Third-Hogsmeade

529 72 10
                                    

Dengan pakaian sederhana Elyse siap untuk melakukan kunjungan ke Hogsmeade bersama kakak kelasnya, Oliver Wood.

Kedua temannya yang sangat antusias itu sudah turun mengambil sarapan dengan pasangan yang akan mereka bawa ke Hogsmeade, meninggalkan Elyse yang duduk bersama Angelina seorang siswi Gryffindor.

"Tak seperti biasanya kau sendirian Mrs. Johnson, tak keberatan aku disini?" Tanya Elyse yang masih berdiri dengan nampan sarapannya.

"Tentu, kau bebas dimana pun." Jawabnya.

"Aku tak terlalu bebas." Keduanya pun tertawa, dan melanjutkan sarapan itu bersama bahkan dengan teman Angelina yang lainnya.

Selesai makan para siswi Gryffindor itu pergi setelah berpamitan dengan Elyse, namun masalah datang. Seseorang yang tidak Elyse inginkan menghampirinya.

"Wahhh ada si cantik nihhh, bagaimana harimu?" Bocah pirang ini duduk dihadapan Elyse tanpa kedua bodyguard nya.

"Awalnya sangat indah, tapi entah bagaimana ada Ferret yang menggangu keindahan hidupku!" Ia menyindir bocah didepannya.

"Bisakah kau belikan aku tinta, dad sangat lambat mengirimkannya." Si pirang itu tak tau malunya meminta bantuan kepada orang yang sering ia jahili.

"Ku pikir seorang Draco Malfoy tidak pernah kehabisan sesuatu, lihatlah ini dunia seorang Draco Malfoy sedang kehabisan tinta." Suaranya memekik mendapatkan atensi dari semua orang di Great Hall.

"Diam lah, sepuluh Galleon untukmu!" Beruntung Draco, mulut penuh Elyse tidak bisa mengatakan dengan jelas apa yang sedang ia teriakkan.

"Deall!"

Pergi dari Great Hall menuju Clock Tower Courtyard untuk berkumpul dan memberikan surat izin, sampai disana ia kebingungan mencari Oliver.

"Apa dia bercanda?" Elyse mulai ragu.

"Hei, menungguku? Kau benar-benar tak bisa jauh dariku ya, dikelas kita sebangku dan sekarang kita akan pergi bersama!" Tiba-tiba seseorang mengejutkan Elyse dari belakang.

"Bisakah kau tidak mengejutkan ku, aku sudah bersama seseorang jadi aku tidak bisa bersamamu, sorry Diggory!" Diabaikannya pria itu yang tengah bingung siapa yang mengajak gadisnya.

"Emang siapa yang berani mengajakmu, aku tidak yakin dia selamat dari Snape." Canda Cedric yang belum yakin Elyse tidak bercanda.

"Dia, kau lihat yang melambaikan tangannya itu! Dialah yang mengajakku!" Elyse berbalik melambaikan tangan dan sedikit berlari menuju Oliver.

'tidak bisa bersamamu, ya! Kau benar-benar sudah menolakku.' batin Cedric sambil meringis melihat gadisnya pergi dengan pria lain.

"Ckckck, Diggory. Kau sungguh tidak beruntung ya." Ejek Fred yang dari tadi memperhatikan nya.

"Padahal banyak yang menyukaimu, kenapa dia tidak ya." George menyahut sambil merangkul saudaranya itu.

.
..
...
..
.

Sesampainya murid Hogwarts di Hogsmeade, banyak dari mereka yang langsung mengunjungi tempat favorit maupun pergi berkencan di Madam Pudifoot's Tea Shop.

Tak terkecuali Elyse yang datang dan langsung memilih tempat duduk dengan Oliver yang memilihkan teh dan camilannya.

Mereka berbincang seputar hobi bahkan sempat berbagi cerita mengenai teman-teman mereka, Elyse nyaman bersama Oliver begitu juga sebaliknya.

"Oh El, Ku dengar kau jadi sekeer. Kau hebat juga ternyata." Puji Oliver yang tau sedikit dari beberapa teman Ravenclaw nya yang mengatakan sudah menemukan sekeer baru.

"Aku belum pernah bermain Quidditch, jadi tidak tau seberapa jagonya diriku. Bagaimana sekeer Gryffindor sudah dapat?" Elyse balik bertanya.

"Tentu saja, kau pasti terkejut. Kami dapat Harry Potter sebagai sekeer, kepala asrama sendiri yang merekomendasikan dia." Mendengar itu Elyse benar-benar bahagia, tak menyangka adiknya bisa masuk padahal maish kelas satu.

"Wahh... tak yakin aku bisa mengalahkan Harry Potter, Snitch pasti berpihak padanya!" Elyse mulai pesimis, tapi mengingat keduanya adalah anak James Potter tidak lari dari kemungkinan mempunyai kemampuan yang sama.

"Kalian sama-sama belum punya pengalaman, anggap saja kemampuan kalian sama." Oliver memberikan pemanis.

"Sangat manis itu tadi Mr. Wood." Disesap teh hangat itu sedikit dan tersedak setelah mendengar perkataan Oliver.

"Kau lebih manis." Tiga kata itu mampu membuat seorang Elyse Lily Snape mematung dengan wajah Semerah tomat.

"Pfft, kau sangat lucu saat tersipu. Kudengar kau menyukaiku, benar atau salah?" Tanya Oliver yang benar-benar tidak bisa Elyse jawab dengan pasti.

"Bagiamana jawaban mu?" Pria didepan Elyse ini masih menunggu jawaban kepastian dari gosip tahun lalu.

"M-mengenai itu bisakah aku tidak menjawabnya?" Elyse membalikan pertanyaan.

"Tentu tidak."

'bolehkah aku begini? Apa tidak masalah?' Elyse tangah perang batin.

"Y-ya, aku menyukaimu. Tak perlu kau hiraukan perasaan ku, akan semakin tak nyaman kau memberikan jawabannya sekarang." Elyse 100% yakin Oliver tidak menyukainya.

"Ya benar-benar tidak nyaman, tapi jawaban itu sangat penting bukan? Jika tidak, kau pasti akan sangat berharap." Oliver memangku kepalanya dengan salah satu tangannya.

"Ti-tidak apa apa, itu yang merasakannya aku bukan kamu." Elyse sangat terharu dengan perkataan Oliver, sampai-sampai setitik air mata ingin keluar dari matanya.

"Bagiamana bisa aku membiarkan gadis yang kusukai merasakan itu!" Perkataan Oliver mampu membuat Elyse menganga dengan mata melotot ingin keluar.

"Gadis yang kau sukai?" Setelah menormalkan ekspresinya Elyse mencoba meyakinkan pendengaran nya.

"Ya, setalh mendengar itu aku diam-diam memperhatikan mu entah saat di perpustakaan, lorong sekolah, Great Hall, bahkan sampai saat kau bersama teman-teman mu aku memperhatikan mu."

"Dari memperhatikan mu itu ada perasaan suka yang tumbuh dengan enaknya dan suburnya, aku tidak tau kenapa. Kau seperti gadis pada umumnya, soal tampang juga bnyak artis yang melebihi dirimu." Ekys emasih setia mendengarkan lanjutan dari pengalan kalimat Oliver.

"Aku tidak tau mengapa bisa suka padamu, sampai dimana kemarin aku ingin mengajakmu lewat surat tapi malah ketemu dirimu yang tengah menjadi maling aku memutuskan mengajakmu secara empat mata." Wajahnya memanas, Elyse tidak dapat menjawab apapun.

"Bagaimana dengan hubungan?" Ajakan Oliver diangguki pelan oleh Elyse yang dari tadi tetap menatap mata coklat Oliver.

"Dan bagaimana rasanya kau berhubungan dengan seorang pencuri?" Elyse ingat akan ejekan tak langsung Oliver pada pengakuannya tadi.

"Ahahaha, kau benar-benar memperhatikan kata demi kata yang ku ucapkan tadi?" Pipi Oliver memerah, dia tak menyangka jika gadisnya itu benar-benar memperhatikan perkataan nya barusan bahkan dengan wajah seperti orang melongo.

"Kau pasti menganggap ku melamun ya tadi?!" Tebak Elyse.

"Mana mungkin!"

Mengingat waktu mereka tinggal sedikit, Elyse memberitahu soal titipan Draco dan juga ada beberapa barang yang akan ia beli.

"Apa kau dekat dengan Malfoy? Aku taid melihatmu bercengkrama dengannya saat sarapan." Tanya Oliver.

"Apa kau cemburu! Uhuuu kekasihku cemburu Dengan bocah tengik seperti Malfoy itu!" Elyse berseru, beberapa murid Hogwarts mendengarnya dan bersiap berbagi berita pada semuanya.

"Hei aku kan cuma tanya, kenapa pula cemburu!" Heran Oliver.

"Dari kecil aku sudah bermain dengannya, tak ada yang istimewa diantara aku dan Draco. Benar-benar tidak istimewa!"

"Pasti gadisku ini sering di-bully olehnya." Tiba-tiba Oliver memeluk Elyse dari samping bahkan dibalas Elyse tanpa ragu.

Que Será, SeráDonde viven las historias. Descúbrelo ahora