Tiba-tiba pandanganku berhenti pada mobil yang sedang terparkir di pinggiran jalan. Mobil yang sangat tak asing bagiku. Sepertinya aku kenal pemilik mobil tersebut. Kemudian aku mulai berjalan mendekat ke arah mobil tersebut. Kap mobil depan terbuka dan seorang cowok tengah fokus mengamati mesin yang ada di dalamnya. Apa yang sedang dia lakukan di sini?

"Ngapain lo di sini?" tanyaku heran ketika sudah berada di sebelahnya. Dengan kalem ia menoleh ke arahku dengan menampakkan wajah datarnya.

"Pia," ucapnya. Setelah itu ia menutup kap mobilnya dan memandangku bingung. "Ngapain lo di sini?"

Dih, dia nanya yang aku tanyakan tadi.

"Lo sendiri ngapain? Rumah lo kan bukan daerah sini."

"Mau main."

"Ke mana?"

"Rumah gebetan."

"Widih, mau ngajakin kencan nih, ceritanya. Wah, gerak cepet lo ya. Keren, pertahankan. Gue bangga jadi guru lo," kataku panjang lebar seraya menepuk lengannya. Lando hanya berdecak sebal mendengar ocehanku.

Eh, kalau dia mau ke tempat gebetannya tapi lewatnya sini, berarti kan, rumah gebetannya berada di sekitar komplek sini. Oh, jangan-jangan aku malah kenal sama gebetannya Lando. Tapi siapa coba?

"Lando," panggilku sambil mengikutinya yang kini berjalan ke samping mobil.

"Apa?"

"Gebetan lo siapa, sih? Anak komplek sini ya?" tanyaku lagi sambil memayunginya. Kasihan juga kalau Lando kehujanan. Kan dia mau kencan. Gak keren dong, ngapel dengan baju yang basah kayak gitu.

"Iya dia anak komplek sini," jawabnya cuek.

"Seriusan? Siapa? Kali aja gue kenal," kataku antusias. Tuh kan, dia anak sini. Pasti aku kenal deh. Pasti, yang beneran pasti. Tapi siapa ya?

"Rahasia," katanya singkat seraya membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. Kini ia menutup pintu mobilnya dan meninggalkanku begitu saja di luar seperti pengemis. Kok ngeselin!

"Lando! Nyebelin lo ya! Masak nyuekin gue kayak gitu banget!" kataku kesal seraya mengetuk-ngetuk kaca mobilnya. Kulihat Lando tersenyum miring dan kemudian membukakan pintu mobil di sisi penumpang. Setelah itu ia mengisyaratkanku untuk masuk ke dalam mobilnya.

Dengan sebal aku memutari mobil dan masuk ke dalam mobil tersebut. Kutinggalkan begitu saja payungku di sebelah mobil ini. Kini aku sudah duduk manis di kursi penumpang dan melotot sebal ke arah Lando yang ngeselin.

"Di luar hujan. Makanya gue masuk ke dalam mobil."

"Tapi gak usah ninggalin gitu juga kali. Nyebelin lo!" kataku kesal sendiri.

"Sengaja kok. Biar lo kesel," jawabnya santai sambil tersenyum mengejek. Dengan kesal kupukul lengannya yang malah membuatnya tertawa. Nyebelin!

Ternyata Lando lebih menyebalkan ketika tertawa. Beneran bikin orang pengen nabok. Seriusan. Eh tapi, aku masih penasaran sekali sama cewek yang Lando sukai. Siapa ya kira-kira?

"Do, yang lo taksir namanya siapa?"

"Dibilangin rahasia juga."

"Apaan sih, lo. Pakai rahasia-rahasiaan segala. Gue juga kan, yang bantuin lo. Masak gue gak boleh tau juga."

"Nanti juga tau sendiri," katanya santai seraya mengacak-acak rambutnya yang sedikit basah. Mataku lurus memandang rambut basahnya yang masih ia acak-acak dengan tangan kanannya. Tiba-tiba pandanganku turun menuju wajah tampannya. Gila, Lando kenapa jadi terlihat keren gitu ya? Iya, keren. Keren banget. Cakep lagi. Kayak cowok-cowok kece di iklan sampo.

[2] Dewi CintaWhere stories live. Discover now