Leaky Cauldron

577 92 5
                                    

Sampai di keesokan harinya, Elyse yang tetap terjaga menanti sosok yang dia tunggu semalam penuh.

Sementara di pondok atas karang:
Harry mengikuti Hagrid keluar, menuju karang. Langit cukup cerah sekarang dan laut berkilau ditimpa cahaya matahari.

Perahu yang disewa Paman Vernon masih ada, dengan banyak air di dasarnya. "Bagaimana kau datang kemari?" Harry bertanya, mencari-cari perahu lain.

"Terbang," jawab Hagrid.

"Terbang?"

"Yeah-tapi kita harus kembali dengan ini. Tak boleh gunakan sihir setelah aku bersamamu." Mereka duduk di perahu.

Harry masih memandang Hagrid, berusaha membayangkan dia terbang.

"Repot kalau harus mendayung," kata Hagrid, lagilagi melirik Harry. "Kalau aku mau-ehm-percepat sedikit perjalanan kita, kau keberatan kalau kuminta jangan bilang-bilang di Hogwarts?"

"Tentu saja tidak," kata Harry, yang ingin sekali melihat lebih banyak ilmu sihir. Hagrid menarik keluar lagi payung merah jambunya, mengetukkannya dua kali di sisi perahu, dan mereka meluncur menuju daratan.

Saat itu perahu pelan membentur tembok pelabuhan. Hagrid melipat korannya dan mereka berdua menaiki undakan batu menuju ke jalan.

"Mrs. Snape aku lupa tentangmu maafkan aku." Pria Jenggot tebal itu membantu gadis yang tengah duduk.

"Tak mengapa, hai Harry kita bertemu kembali" Dilambaikanlah tangannya untuk menyapa anak laki-laki dengan bekas luka di keningnya.

"Oh, Elyse kau seorang penyihir?" Kejut Harry melihat gadis yang memberinya hadiah natal kemarin sekarang berdiri dihadapannya dan saling kenal dengan hagrid.

"Yup, September depan kau akan bersekolah dengan ku di Hogwarts aku sungguh menantikannya. Kau tau, kau itu benar-benar terkenal." Ucap Elyse dengan antusias.

"Sudah Mrs. Snape, kita harus pergi." Elyse pun setuju dan ikut pergi bersama mereka, yang mungkin saja belanja perlengkapan.

Orang-orang yang berpapasan dengan mereka sepanjang jalan menuju stasiun kota kecil itu memandang Hagrid dengan keheranan. Harry tidak menyalahkan mereka. Hagrid bukan hanya dua kali lebih tinggi dari manusia normal, dia juga terusmenerus menunjuk-nunjuk hal biasa seperti meteran di tempat parkir dan berkata keras, "Lihat itu, Harry? Benda-benda yang dicari-cari Muggle, eh?"

"Hagrid," kata Harry dengan Elyse disampingnya, agak terengah-engah karena beflari agar tidak ketinggalan, "tadi kaubilang ada naga di Gringotts?"

"Katanya sih begitu," kata Hagrid. "Wah, aku ingin sekali punya naga."

"Kau ingin punya naga?" Tanya Harry

"Dari kecil sudah kepingin-nah, kita sampai."

"Kau salah bertanya dengannya, dia pecinta hewan." Terang Elyse membisikkan sesuatu tentang hagrid.

Mereka telah tiba di stasiun. Ada kereta ke London yang berangkat lima menit lagi. Hagrid, yang tidak memahami "uang Muggle", menyerahkan uangnya ke Elyse awalnya mau ke Harry tapi Elyse terlebih dahulu menyarankan agar dialah yang membeli karcis.

Di atas kereta, orang-orang memandang dengan lebih heran lagi. Hagrid duduk di dua kursi dan merajut sesuatu yang kelihatannya seperti tenda sirkus warna kuning kenari.

"Suratmu masih ada, Harry?" tanyanya sambil terus merajut.

Harry mengeluarkan amplop perkamen dari dalam kantongnya.

"Bagus," kata Hagrid. "Di situ ada daftar semua keperluanmu." Harry membuka lipatan kertas satu lagi yang semalam tidak diperhatikannya dan membacanya satu persatu.

Elyse sendiri tengah bernostalgia saat pertama kali dapat surat dan langsung mengajak Severus ke Diagon Alley untuk membeli semua perlengkapan nya.

"Sev, ayo kita pergi aku sudah tidak sabar ingin memegang tongkat sihir!" Ditariknya jubah hitam itu sedikit kuat.

"Bisakah kau menunggu akhir pekan?" Snape berkata dengan dingin menolak ajakan putri sambungnya itu.

"Tidak, tidak mau. Maunya hari ini!" Kekeh Elyse.

"Kau itu spesies baru Potter!"

Walaupun mengejek tapi tetap berdiri dan mengandeng Elyse untuk pergi, melihat reaksi tersebut Elyse terkikik puas.

Sampai disana dia hanya tinggal mengukur baju dan ke toko Ollivander.

"Mrs. Snape, kita sudah sampai." Perkataan itu membangunkan bayangan masa lalunya.

"O-oh, ya."

Hagrid besar sekali sehingga dengan mudah dia menyibakkan orang-orang yang lewat. Harry dan Elyse tinggal berjalan merapat kepadanya saja. Mereka melewati toko-toko buku dan toko-toko musik, restoran hamburger dan gedung bioskop, tapi kelihatannya tak ada yang menjual tongkat ajaib.

Ini cuma jalan biasa, penuh orang-orang biasa pula. Mungkinkah benarbenar ada gundukan emas penyihir terkubur berkilokilometer di bawah mereka?

Betulkah ada toko yang menjual, buku mantra dan sapu terbang? Janganjangan semua ini cuma lelucon besar buatan keluarga Dursley. Kalau Harry tidak tahu bahwa keluarga Dursley tak punya rasa humor, dia pasti sudah mengira begitu.

Bagaimanapun juga, kendati semua yang dikatakan Hagrid sejauh ini memang tidak masuk akal, Harry toh mempercayainya.

"Ini dia," kata Hagrid berhenti, "Leaky Cauldron-Kuali Bocor. Ini tempat terkenal."

Tempat itu tempat minum kecil dan kotor. Jika Hagrid tidak menunjuknya, Harry tidak akan melihatnya. Orang-orang yang melewatinya sama sekali tidak meliriknya. Mata mereka bergulir dari toko buku besar di sisi yang satu ke toko musik di sisi lainnya, seakan mereka sama sekali tidak bisa melihat Leaky Cauldron. Sejujurnya, Harry punya perasaan aneh, hanya dia dan Hagrid yang bisa melihatnya. Sebelum dia bisa mengutarakan ini, Hagrid sudah mendorongnya masuk.

"Kau pasti bertanya-tanya, ini juga bisa disebut sihir." Ucap Elyse yang juga sedang didorong masuk oleh hagrid.

Que Será, SeráTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang