Bab 32

79.7K 10.1K 224
                                    

Bagi Almira, hal yang paling menyenangkan berpacaran dengan Radit adalah mendapatkan kehangatan keluarga yang selama ini tidak pernah ia rasakan dari keluarganya sendiri. Tentu saja Seperti apa yang dirasakan Almira saat ini. Berulang kali Bu Ayu mengambilkan berbagai macam lauk dan menaruh di piringnya. Dengan semangat Bu Ayu menyuruhnya mencicipi semua makanan yang ada di atas meja makan.

"Almira makan yang banyak ya. Jangan malu-malu," ucap Bu Ayu sembari meltakkan rolade ke atas piring Almira.

Almira tersenyum tipis. Ia mengangguk, lalu mulai makan apa yang diberikan oleh Bu Ayu.

Setiap satu bulan sekali, pasti Radit akan mengajak berkunjung ke rumah laki-laki itu. Begitu datang, Almira langsung disambut dengan hangat oleh Bu Ayu dan Pak Idham. Mereka seperti menyambut kedatangan anak mereka sendiri. Bahkan perhatian Bu Ayu lebih tertuju padanya dibandingkan Radit dan Ganen yang notabene berstatus anak kandung.

"Ibu senang kalo kamu sering-sering main ke sini," ucap Bu Ayu menatap lekat ke Almira. "Ibu tuh suka masak. Kalo ada kamu, Ibu jadi senang karena masakan Ibu ada yang nyicipin."

"Papa kan juga selalu nyicipin masakan Mama," celetuk Ganen. "Bahkan selalu dihabisin juga," tambahnya.

Bu Ayu mencibir pelan. "Papa doang. Kamu sama Masmu sama aja. Sukanya makan di luar daripada makan di rumah."

"Sekarang kan lagi makan di rumah, Ma," sela Ganen. "Kalo lagi makan di luar, itu artinya sekalian makan sama klien," lanjutnya memberikan pembelaan.

Bu Ayu memilih tidak mendebat anaknya. Kedua anaknya memang sudah dewasa. Mereka sangat jarang berada di rumah untuk sekadar makan bersama. Tapi ia bersyukur, kedua anak laki-lakinya ini selalu akur dan selalu menyempatkan untuk makan bersama, meski satu atau dua kali saja dalam satu bulan. Itu sudah lebih dari cukup untuk Bu Ayu.

Kebahagiaan Bu Ayu semakin lengkap karena kehadiran Almira di tengah-tengah makan malam kali ini. Almira yang menyandang status sebagai kekasih Kevin, cukup membuatnya kegirangan setengah mati. Seorang perempuan yang sudah ia kenal sejak Almira baru menginjakkan kaki di bangku perkuliahan. Almira sosok yang ceria dan menyenangkan. Perempuan itu beberapa kali membantunya mengoreksi ujian milik mahasiswa lainnya. Selain pintar, tentu saja Almira memiliki paras yang cantik. Sebagai sesama perempuan, bisa dikatakan kalau wajah Almira tipe yang tidak bosan untuk dilihat dalam waktu yang lama. Bahkan ada beberapa mahasiswanya yang mengejar Almira, tapi perempuan itu tidak terlalu peduli.

Untung saja salah satu anak laki-lakinya bisa dekat dengan Almira. Tiap malam ia berdoa agar Kevin dan Almira benar-benar berjodoh, jadi ia bisa merasakan punya menantu seperti Almira.

Selesai makan malam bersama, Bu Ayu melarang Kevin untuk pulang. Ia menyuruh semuanya untuk pindah ke ruang tengah. Sudah ada teh dan beberapa cemilan di atas meja untuk menemani mereka mengobrol.

"Kapan kamu sama Almira rencana mau menikah?" tanya Bu Ayu langsung. Tatapannya tertuju lurus pada anak sulungnya.

"Setelah Almira lulus," jawab Radit penuh keyakinan. Ia melirik sekilas ke Almira yang nampak diam saja di tempatnya.

Bu Ayu tidak bisa menahan senyumannya. Perasaanya membuncah mendengar jawaban itu keluar dari mulut anaknya. "Alhamdulillah...," ucapnya penuh rasa syukur.

Sudah ada bayangan di kepalanya pesta pernikahan mewah yang akan digelar dalam waktu dekat. Bahkan ia juga sudah membayangkan sebentar lagi akan menimang cucu, anak dari Radit dan Almira. Membayangkannya saja membuat Bu Ayu merasa tidak sabar.

"Beneran mau nikah, Mas?" Kali ini giliran Ganen yang bertanya pada Kakaknya. "Kok cepat banget?"

Radit mengangguk dengan wajah datarnya.

Knock, Knock! (Completed)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt