Chapter 6 Sebuah Cerita Lama

280 42 8
                                    

HAPPY READING PARA READERS!!!

Sebelum waktu sore tiba, ia memutuskan untuk keluar rumah sebentar. Sudah tiga hari bermalam dirumah Pakdenya ia belum menemui kenalan didesa tersebut, boring jika terus-terusan didalam rumah minimalis tradisional yang kadang terasa panas.

Tak sengaja ia menemui seseorang sedang duduk didepan rumahnya sambil memainkan ponsel— tidak semua desa terpelosok itu rata-rata warganya tidak memainkan ponsel. Ia tersadar orang yang tengah duduk dikursi kayu itu pernah ditemuinya, orang yang disembuhkan dari gangguan ghaib waktu kemarin.

Wajahnya menawan dengan kulit sedikit sawo matang yang menjabarkan cocok untuk perawakannya. Angga dengan gerakan ragu segera mendekati cewek itu. Tau kalau didepannya ada orang cewek itu mendongak menatap Angga.

"Ngapunten, aku oleh lungguh neng kene?" tanya Angga sedikit grogi, tanpa sadar ia menggunakan logat bahasa Jawa untuk mengobrol dengan cewek didepannya sekarang.

(Maaf, aku boleh duduk disini?)

Tanpa dijawab cewek tersebut mengiyakan, dengan rasa canggung diantara mereka. Angga akan memulai obrolan ini.

"Oleh kenalan?"

"Aku Liya."

"Salam kenal, aku Angga."

Akhirnya mereka berdua sudah menjadi teman satu desa, ada satu pertanyaan yang ingin Angga bicarakan dengan Liya, mengenai soal ia bisa kerasukan? Meskipun terdengar lancang. Tapi Angga harus mengetahui tentang sosok yang kembali meneror warga desa ini.

"Li, Kowe erti karo mitos tentang cah wedon seng gentayangan?" ia langsung menuju topik yang harus banget diomongkan.

(Li, kamu tau sama mitos tentang cewek yang gentayangan?)

"Waktu kui ono cah wedon seng mati amargo dibunuh, mayatte kui ditemukkke marang warga ndeso iku pas ono wong seng njek golek kayu neng alas, Wit gede kui ono mayat seng akeh bekas sayatan , njebulle iku warga neng ndeso kui. Cah wedon iku dicemplungke neng sumur seng digawe dewek. Anak dari Pak—" diambang rasa penasaran Angga kecewa ama cewek itu tidak mau meneruskan ceritanya.

(Waktu itu ada cewek yang meninggal karena dibunuh, mayatnya itu ditemukan sama warga desa. Waktu ada orang yang lagi nyari kayu dihutan, pohon besar itu ada mayat yang banyak bekas luka. Cewek itu dimasukkan kedalam sumur yang dibikin sendiri. Anak dari Pak—)

"Pak siapa???" tanyanya dengan ekspresi tampang wajah serius.

"Pak Karto," sahutnya singkat

Angga sedikit bingung, ia tak pernah sedikitpun mendengar nama yang disebutkan Liya barusan. Mungkin karena ia baru sekarang datang kedesa ini jadi ada pendatang baru kayaknya.

"Siapa Pak Karto??? Emang ada warga desa ini yang namanya Karto?"

"Ono, tapi iku rahasia."

Bangsat!!! Kalo gua nggak diteror sosok itu ngga bakal gua kepoin nih informasinya!!!!

Mulutnya seakan ingin berkata kasar didepan Liya, namun ia kurungan untuk menjaga sopan santun didesa tua ini. Angga mengusap mukanya dengan agak keras. Itu informasi yang ia butuhkan saat ini untuk membongkar sebuah rahasia yang masih blom ia tahu.

"Sosok iku iso ngerasuki kowe mergo opo?"

(Sosok itu bisa merasuki kamu gara-gara apa?)

"Dalam peraturan neng ndeso iki. Ojo pernah buka lawang selepasse bar sholat isya, tapi aku malah buka lawang iku pas ono suara ketukan seng jumlahhe telu, njuk lebarre aku kesurupan."

(Dalam peraturan didesa ini, jangan pernah buka pintu setelah sholat isya. Tapi aku malah buka pintu itu waktu ada suara ketukan yang jumlahnya tiga, lalu habis itu aku kemasukan)

Liya menghentikan sejenak perkataan nya. "Sosok seng bendino neror ndeso iki kembali neh, gara-gara ono wong seng buka sumur kui."

