Bab 10

90.7K 8.9K 246
                                    

Ketika mata Almira bertemu pandang dengan Ina, bibirnya sontak menyunggingkan senyum. Di sebelahnya, ada Radit yang senantiasa menuntunnya agar tidak terjatuh saat melangkah.

"Mbak Almir--" ucapan Ina terhenti saat baru menyadari ada laki-laki di sebelah Almira. Begitu melihat laki-laki di sebelah Almira, spontan ia sedikit membungkukkan badannya dengan sopan. "Malam, Pak," sapanya.

Almira mengerutkan dahi melihat apa yang dilakukan Ina. "Kamu kenal sama Mas Radit?" tanyanya kebingungan. Ia menoleh ke Radit yang masih saja tanpa ekspresi. Kemudian ia beralih lagi menatap Ina.

"Hmmm ... jelas kenal dong, Mbak. Masa sama bos sendiri nggak kenal," jawab Ina dengan tersenyum lebar.

"Bos?!" pekik Almira terkejut.

Ina mengangguk. "Pak Radit yang punya cafe ini," ucapnya memperjelas.

Almira sontak menoleh, menatap Radit dengan mata membelalak dan mulut terbuka. "Mas Radit yang punya cafe ini?" tanyanya tak percaya.

Radit mengangguk kecil.

"Kok nggak cerita?" tanya Almira spontan.

"Buat apa?"

"Bu-- buat ... iya ya, buat apa Mas Radit cerita ke aku?" tanya Almira lebih pada diri sendiri. Memang Radit tidak ada keharusan untuk menceritakan soal pekerjaannya padanya. Status mereka hanya tetangga yang nggak terlalu dekat. Kedekatan ini hanya bersikap sementara. Setelah kakinya sembuh, pasti mereka akan menjadi dua orang asing lagi.

"Lagi pula kita nggak sedekat itu," ucap Radit.

Ina berdeham, memutus pembicaraan dua orang di depannya. "Pak Radit makananya mau dibawa ke atas seperti biasa?" tanyanya dengan sopan.

Radit mengangguk, kemudian Ina berjalan meninggalkannya. "Kamu mau duduk dimana?" tanyanya pada Almira.

"Pojok."

Radit langsung menuntun Almira ke meja pojok yang biasa ditempati perempuan itu. Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba Almira menahannya. "Kenapa?"

"Aku belum pesen makanan sama minuman."

"Ina," panggil Radit sedikit keras.

Ina yang sudah berjalan beberapa langkah, harus kembali lagi begitu mendengar namanya dipanggil. "Iya, Pak?"

"Kasih Almira pesenan yang biasa dia pesan."

Ina mengerutkan dahi. "Setiap datang pesanan Mbak Almira selalu ganti-ganti, Pak."

"Kalo gitu kasih yang paling sering dia pesan."

"Kenapa Mas Radit nggak nanya aku maunya apa?" tanya Almira kesal.

"Kelamaan." Radit memberi tanda agar Ina bergegas menyampaikan pesanannya ke bagian dapur.

"Harusnya Mas Radit nanya ke aku," omel Almira begitu sudah duduk di tempatnya.

"Jangan berisik," tegur Radit penuh peringatan. "Kamu ganggu orang lain."

Almira langsung mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Karena suaranya yang terlalu keras, membuat beberapa pelanggan menatap ke arahnya. Ia langsung tersenyum salah tingkah karena merasa malu.

"Mas Radit mau kemana?" tanya Almira dengan suara lebih pelan dari sebelumnya. Tangannya dengan cepat mencekal tangan Radit yang hendak meninggalkan meja.

"Ke atas." Radit menunduk, memperhatikan tangan Almira yang memegangi tangannya.

"Mas ninggalin aku?" tanya Almira masih dengan memegangi tangan Radit.

Knock, Knock! (Completed)Where stories live. Discover now