Bab 1

151K 12.1K 150
                                    

Almira membuka pintu cafe dan langsung melangkah masuk ke dalamnya. Bangunan dua lantai ini memiliki gaya industrial. Cafe dengan pengunjung yang sebagian besar berasal dari apartemen yang ada di depannya.

Beberapa mobil dan motor terparkir rapi di halaman depannya. Almira ingat kalau ini adalah jam pulang kerja. Pantas terlihat ramai, karena selain cafe ini menjual kopi yang enak, di sini juga menjual makanan ringan dan makanan berat. Tempat yang sangat cocok untuk dijadikan tempat nongkrong anak masa kini.

Begitu masuk, Almira disambut oleh seorang perempuan dengan seragam coklat dan putih. Almira balas tersenyum, sembari matanya menelusuri seisi ruangan. Ini bukan kali pertama ia menginjakkan kaki di sini, tapi rasanya ia selalu terpukau melihat interior bergaya industrial yang diusung oleh konsep cafe ini.

Kepada perempuan yang tadi menyapanya, akhirnya Almira memesan hazelnutt latte dan satu piring pasta.

Ketika Almira bergerak mencari tempat duduk, ia merasa pundaknya ditepuk dari belakang membuatnya langsung berbalik.

"Kok nggak bilang kalo mau mampir,  Mbak?"

Almira menarik kursi dan langsung mendudukinya. Di depannya sudah duduk Ina, seorang perempuan yang dikenalnya sejak Almira rajin datang ke cafe ini.

"Aku kira kamu hari ini nggak kerja."

"Harusnya sih aku libur," sahut Ina. "Tapi karena temenku ada yang sakit, jadi aku gantiin dia."

"Nggak papa nih kalo kita ngobrol kayak gini? Kamu nggak lagi sibuk?"

"Nggak papa. Sekarang emang waktuku buat istirahat."

Pesanan Almira diantar oleh pelayan ke mejanya. Setelah mengucapkan terima kasih, pelayan tadi langsung pergi.

"Belum makan, Mbak?" tanya Ina saat melihat Almira makan dengan begitu lahap. 

Almira menggeleng, lalu menyuapkan pasta ke dalam mulutnya. "Seharian ini aku di kampus terus. Bahkan hari ini cuma sempat makan roti aja buat sarapan."

"Kuliah S2 emang seberat itu, Mbak?"

Almira menggeleng. "Nggak berat banget kok. Emang akunya aja yang lupa makan," jawabnya dengan terkekeh.

Ina mendengus. "Aku kira beban kuliah S2 lebih berat dari S1," sahutnya. "Karena habis selesai kuliah S1, aku berencana mau lanjut S2 juga kayak Mbak Almira," lanjutnya.

Almira menahan tawanya. "Buat aku nggak berat. Tapi nggak tau juga kalo buat orang lain."

Walaupun Ina beberapa tahun lebih muda dari Almira, tapi topik obrolan mereka selalu nyambung. Pertama kali ia datang ke cafe ini adalah saat ia harus menyelesaikan skripsinya. Karena selalu butuh kopi dan tempat belajar yang nyaman, cafe ini yang menjadi tujuannya.

Berbekal kenekatan, akhirnya Almira memilih keluar dari rumah dan tinggal di apartemen saat ia menginjak semester akhir. Karena sering merasa kesepian di apartemen, akhirnya Almira lebih suka mengerjakan skripsi di cafe. Dari situlah dia mulai dekat dengan Ina. Setiap Almira datang ke cafe, Ina selalu menyempatkan waktu untuk mengobrol dengannya.

"Mbak, aku lagi deket sama cowok. Dia ganteng banget," beritahu Ina tiba-tiba.

Almira mengangkat pandangannya dari piring. "Oh ya, kenal dimana?"

"Aplikasi dating," jawab Ina berbisik. Entah kenapa ia memberitahu Almira dengan suara yang kecil. Mungkin karena ia malu berkenalan dengan laki-laki melalui aplikasi. "Mbak pernah main aplikasi dating?"

Almira mengangguk. "Dulu pernah."

"Gimana? Mbak dapet cowok yang baik kan?"

"Hmmm ... pada baik sih," jawab Almira. "Tapi aku lebih sering dapet orang luar, nggak pernah yang lokal."

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now