( Sosok yang setiap hari teror desa ini kembali lagi, gara-gara ada orang yang buka sumur itu)

Waktu kemarin? Gua malah buka pintunya!!! Sial banget. Dan siapa yang buka sumur itu??? Toh gua kagak pernah buka sumur itu.

"Lalu kalo ada orang yang membuka pintu waktu ada suara ketukan, emang ada teror?" Angga kembali menanyakan lagi, tapi menggunakan bahasa Indonesia.

"Yo, mungkin ono seng meh diomongke seko sosok kui."

(Ya, mungkin ada yang mau dibicarakan sama sosok itu)

"Maksudnya? Sejenis kayak kita harus menemukan jawabannya?"

Liya berdehem, ia sebenarnya tau tentang sosok itu. Namun ia belum mengetahui siapa yang membunuh anak dari Pak Karto. Selama bertahun-tahun warga desa itu sibuk mencari tau penyebabnya namun tak ada yang bisa menemukan siapa yang jadi pelaku.

Tapi sosok itu bilang jangan ikut campur! Tapi waktu pertama kali gua diteror waktu dihutan sosok itu bilang temukan kebenaran nya. Yang bener mana!!!

"Ono siji hal, nek ono wong seng sering diteror karo sosok iku. Palingan sosok iku pengen wong kui cerek karo dee," ucap Liya yang aslinya bukan untuk menakuti-nakuti Angga.

(Ada satu hal, kalo ada orang yang sering diteror sama sosok itu, mungkin sosok itu ingin orang itu deket sama dia)

"Persetan!!!"

"Aku erti isi atimu ngomong piye, luwih becik kowe temukke kebenaran ne. Ngko aku tak melu bantoni kowe."

(Aku tau isi hatimu bicara gimana, lebih baik kowe temukan kebenarannya. Nanti aku ikut bantuin kamu)

"Ben aku wae seng komunikasi marang sosok iku," sambungnya.

(Biar aku aja yang komunikasi sama sosok itu)

Angga agak sedikit terkejut kalau Liya bisa berkomunikasi dengan mahluk halus, ia pikir berurusan dengan hal begitu malah bikin ia makin frustasi sedangkan Liya, terlihat biasa-biasa aja.

"Lu bisa liat setan?" sahut Angga seraya berfikir karena baru kali ini ia mempunyai seorang teman cewek bisa melihat semacam itu.

"Wes suwi, aku wae kenal karo kowe sedurunge kowe kenal karo aku," jawabnya menyeringai.

(Udah lama, aku udah kenal sama kamu sebelum kamu kenal sama aku)

"Kok bisa?"

"Yo seko. Pakdemu lah!!!" disertai tertawa ringan.

*****

Sehabis sholat isya Angga mengajak Pakdenya untuk berbincang sedikit disofa ruang tamu. Bukan masalah serius sih, hanya pikiran Angga ingin sekali menanyai siapa Pak Karto itu.

"Ono opo. Yo?" tanya Pak Joko.

"Pakde tau tentang perempuan yang dibunuh? Dan kaitannya dengan sumur tua itu???" itulah kalimat yang daritadi ingin dilontarkan namun Angga takut untuk menyampaikannya.

Pak Joko disitu hanya diam, ia belum bisa menjawab pertanyaan dari keponakannya. Dari informasi nyokapnya Angga, ia diberitahu bahwa beberapa bulan yang lalu Angga mengalami peristiwa kelam.
Sejak itu Pak Joko tidak ingin Angga berkaitan lagi dengan hal mistis.

"Kowe erti seko sopo? Rumor koyo kui gor ngapusi. Ojo gampang percoyo tentang koyo ngono, Nga!" sergah Pak Joko karena ia harus bisa menutupi cerita ini.

(Kamu tau darimana? Berita itu cuman bohong. Jangan gampang percaya tentang kayak gitu, Nga!)

Angga tersentak, ia lalu tertegun tanpa bicara lagi. Hal-hal yang ingin ia tanyakan lagi kini lenyap seketika. takutnya Pakdenya akan marah besar. Ia memilih untuk masuk ke kamar dengan wajah tak memandang Pak Joko.

TBC
ALHAMDULILLAH CHAPTER 6 SUDAH SELESAI, YUK YANG PENASARAN BACA!! JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN DAN VOTENYA ☺️

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Jun 04, 2023 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

Alas Keramat (Belum Tamat)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