Bab 3

118K 10.1K 162
                                    

Gisel tidak berhenti tertawa saat mendengar cerita konyol yang baru saja ia dengar dari mulut temannya. Sementara ia tertawa begiu lepas, berbanding terbali dengan Almira yang ada di hadapannya tengah memasang wajah masam.

"Kok bisa sih sampe jatuh dari treadmill?" tanya Gisel masih dengan sisa tawanya. "Seganteng apa tetanggamu sampe bikin kamu terpukau?" tanyanya lagi.

Almira cemberut. Harus diakui selain ia terkejut mendapati tetangganya berada di sebelahnya, ia juga saat itu seperekian detik terpukau dengan penampilan tetangganya. Entah kenapa tadi Almira merasa bahwa Radit, laki-laki yang tidak pernah membalas senyumannya menjadi lebih tampan saat sedang berlari di atas treadmill.

Saat mereka bertemu di lift, Almira ingat kalau laki-laki itu memakai jaket putih dengan celana pendek hitam. Tapi saat Almira melihat laki-laki itu berlari di sampingnya, jaket putih itu berganti dengan baju hitam yang pas di badan. Walaupun tidak memiliki otot yang besar, tapi menurut Almira badan itu cukup padat. Ditambah lagi wajah Radit yang menurutnya cukup tampan meski ia sadar bahwa Radit sudah cukup dewasa.

"Si Radit itu ganteng banget ya sampe bikin kamu jatuh?" tanya Gisel menahan senyum.

Almira mencebik mendengar pertanyaan dari Gisel. "Ganteng doang nggak nolongin juga percuma," cibirnya.

Kedua tangan Gisel terlipat di atas bantal sofa yang ada di pangkuannya. "Kamu bilang tetanggamu tua."

Almira mengangguk membenarkan.

"Kok bisa ganteng?" tanya Gisel lagi.

"Hugh Jackman juga tua, tapi dia ganteng."

"Oh, jadi tetanggamu ini tipe-tipe cowok tua yang menawan," ucap Gisel manggut-manggut. "Kenapa seleramu berubah jadi yang tua-tua sih?" tanyanya dengan wajah geli.

Sontak Almira langsung mengambil bantal dan melemparkannya tepat di depan wajah Gisel. "Yang bilang aku suka sama cowok itu siapa?" tanyanya dengan nada meninggi.

Gisel terkikik. "Yaudah kalo gitu, nggak usah dilihatin terus tuh cowok," ucapnya. "Hari ini kamu jatuh dari treadmill. Besok-besok mau jatuh dari mana lagi?"

"Aku punya mata, masa nggak dilihat," seloroh Almira kesal. Tangannya mengusap kaki yang sakit akinat jatuh dari treadmill. Saat ditolong oleh orang-orang, rasa sakit itu tidak terasa sama sekali. Ia berusaha tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada semua orang yang sudah membantunya, sebelum bergegas keluar dari tempat gym. Rasa sakit itu baru terasa saat ia masuk ke apartemen. Memang benar, rasa malu memang menutupi rasa sakit yang tadi ia rasakan.

"Aku jadi penasaran, cowok mana yang bikin seorang Almira jatuh dari treadmill."

Almira langsung membaringkan tubuhnya ke kasur. "Percuma, dia jarang keluar apartemen," ucapnya. "Paling kelihatan kalo pagi atau malem doang. Lebih sering kelihatan di cafe seberang, dia sering bawa cewek yang beda-beda. Terakhir kali dia lagi gandeng Natasya."

"Natasya?" Gisel mengerutkan keningnya. "Siapa Natasya?"

"Itu lho, tiktokers dari Surabaya yang suka review-review makanan mahal."

Gisel membulatkan bibirnya. "Aku nggak tau. Soalnya nggak pernah muncul di fyp-ku."

Almira menghembuskan napas keras.

"Lain kali coba ajak ngobrol deh. Jangan disenyumin doang," saran Gisel tiba-tiba. "Sapa tau kalo kamu ngajak ngobrol bakal ditanggepin," lanjutnya.

Almira mencibir. "Males, ah," sahutnya cepat. "Senyum aja nggak pernah dibales, apalagi kalo ngajak ngobrol."

Knock, Knock! (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora