Sementara itu di kediaman Sanjaya, tepatnya ruang khusus penyiksaan bagi para pengawal yang melanggar hukum atau berkhianat kepada keluarga Sanjaya. Di sana Bima diikat kedua tangan kanan dan kirinya. Di hadapannya Melia sedang duduk sambil melihat Bima, perlahan Bima membuka matanya. Ia melihat kanan dan kirinya lalu ke arah Melia.

"Udah bangun?" Tanya Melia sambil tersenyum.

"Saya rasa karena suami saya memberikan banyak fasilitas, kamu menjadi pengkhianat seperti ini." Lanjut Melia.

"Saya tidak melakukan apapun." Jawab Bima.

"Saya tidak akan mendengar pembelaan dirimu, hadiah pertama 5 kali cambukan." Melia mengisyaratkan seseorang di belakang Bima yang sedang memegang cambuk untuk mencambuk Bima saat itu juga.

5 cambukan telah di berikan pada Bima, namun Melia merasa tak senang karena Bima tak merasa sakit sedikitpun. Laki-laki itu hanya diam dengan senyum tipis menatap Melia.

"Kamu memang psikopat, pantas saja suami saya menerima kamu." Ucap Melia lalu berdiri dan berjongkok di depan Bima.

"Sebenernya siapa kamu?" Tanya Melia.

"Saya Bima Sakti untuk sekarang dan seterusnya nama saya adalah Bima Sakti." Jawab Bima dengan menatap Melia begitupun sebaliknya.

"Apa-apaan anak ini, kamu sedang bermain main dengan saya? Saya tau kamu bukan Bima Sakti, cepat katakan siapa kamu sebenarnya!" Bentak Melia.

"Kenapa tidak bunuh saja saya? Anda berhak membunuh pengawal yang melanggar aturan kan? Dan lagi sudah banyak yang anda bunuh kenapa dengan saya anda basa basi dulu?" Jawab Bima.

Seluruh pengawal Sanjaya yang berada di ruangan tersebut termasuk Jorji dan Melia terkejut dengan ucapan Bima barusan. Seketika suasana di ruangan tersebut menjadi canggung. Bima menatap sekeliling lalu tersenyum, ia menutup matanya. Tiba-tiba saja rasa pusing melanda di kepalanya, Bima kembali membuka matanya tapi pandangannya mulai kabur. Karena tak mau terlihat, ia hanya bisa mengatur napasnya agar rasa pusing itu hilang.

"Saya benar-benar marah pada kamu, 10 pukulan dan saya akan menembak kepala kamu." Orang di belakang Bima mengangguk lalu mengambil tongkat dan bersiap memukul Bima.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"BERHENTI!" Teriakan Arga menggema di ruangan, semua orang dibuat terkejut olehnya begitupun Bima dan Revalina sekalipun.

"Beraninya kalian memukul dia!" Murka Arga lalu berlari ke arah Bima dan berniat melepaskan ikatan di kedua tangan Bima. Namun, niatnya di halangi oleh Jorji yang langsung memegang tangan Arga.

"Beraninya kamu melepaskan dia? Siapa kamu!" Bentak Melia pada Arga.

"Harusnya kami yang bertanya, siapa anda beraninya menyuruh kami datang ke sini secara paksa dengan mengirimkan banyak pengawal? Jangan mentang-mentang anda istri sah Kevin saya akan tunduk pada anda, bahkan dengan keluarga Sanjaya saja saya tidak akan tunduk sekalipun!" Timpal Revalina dengan amarah yang menggebu.

Sementara itu di luar mansion Sanjaya tepatnya di mobil, Mahesa dan yang lainnya sedang memperhatikan Bima lewat rekaman kamera drone buatan Smith yang dirancang dengan bentuk sekecil mungkin agar memudahkan dalam pengintaian. Mereka memperhatikan rekaman tersebut di layar laptop Smith.

Bima SaktiOnde histórias criam vida. Descubra agora