prolog

8 1 0
                                        

Bertemu denganmu adalah kebahagiaan sekilas bagiku. Dan sialnya aku langsung menaruh hati pada mata teduhmu.

Seorang wanita mempunyai tipe sendiri - sendiri dalam hal fisik lawan jenis. Ada wanita yang suka tatapan insten pada mata tajam lelaki. Ada pula yang menyukai tatapan lembut dari mata teduh.

Aku berdiri diseberang pos satpam samping gerbang sekolah SMA Nusa Bhakti. Menatap ke ujung lapangan mengamati seseorang lelaki memegang mikrofon yang mendengungkan suara keras dari sound sistem disampingnya.
Lelaki itu terlihat jenaka dari wajahnya. Sungguh dia tak pantas sama sekali untuk hal serius. Meskipun aku tak tahu siapa dia tapi aku begitu menilainya.

Barisan Putih abu-abu baru mulai berkumpul di lapangan mengelilingi lelaki pemegang mikrofon tersebut. Hal-hal baru akan segera dimulai. Mari kita ikuti alur dunia akhir remaja ini.

"Untuk seluruh adik-adik kelas yang baru setelah apek silahkan langsung masuk ke ruang MOS disebelah selatan." Suara lelaki itu dibuat seakan-akan lembut.

"Lebay banget tuh suara." Bisik seorang wanita disampingku.

Aku menoleh padanya dengan senyum kecil.

"Yuk masuk bareng. Aku Nina."
Nina mengulurkan tangannya dengan senyum manis. Matanya sipit dan pipinya tembem. Badannya sedikit berisi tapi dia sangat cantik dengan kulitnya yang putih.

"Aku shaba."
Menyambut uluran tangan Nina sambil tersenyum.

Belum sempat Nina menggandeng tanganku untuk jalan bersamanya ada seorang lelaki yang mendahuluinya untuk sekedar menggenggam tangan bersalaman.

"Hallo shaba..."
Lelaki itu nyengir memperlihatkan gigi putih rapinya lengkap dengan satu kedipan mata jail. Aku yakin dia mendengar namaku tapi waktu berkenalan dengan Nina.

"Ada apa kak."
Jawabku ketus mencoba menarik tanganku yang malah dia genggam erat.

"Enggak ada. Cuman lagi pengen aja." Jawabnya simpel.

"Lepasin kak."
Ketusku sekali lagi. Dia berniat mempermalukanku atau bagaimana. Seenaknya menahanku ditengah lapangan sedangkan semua orang sudah masuk ruangan.

"Nggak bisa. Udah terlanjur nempel."
Aku melotot tak percaya mendengar jawaban lelaki dengan name tag bertuliskan Rasyid.

"Nggak jelas banget sih."
Cukup sudah aku mendengar bualan sialan itu. Ku injak kakinya sekeras yang kubisa lalu berlari sekencang mungkin menyusul teman-teman ku tadi.

"Kenalin nama gue Rasyid."
Teriak lelaki bernama Rasyid dengan wajah kesakitan dan sesekali mengelus kakinya yang sakit.

Orang ini benar-benar membuatku naik darah. Aku kira tadi dia adalah sosok yang ramah dan tau aturan. Ternyata dia lebih dari seorang siswa brandal pada umumnya.

Tatapan itu seakan tak asing bagiku. Tapi siapakah dia. Apakah aku pernah menemuinya. Mata teduh yang mengingatkanku pada seseorang dimasa lalu kembali membuatku waspada akan terjatuh dalam hati yang tak utuh.

ShabaWhere stories live. Discover now