Bab 12

82K 9K 373
                                    

"Safa bilang kamu sering bawa cowok nginap di apartemen," ucap Mama menatap lurus ke anaknya.

"Ngaco! Aku nggak pernah ngajak teman cowokku nginap di apartemen," sangkal Almira. Tentu saja kecuali Devan. Temannya yang satu itu tidak termasuk laki-laki yang berbahaya untuknya.

Mama menegakkan duduknya. "Tapi Safa bilang kayak gitu ke Mama. Lagian buat apa Kakakmu itu bohong ke Mama," sahutnya. "Dia bilang kayak gitu pasti karena khawatir sama kamu. Seharusnya kamu sebagai Adek ngerasa senang karena punya Kakak yang perhatian."

Almira berdecak. "Aku beneran nggak pernah ngajak temen cowokku nginap, Ma."

"Jangan berani bohong kamu sama Mama!" seru Mama dengan nada tinggi.

"Aku nggak bohong, Ma!" Almira secara tidak sadar ikut meninggikan suaranya juga.

"Benar apa kata Safa. Sebaiknya kamu balik lagi tinggal di rumah. Daripada kamu tinggal di apartemen, yang ada kamu semakin liar."

Sepertinya Almira mulai mengerti arah pembicaraan Mamanya. Kedatangan Mamanya ke apartemennya secara tiba-tiba pasti karena ucapan Safa. Entah apa yang diucapkan Kakaknya itu, yang pasti membuat Mamanya menyangka kalau selama ini Almira bersikap liar saat tinggal di apartemen.

"Mama tau kenapa Kak Safa nyuruh aku keluar dari apartemen?"

"Kenapa emangnya?" Mama balas bertanya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Kakak nyuruh aku pindah karena uang sewa apartemenku mau dipinjam sama dia." Almira sudah tidak peduli tentang Kakaknya. Mamanya juga harus tahu masalah ini agar ia tidak terkena imbasnya.

Mama justru tertawa mendengar penuturan anak bungsunya. "Bercanda kamu," ejeknya. "Uang Zaki itu banyak, mana mungkin Safa mau pinjam uang sama kamu yang belum punya penghasilan sama sekali. Kamu aja masih dapet transferan dari Mama tiap bulan."

"Kakak habis ketipu arisan online, Ma!" seru Almira frustrasi. "Dia punya hutang ke temen-temennya karena arisan online itu."

Mama menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jangan karena Safa beberin kelakuan nakalmu selama tinggal di apartemen, kamu jadi fitnah Kakakmu kayak gitu!" serunya kembali meninggikan suaranya. "Mama nggak pernah ngajarin kamu kayak gitu."

"Kenapa Mama nggak percaya? Aku juga anak Mama, lho...." ucap Almira mulai putus asa. "Perlakuan Mama ke aku sama ke Kakak itu beda. Mama nggak bisa berlaku adil ke aku."

"Mama nggak pernah ngebedain kalian. Dimata Mama, kalian semua sama."

Almira mendecih sinis. "Tapi aku yang ngerasain, Ma."

"Benar apa kata Safa, semenjak kamu tinggal sendiri kamu jadi makin nggak sopan. Membangkang kalo dikasih tau orang tua," omel Mama dengan wajah memerah. "Buat apa kamu sekolah tinggi-tinggi kalo berani sama orang tua, hah?" bentaknya keras.

Almira berjingkat saat mendengar bentakan dari Mamanya.

"Mulai hari ini kemasi semua barangmu dan kembali ke rumah!"

"Nggak mau!"

"Almira Nafya Wibowo!" sentak Mama yang langsung berdiri dari kursi. "Mama nggak mau tau, pokoknya kamu harus keluar dari apartemen ini."

"Aku nggak mau, Ma."

"Kalo kamu nggak mau keluar dari apartemen ini, artinya kamu udah siap kehilangan uang bulanan dari Mama," ancam Mama.

"Aku nggak peduli," sahut Almira cepat. "Aku nggak peduli sama uang bulanan dari Mama."

"Mama juga akan bilang ke Mona dan Safa untuk stop kasih uang bulanan ke kamu," ancam Mama lagi.

Knock, Knock! (Completed)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin