Bab 11 Sebuah kebiasaan

155 12 3
                                    

"Yang Mulia" Semua orang menyambutnya termasuk wanita aneh yang tadi berguling-guling tak karuan di lantai.

Claude menghembuskan napas kasar lalu menunjuk Emillia, "Siapa dia?"

"..."

"..."

Maria menghela napas panjang. Claude pasti akan menghukum dirinya kali ini. Jadi dengan terpaksa Maria ingin berkelit bahwa ialah pembawa masalah yang sesungguhnya dan membiarkan wanita serta kesatria tadi bebas. Toh, percuma, Claude hanya akan menyalahkannya lagi.

"Yang Mulia, saya akan men-"

Claude mengangkat tangannya, "Aku paham, Maria. Kalian, kurung dua orang yang berani mengancam kesatria pribadiku"

Emillia menangis ditempat, ingusnya jatuh menetes keatas karpet membuat Claude jijik dengannya. Perempuan itu cantik namun sangat bodoh karena tata krama yang buruk.

Claude kembali menitahkan satu hal, "Jangan pernah terlihat lagi olehku. Jelek sekali. Aku jadi mual" Ia mengatakannya dengan wajah tanpa ekspresi.

Tak lama Claude mengacungkan jari telunjuknya kembali, "Dan ksatria yang hanya modal tampang ini. Aku benci orang yang tak berbakat, asingkan dia"

"T-tidak... Tidak..." Mereka berdua hancur dalam waktu singkat hanya karena berniat untuk mempermainkan Madam Maria yang gosipnya hanyalah seorang anjing berlumpur yang tahunya menjilat.

Annabeth berbicara dengan sangat pelan didekat Maria, "Percayalah Maria. Dia hanya satu diantara pembawa masalah semenjak kau pergi dari sini"

"Kau harus berhati-hati" Wanita itu menggenggam tangan Maria dengan erat.

Maria mengangguk dengan wajah melongo setengah tak percaya. Apa barusan tadi Claude membela ku?" Batinnya dengan hati berbunga. Ia tersenyum kecil.

____________

Tok Tok

"Yang Mulia, saya datang kema-"

Ah. Benar. Seperti inilah yang harus ia lihat kembali. Claude yang mengusik anak gadis yang entah siapa asal usulnya.

Maria mengulum senyumnya, "Yang Mulia, kali ini apa saya harus berdiri saja disini?"

Claude menahan bibir perempuan asing yang ia temui barusan, "Kau selalu tahu itu bukan. Jangan bertanya lagi"

"Baik, Yang Mulia!"

Sepanjang hari, mungkin inilah 'frustasi' yang di maksud oleh lelaki itu kemarin. Maria bingung harus mendefinisikan dirinya sendiri sebagai orang yang jahat atau apa.

Maria menutup mata sekali lagi. Begitu bodoh.

"Siapa namamu, gadis nakal?" Ucap Claude padanya yang tentunya merasa agak malu karena dipandangi oleh orang lain.

"Gloria... Saya- Kyaaa!" Ia digendong sedemikian romantis oleh Claude yang tersenyum manis padanya.

Racun. Palsu. Begitu manis dan berbahaya.

Begitupula Maria, ia juga mengulum senyum dihadapan mereka seakan orang tolol yang tak tahu adab. Menontoni percintaan orang yang ia cinta dengan perempuan yang tak dikenal tak lagi membuatnya sakit.

Hatinya telah lama mati.

Dingin.

Rapuh.

"Yang Mulia, berjuanglah. Anda harus mendapatkan anak-"

"Yang kedua?"

Jantung Maria berdesup.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Claude's ObsessionWhere stories live. Discover now