First-Winter

1.4K 189 2
                                    

Memasuki musim dingin, semua memakai baju setebal mungkin untuk menghangatkan badan Masing-masing.

Dalam common room Ravenclaw terlihat banyak sekali penghuni nya yang sedang sibuk dengan buku, ada juga yang berbincang santai.

Elyse memandangi jendela menikmati hawa dingin dari sana, dia memandangi latihan Quidditch terakhir bagi Ravenclaw sebelum salju turun.

"El, kau berminat Quidditch?" Tanya Piera yang sedikit mengejutkan Elyse yang tengah melamun tadi.

"Eh, Piera. Ya, kau juga tertarik? Aku merencanakan tahun depan untuk mendaftar menjadi seeker, aku sangat tertarik dengan posisi itu." Ungkap Elyse dengan penuh berbinar dari tatapannya.

"Aku juga ingin daftar, mungkin Chaser terlihat keren." Piera sambil memperagakan cara melempar bola.

"Mrs. Snape, kau dipanggil Profesor Dumbledore di ruangannya." Ucap Salah satu murid Ravenclaw yang akan menuju ruang asrama.

"Ada apa HeadMaster memanggil mu? Perasaan kau tidak ada masalah." Regna menghampiri kedua temannya yang juga sedang bingung dengan apasan Dumbledore memanggil Elyse.

Mendengar itu, Elyse bergegas keluar menuju kantor kepala sekolah menaiki tangga dengan mengucapkan kata kuncinya.

Siap dengan Occlumency Elyse Sampai disana dia disambut dengan baik oleh profesor tua dengan kaca mata bulan separuh, Prof. Dumbledore.

"Mrs. Snape, hari ini sudah mulai dingin ya. Apa kau tidak kedinginan?" Sapa Dumbledore untuk basa-basi kepada gadis itu.

"Profesor, ada apa memanggil ku?" Dengan berani Elyse tidak menjawab pertanyaan untuk basa-basi itu.

"Tidak ada yang spesial, hanya saja kau terlihat mirip dengan seseorang. Apa kau tidak ingin tau siapa itu?" Tanya profesor itu dijawab gelengan kepala oleh Elyse.

"Aku harap bisa mengenal ibumu lebih jauh, Saverus sangat menghindari pertanyaan mengenai ibumu nak." Dumbledore memegang pundak Elyse dan memandang mata hijau sang gadis.

"Akupun tak terlalu mengetahui ibuku, jangan mencari tau masa lalu ku aku sangat membenci orang yang begitu penasaran dengan masa lalu dari pada masa depan." Elyse tetap mempertahankan nada sopannya.

"Kau murid yang paling misterius dan sulit untuk mengetahui semua tentangmu kecuali yang sudah keliatan saja, jika lebih terbuka aku akan sangat terbantu Mrs. Snape." Dumbledore masih saja ingin tau setelah menerima penolakan dari Elyse.

"Maaf profesor aku tidak bisa, ini bukan waktu yang tepat. Permisi prof. " Elyse pun pergi dari sana dan menuju Ravenclaw tower untuk masuk ke asrama.

_________________________________________

Libur Christmas tiba, semua murid mendapatkan bingkisan dari orang tua masing-masing termasuk juga Elyse yang mendapatkan burung hantu dari Snape.

Burung hantu jenis Eurasian Eagle-Owl jantan, dia sangat senang dengan burung hantu dengan mata oranye dan badan yang cukup besar itu terlihat cantik.

Liburan musim dingin Elyse tidak pulang karena menghindari Malfoy manor yang sangat terlihat seperti rumah hantu baginya.

"Jika kau tidak pulang maka bantu aku membuat beberapa pasokan ramuan untuk madam Pomfrey." Suara berat itu menginterupsi Elyse yang sedang termenung di Great hall sendirian.

"Mana mau aku pulang jika harus merayakan Christmas dengan om Lucius, dia orang yang kaku." Mendadak ekspresi nya berubah kesal.

"Ikuti aku." Percakapan mereka benar-benar tidak searah.

"Tapi aku sangat merindukan Draco, dia orang yang menyebalkan tapi dia tampan. Kuharap dia bertambah tampan saat dewasa nanti." Elyse mengikuti Snape mengabaikan konteks percakapan yang ayahnya itu buat.

"Buatlah ramuan Wiggenweld dan jangan harap kau bisa menikahi pria dari keluarga Malfoy, kau juga tau jika mereka Death Eater." Dengan tiba-tiba Snape berhenti dan memutar badannya menghadap Elyse, membuatnya bertabrakan dengan sang Putri sambung.

"Aww....dad, jangan berhenti tiba-tiba seperti itu! Lagian juga aku tidak suka pria yang lebih muda ketimbang diriku." Menggosok pelan keningnya juga sedikit menjauh dari tubuh kokoh itu.

"Perhatikan jalanmu, jangan sampai salah memilih. Dengan kau memilih maka itu lah jalan yang paling kau inginkan, kau tidak bisa menyesali semua yang kau pilih karena itu pilihanmu sendiri." Snape mensejajarkan tingginya dengan Elyse dan sedikit menasehati.

"Apa yang kau maksud, kalimat mu sangat berantakan. Kau berkata seolah-olah aku ingin masuk DE." Dahinya mengernyit, ekspresi tak senang ditampilkan Elyse pada Snape.

"Tidak ada yang tau masa depan, tapi kita bisa menentukan masa depan." Snape kembali menghadap depan dan lanjut berjalan dengan cepat tentunya.

Que Será, SeráWhere stories live. Discover now