Second-Feeling

768 106 0
                                    

Seleksi Quidditch telah dimulai, beberapa dari asrama Ravenclaw sudah berada di lapangan. Sayang sekali Elyse menolak menonton dengan alasan tidak ingin lebih iri.

Dapat gadis itu lihat dari ruang rekreasi, seleksi berakhir dengan temannya yang terlihat berhasil masuk.

Ingat waktu hampir jam makan siang, Elyse turun dari tower dan pergi menuju Great Hall dipastikan juga kedua temannya langsung menuju kesana.

"Elyse Snape?" Suara panggilan dari seseorang, dari suaranya saja sudah kelihatan jika itu seorang laki-laki.

"Yes, you?" Langkahnya terhenti menoleh kebelakang, pertama yang Elyse lihat adalah matanya.

"Aku tak punya banyak waktu, profesor Snape mengutusku untuk memberitahu kau untuk menemui dia di ruangannya saat jam makan siang." Murid itu langsung pergi meninggalkan Elyse yang tengah tenggelam dalam mata coklat itu.

"Ekhem, kuharap Mr. Wood tidak tersesat dalam mengantarkan surat." Tiba-tiba terdengar suara Snape dari belakangnya.

"Snape! Jangan datang tiba-tiba!" Terlonjak mengusap pelan dadanya yang sedikit sakit saat terkejut barusan.

"Barusan kau-jatuh-cinta Mrs. Snape?" Pertanyaan penuh tekanan itu membuat ngeri pendengarnya tapi tidak dengan Elyse yang sudah terbiasa.

"Mana mungkin menatap saja dikatakan jatuh cinta, apa yang tadi ingin kau bicarakan?" Elyse mengelak dan mementingkan tujuan Snape.

"Hanya ingin mengatakan jika natal nanti kau boleh mengunjungi adikmu, tapi apapun keadaannya jangan meledak!" Snape membuat bingung Elyse.

Dari pada penasaran, rasa bahagianya sudah melampaui hal itu. Dia sangat gembira bisa melihat lebih awal adik yang ia sayangi.

"Satu hal lagi, jangan diteruskan itu hanya perasaan sesaat. Kau perempuan, carilah yang mencintaimu bukan yang kau cintai." Setelah itu Snape pergi meninggalkan Elyse

"Tenangkan dirimu Elyse," dia menuruti kata ayahnya, mencoba mengibaskan kedua tangannya didepan muka bertujuan mengurangi rasa bahagianya.

"Ely, kau melihatnya dari ataskan?!!" Piera yang masih jauh itu berlari sambil berteriak dengan gembiranya.

"Hei, pagi tadi kau terlihat lesu sekarang kau bahagia. " Ucap Piera yang berhenti sambil menerjang pundak Elyse.

"Kau benar-benar bahagia atas keberhasilan ku?" Piera dramatis atas kesalahpahamanya.

"Mana hahhh... Mungkin, dia kan yang paling ingin masuk Quidditch." Regna datang mengatur nafasnya dan berbicara.

"Tidak dengan itu, ini yang paling kuinginkan diatas Quidditch." Malu dengan tingkahnya, Elyse merona.

Elyse melihat kedua temannya yang sedang melihatnya dengan ekspresi yang seolah-olah mengatakan 'apa itu, beri tahu kami, berbagilah kebahagiaan bersama kami.'

"Sudahlah, kalian tidak makan?" Elyse menyingkirkan tatapan itu dan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Sampai di Great Hall, mereka duduk bersama. Suatu hal membuat Elyse gusar, perhatiannya terus tertuju pada sekumpulan siswa Gryffindor yang ada di ujung mejanya tersebut.

"Apa yang kau lihat itu, muka mu sampai memerah. Aduhh...Elyse yang anti cowok ini sekarang sedang jatuh cinta." Regna yang terganggu dengan tatapan Elyse.

"Sekarang aku merasa karma itu ada, dia selalu mengolok kita pecinta pria sekarang juga sedang jatuh cinta." Ucap Piera yang mengejek Elyse itu.

"Tidak aku tidak seperti itu, akan kutanya ayahku" saat ingin bangun Elyse ditahan oleh mereka berdua.

"Kau yakin akan bertanya pada Ayahmu? Dia Snape, Severus Snape yang dingin itu?!" Piera tak yakin pria tua itu dapat memberikan jawabannya.

"Memang kenapa?" Tanya Elyse dengan polosnya.

"Kenapa' Kau bilang? Sudah jelas bukan dari sikap dan wajahnya saja seperti tak pernah jatuh cinta!" Tegas Piera sambil menguncang pelan pundak Elyse.

"Aku juga yakin jika dia menikahi ibumu karena dijodohkan dan membuat dirimu dengan tak sengaja." Timpal Regna.

"Itu mungkin, tapi dia sempat menasehati ku jika ini hanya perasaan sesaat jadi kupikir aku bisa mendapatkan penjelasan lebih. " Elyse menyatukan alisnya.

"Ada benarnya ayahmu itu, kau terkena cinta pada pandangan pertama jadi lebih baik lupakan saja dan jangan terlalu dipikirkan jika tidak ingin gila." Regna menggaruk pipinya dia sedang memikirkan kebenaran pernyataan Snape.

"Aku sangat tak mengerti apa itu, biarkan saja lanjut makan aku ingin mengerjakan tugas setelah ini." Putus Elyse yang lanjut makan.

"Tapi bisa kau coba berhubungan dengannya! Paling tidak berteman." Ucap Piera yang sempat memberhentikan kunyahan dalam mulut Elyse.

Kebimbangan itu membuat dia pusing, 'benar cinta membuat mu bodoh, ini bukan waktunya pacaran.' batin Elyse

Que Será, SeráWhere stories live. Discover now