Misi Keempat

142 35 15
                                    

Walaupun mulutku pernah bersumpah

Sudi lagi jatuh cinta

Wanita seperti diriku pun ternyata

Mudah menyerah

Harusnya pertemuan para alumni Abang dan None tidak membangkitkan amarah dan emosi seorang Winaria bangkit

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Harusnya pertemuan para alumni Abang dan None tidak membangkitkan amarah dan emosi seorang Winaria bangkit. Setelah sekian lama Winaria merasa mati rasa terhadap hal apapun yang dilaluinya. Kini emosinya kembali tanpa permisi. Winaria menginginkan hatinya bisa merasakan kembali, apa itu rasanya bahagia. Itu sebabnya ia mengencani seorang Sultan. Lihat saja dirinya sekarang. Winaria merasa kacau. Kali ini dirinya hanya mendekam di dalam kamar mandi. Ia terus mengguyur dirinya dengan shower yang terus menyala.

'Chakra jahat!'

Dulu sekali Winaria pernah membayangkan dirinya dan Chakra ada di masa depan. Sebelum akhirnya Chakra mundur secara perlahan dan menghilang. Dalam benak Winaria versi remaja, yang saat itu dinobatkan sebagai pasangan Abang dan None terfavorite bersama Chakra membuat dirinya percaya, bahwa Chakra dan dirinya cocok serta nyambung satu sama lain. Sampai benih benih cinta itu tumbuh dan bersemi dengan indahnya.

Harusnya luka itu telah sembuh dengan sendirinya. Mengingat dirinya juga sudah ada tambatan hati yang baru. Tapi mengapa luka itu hadir lagi. Winaria tidak bermaksud untuk membenci Chakra. Ia hanya menyalahkan dirinya sendiri. Andai dirinya masih menjadi gadis yang seutuhnya untuk Chakra. Mungkin hubungan mereka masih langgeng hingga saat ini.

Tiba-tiba dering telepon dari ponselnya yang ditaruh di dekat wastafel menghentikan tangisnya. Ia pun beranjak untuk mengangkat panggilan tersebut. Saat satu nama yang tercantum dalam layar membuatnya mengernyit heran, dengan segera ia tekan tombol yang berwarna hijau pada layar.

⁰Siapkan dirimu. Saya akan sampai di indonesia mungkin besok pagi," panggilan tersebut langsung diakhiri oleh wanita di seberang sana. Bahkan Winaria belum sempat membalas perkataan sang kakak barusan.

Permasalahan yang satu belum juga selesai, sudah ada lagi masalah lain yang datang. Setelah Chakra hadir lagi di hidupnya, kini Alice juga kembali. Mengapa mereka harus kembali disaat yang sama. Setidaknya Winaria bisa hidup tenang walau terasa sepi tanpa mereka. Mereka yang dulu pernah mewarnai kanvas hidup seorang Winaria, namun mereka juga yang menghapus warna itu.

Winaria merasa kakinya tidak bisa lagi berpijak. Tubuhnya terasa lemas, nafasnya sesak seketika. Sekelebat bayangan bagaimana kakaknya menyiksa dirinya saat mengabarkan berita buruk yang ia lontarkan dulu kepadanya, terulang kembali begitu saja bagai kaset rusak. Pertengkaran hebat itu menjadi awal perpisahan antara Winaria dan Alice. Tidak ada yang berani memihak antara Winaria ataupun Alice. Mereka berdua sama-sama korban.

Winaria mengeratkan pegangannya pada tepi wastafel. Kemudian ia menghela nafas kasar. Winaria melihat pantulan dirinya sendiri yang kacau lalu memutuskan untuk benar-benar melepaskan gaun basah yang masih ia kenakan. Seketika pandangannya turun ke arah luka yang melintang di bawah perut. Ia kemudian mengusap bekas jahitan yang membentuk sebuah keloid. Saat itu juga ia berbisik pada dirinya sendiri.

Jatah Mantan [SUDAH TERBIT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें