13. Sesuci

4 0 0
                                    

.
.
.

💙💙💙

Assalamu'alaikum...

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Mohon maaf lahir dan batin

Gimana lebarannya?? Udah pada bersalaman kan...

Atau masih berat dengan yang namanya... Mantan?

Wkwkwkwk... Atau sekarang udah ada yang bisa bergandengan??

Semoga selalu bahagia 🤍

Sorry nih baru bisa update sekarang... Semoga kalian suka ceritanya!!

💙💙💙






"Akankah satu kekaguman menjadi awal dari sebuah ketertarikan yang besar? Seperti halnya setetes air yang mampu menenggelamkan air kala berlebihan. "


     “ANIN! Maju ke depan!”

     Mampus! Senyum Anin luntur seketika, bayangan gus Alby yang tampan berubah dengan wajah ustazah yang tersenyum mematikan. Jelas ini bukan waktunya beramah tamah setelah ia melamun sepanjang pelajaran.

     Rupanya ia juga menghiraukan Aisy yang berusaha menyadarkannya tadi. Ia tersenyum meringis, melihat semua perhatian santri lain menuju kepadanya. Sial! Ia tadi sama sekali tidak memperhatikan.

     “Maju Anin, jelasin keterangan saya ini!” tunjuk ustazah Nur, selaku pengganti Ning Kamila yang berhalangan hadir. Meski tidak setegas ustazah Marwa, beliau juga disegani santri karena termasuk kerabat dekat sang pengasuh.

     Anin menatap tulisan di papan sambil melangkah maju ke depan. Ia memutar otaknya, berpikir cepat, menggabungkan pemahaman apa saja yang terlintas dalam pikirannya dengan tulisan ustazah Nur di papan.

     Pelajaran hari ini cukup mendasar, termasuk bagian awal kitab, bab Taharah. Dari peraturan yang terdapat di kelas khusus, semua kitab pelajaran harus dikhatamkan sampai tiga kali berturut-turut. Kitab fikih yang dipelajari sekarang baru diulang untuk ketiga kalinya, pengulangan terakhir.

     Bab Taharah, menjelaskan tentang tata cara sesuci terhadap segala hal yang berkaitan dengan kotoran, najis, ataupun kondisi tidak suci yakni hadas.

     Satu-satunya cara, Anin terpaksa membaca tulisan di papan walaupun tidak begitu paham. Dengan suara lantangnya, ia berusaha menghilangkan kegugupan. Mengalihkan keterangan dalam kitab dengan pemahaman umum dalam dunia kesehatan. “Selain keterangan yang sudah dijelaskan ustazah, sesuci atau bisa saja disebut menjaga kebersihan diri, ini sangat penting dan memberikan banyak manfaat kesehatan.”

     Sengaja! Anin memilih menjelaskan apa yang diketahuinya, daripada menerka-nerka penjelasan ustazah yang tentu saja tidak ia dengarkan tadi.

     “Seperti halnya mandi! Dalam dunia medis, mandi tidak hanya membersihkan tubuh dari kotoran. Namun, juga berperan penting dalam meningkatkan sistem kekebalan, melancarkan sistem sirkulasi darah, bahkan bisa meredakan stress.”

     Kegugupan Anin mulai berkurang, bahasa tubuhnya lumayan santai setelah beberapa santri tampak antusias mencatat penjelasannya. “Jika wudhu’ adalah hal yang paling penting untuk suci dari hadas, maka mandi adalah sesuci yang paling utama untuk membersihkan kotoran badan. Terkecuali bagi daerah yang kesulitan air, maka mandi ataupun wudhu’ harus digantikan dengan tayammum.”

      “Apalagi terdapat riwayat hadis yang mengatakan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Kalian yang sudah lama menjadi santri tentu lebih paham daripada saya yang masih sangat awam dengan ilmu agama. Sekian dari saya, Anindya Salsa.” Anin tersenyum seraya membungkuk sopan mengakhiri tampilan dadakannya sebelum akhirnya ustazah Nur terlebih dahulu mengangkat suara.

     “Tunggu!”

     Satu kata yang menggagalkan perasaan lega. Anin tersenyum kecut, seharusnya ia tahu tidak mungkin dirinya akan terbebas begitu juga. Ini bukan untuk menunggu hukuman, kan?

     “Silakan kalau ada yang mau bertanya.” Ustazah Nur tersenyum ramah, tapi semua santri tahu bahwa dia sebenarnya seperti mengatakan, ‘Kalau nggak ada yang bertanya, maka kalian semua akan melakukan presentasi atau menjalani hukuman. Cepat bertanya!’

     Selain hukuman, pertanyaan adalah salah satu hal yang menakutkan bagi Anin. Beberapa santri ada yang menatapnya kasihan, walau tidak terlalu kentara. Ia hanya bisa menghela napas pasrah, berharap waktu bisa berakhir secepatnya.

     “Izin bertanya!” seru salah satu santri yang sempat Anin ketahui bernama Ana. Dia mengacungkan tangannya tinggi-tinggi meneriakkan suara antusiasnya.

     Setelah mendapat anggukan Anin, dia berkata dengan serius dan hampir saja membuat Anin kehilangan kendali diri.

     “Mandi pagi dalam Islam itu dijelaskan sangat bagus dan bermanfaat bagi kesehatan. Berada di pondok sudah terbiasa memakai air dingin, sedangkan di rumah selalu disuruh memakai air hangat. Lalu mana yang paling bermanfaat dalam segi kesehatan?”

     Dan satu-satunya kenyataan kalau bahagia itu sederhana adalah bisa menjawab pertanyaan yang diajukan! Anin jelas setuju dalam hal ini.

     Jika sebelumnya teramat gugup dan penuh khawatir, maka sekarang ia kembali bersemangat. “Mandi di pagi hari memang bermanfaat bagi kesehatan, bahkan sudah teruji dalam dunia medis.”

     “Mandi air dingin menjadi solusi saat mengalami stress berlebihan, karena air dingin dapat meredakan ketegangan. Selain itu, juga bisa memperbanyak produksi sel darah putih dalam tubuh manusia yang berperan menangkal serangan berbagai virus.”

     “Sedangkan mandi air hangat, bisa melancarkan peredaran darah, meredakan otot yang sedang nyeri dan kaku, serta juga membantu mengeluarkan toksin atau racun.”

     “Intinya, mandi air dingin maupun air hangat sama-sama memiliki manfaat kesehatan yang berguna bagi tubuh, walau dengan jenis kemanfaatannya yang berbeda. Namun, ingat! Semua harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing setiap orang.”

     Anin mengembangkan senyumnya lebih tenang, ia menunduk hormat dan mengakhirinya dengan sopan. Tepuk tangan meriah meramaikan suasana, tapi Anin merasa lega hanya dengan pancaran sorot mata ustazah Nur yang penuh dengan rasa bangga.

     “Wuiih! Hebat!” bisik Aisy memuji saat Anin kembali duduk di sebelahnya.

     “Salut nih sama kamu yang bisa ngalihin keterangan ustazah Nur! Cocok deh jadi bu dokter.”

     “Ssst, apaan sih! Berlebihan kamu tuh!” balas Anin ikut berbisik, lalu tersenyum lega seraya kembali memperhatikan ke depan.

     Tanpa disadari siapapun, seseorang tersenyum di balik jendela luar yang mampu melihat kejadian di dalam kelas. Dia tersenyum kagum lalu berbalik berjalan ke arah yang berlawanan.

Senja KelamWhere stories live. Discover now