitu memaksanya untuk makan dengan porsi jumbo? Apa-apaan ibunya itu menuduhnya maruk.

Adrea membuka mulutnya hendak menyahuti perkataan Maria tapi sebelum itu suara teriakan yang berasal dari belakang membuatnya kembali menutup mulut dengan ekspresi lelah.

"Momsky tidak menyadari keberadaanku? Momsky melupakanku? Ini keterlaluan. Apa yang kamu lakukan itu jahat momsky." Ucap Dery dramatis. Oke! Sepertinya ia harus terbiasa dengan drama-drama murahan yang dilakukan Dery kedepannya. Pria itu sangat lebay menurut Adrea sangat bertolak belakang dengan tampangnya yang terlihat kalem.

Veera berdecak melihat tingkah Dery yang mulai gila."Yaaak! Bisakah cocot anda diam Hendery?" Veera menunjuk Dery dengan garpu bermaksud mengancam agar sosok yang berdiri ditangga tersebut diam, tatapan Veera menghunus tajam."Lo berisik!" Desis Veera selanjutnya.

Dery mengerut tak suka melihat kakaknya. Bibirnya menggerutu mengejek. Veera yang menangkap hal itu ingin sekali melempar Dery dengan centong nasi didepannya.

"Haish.. udah-udah! Dery kamu gak usah lebay deh. Anak laki-laki kok jablay! Adrea ayo sini ayam panggang kesukaan kamu ada nih mama buatin." Adrea melirik Dery yang kini berwajah masam mendengar sindiran dari Maria. Adrea terkikik geli lalu mendekat pada wanita yang kini berstatus ibunya. Dery juga ikut menyusul dengan raut sebal yang begitu kentara.

"Nah! Gini kan enak. Rukun, saling menyayangi, aduh.. manis banget anak mama." Kata Maria melihat ke-tiga anaknya yang kini sibuk menyantap makanan dipiring masing-masing. Suasana yang tadinya cukup damai hilang ketika Dery dan Adrea tiba-tiba memperebutkan ayam goreng.

Keduanya terlibat tatap-tatapan sengit dengan tangan memegang sisi yang berbeda dari ayam goreng yang terlihat tinggal satu dipiring.

"Lo cewek lo ngalah." Ucap Dery dengan suara rendah, bahkan seperti gumaman.

Adrea mempererat ayam goreng yang ia pegang. Enak saja mengalah, segala bentuk makanan jika itu berbahan ayam Adrea tidak akan mengalah. Ayam number one!

"Lo laki lo yang harus ngalah." Desis Adrea menekankan katanya.

Karna tidak ada yang ingin mengalah, keduanya terlibat perang sendok. Menimbulkan bunyi dentingan nyaring yang ditimbulkan karna sendok yang saling beradu.

Maria menghela nafas lelah melihat tingkah mereka yang ribut karna hal sepele. Berbeda dengan Maria, Richard malah menikmati pertengkaran kecil kedua anaknya itu. Mereka terlalu kekanak-kanakkan hingga bertengkar karna masalah ayam goreng.

"Bang lo kan udah makan sepotong tadi. Itu jatah gue berarti!" Protes Adrea disela-sela pertarungan sendoknya dengan Dery. Dery tak mau mengalah, Adrea jadi kesal.

Male lead AntagonistWhere stories live. Discover now