Bab 24

84.8K 10.4K 275
                                    

Saat ini Almira sudah berada di mobil Radit perjalanan menuju rumah Bu Ayu. Di sebelahnya ada Radit yang sedang fokus menyetir. Sesekali Almira memandang Radit dari samping. Meskipun sudah satu bulan mereka dekat dengan status berpacaran, tetap saja Almira masih tidak menyangka. Tetangga yang bahkan tidak pernah membalas senyumannya, kini malah menjadi pacarnya. Hidup Almira memang selucu itu.

"Mas," panggil Almira membuat Radit menoleh sekilas.

"Iya?"

"Kapan Mas Radit punya rencana nikah?"

Radit diam sejenak tidak langsung menjawab. "Kalo kamu siap."

Almira yang mendengar itu sontak terbatuk. "Kenapa kok nunggu aku siap? Kan Mas Radit umurnya udah siap banget buat nikah."

"Karena sekarang kamu pacarku," jawab Radit. "Nggak mungkin aku nikahnya sama cewek lain."

"Dulu waktu sama cewek lain pernah kepikiran buat nikah juga nggak?" tanya Almira penasaran. Radit beberapa kali dekat dengan perempuan, pasti diantara banyaknya perempuan itu, ada yang ingin dinikahi oleh Radit.

"Iya," jawab Radit jujur.

Sontak mendengar itu Almira mencebik kesal. "Terus kenapa Mas Radit nggak nikah sama mereka?" tanyanya lagi. Wajah kesal masih tergambar jelas di raut Almira.

"Ternyata nggak cocok."

"Nggak cocok dari segi apa?" tanya Almira mendesak. "Jawabnya agak panjang. Jangan pendek-pendek," lanjutnya sebelum Radit sempat menjawab.

"Hmmm ... mereka terlalu sering marah tanpa alasan. Mereka bahkan nggak pernah bilang alasan marahnya, dan nyuruh aku untuk nebak sendiri. Akhirnya mereka lama-lama pergi gitu aja."

"Emang Mas Radit yakin mau nikah sama aku?"

"Dijalanin aja dulu," jawab Radit sekenannya.

Kepala Almira manggut-manggut. Walaupun kesal dengan jawaban Radit yang cenderung singkat, tapi Almira sudah mulai terbiasa. Yang terpenting bagi Almira adalah Radit tetap menjawab semua pertanyaan yang ia ajukan.

"Pulang dari rumah orang tuanya Mas Radit kita mampir beli mie ayam yuk, Mas," ajak Almira tiba-tiba. "Aku lagi pingin makan mie ayam deh."

"Oke."

Almira memekik senang. "Makasih, Mas."

Radit hanya tersenyum tipis tanpa membalas ucapan Almira. 

***

"Titipan Mama udah kamu beliin semua kan?" tanya Bu Ayu kembali memastikan. Ia melihat ke dalam paper bag yang ada di pangkuannya.

Radit mengangguk. "Sudah."

"Oh ya, kenapa kamu nggak ngasih tau ke Almira kalo lagi di Jakarta?" tanya Bu Ayu galak. "Kamu itu kalo sama pacar harus lebih terbuka. Komunikasi itu penting, lho," lanjutnya menasihati.

"Aku udah ngasih tau, Ma."

Bu Ayu beralih memandang Almira. "Dia ngasih tau kamu?"

Almira meringis, lalu menggeleng pelan. Kemudian ia menceritakan bagaimana cara Radit memberitahunya. Bu Ayu yang mendengar itu hanya ternganga saking tidak percayanya.

"Kamu dulu sekolah dengerin guru nggak sih? Masa nggak bisa bedain gimana buat kalimat tanya sama ajakan," omel Bu Ayu kesal.

Radit hanya mengedikkan bahunya.

Bu Ayu geleng-geleng kepala. "Almira mau makan ya? Sebenarnya Ibu nggak masak, tapi kalo kamu mau nanti ibu pesenin makanan buat kamu sama Radit."

"Nggak." Bukan Almira yang menjawab, melainkan Radit.

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now