Kelas Tambahan

Mulai dari awal
                                    

Ditaro gue disofa, lalu Pak Yoshi duduk disebelah gue sambil ngulurin lengannya buat jadi bantalan kepala, gue bersandar nyaman di lengannya.

"Gimana? Sudah sebulan kita jalanin hubungan dwb, kamu nggak ngerasain perubahan gitu?" Tanya Pak Yoshi.

"Perubahan? Maksudnya?" Tanya gue balik.

"Perubahan dari kamu."

Gue memutar bola mata malas, "Itu mah nggak bisa diukur dalam waktu singkat dong, Mas. Saya juga masih berusaha meningkatkan belajar saya."

Pak Yoshi terkekeh pelan sambil nyium rambut gue, "Bukan itu, kamu mah udah nggak usah belajar giat lagi buat dapet nilai bagus dari saya."

"Iya juga sih... Terus apa dong?"

Tangan Pak Yoshi tiba-tiba meremas payudara gue, "Ini, sama ini." Lalu ia menepuk bokong gue.

"Anjir!"

Pak Yoshi ketawa lepas dengan tangan yang masih meremas-remas susu gue. Emang dosen bangsyate.

"Ish, Mas mah mesum!" Kesal gue.

"Kalo saya nggak mesum, saya nggak bisa enakin kamu dong."

"Ishhhh!" Gue mencubit pipinya kesel.

Pak Yoshi cuman senyum-senyum, yang sialnya senyuman nya sangat manis. Mana itu tangan makin lama makin ngerambat masuk ke crop top gue, terus ngelus-elus perut gue dan makin naik ke dada gue.

"Mas..." Gue makin lama makin terpancing sama sentuhan manjanya.

"Kenapa?" Tanya nya tanpa dosa.

"Katanya mau kelas tambahan." Gue mengigit bibir bawah gue saat tangan Pak Yoshi nyelundup masuk ke celana dan kedaleman gue.

"Ya ini kelas tambahan nya." Lalu satu jarinya masuk ke lubang gue tanpa permisi.

"Akh! Mashhh!" Gue nyengkram lengannya sambil memejamkan mata. Perih coy! Meski udah dimasukin pake anuan nya tetep aja perih.

"Mass! Udah-udah, ah! Ss-sakit, aww!" Ucap gue ribut.

"Mulutmu bilang udah, tapi yang dibawah menerima jari saya dengan senang hati." Katanya dengan menampilkan smirk kearah gue. Pak Yoshi menambahkan satu jari lagi, dua jari bersarang di lubang gue.

"Shhh, ahhh..."

Gue makin kuat mencengkram bahunya, "Mass..."

"Refleks baby." Pak Yoshi merangkul gue dengan tangan kanannya, menaruh wajah gue didadanya.

Gue mengangkat kepala, menatap Pak Yoshi yang asik ngeluar-masukin lubang gue.

"Cantik," Ucapnya lalu ia mengecup dahi gue lembut.

"Mas, kalo mau mending pake yang lain, jangan pake jari." Kata gue.

Pak Yoshi kembali terkekeh, "Pemanasan dulu."

"Ih saya nggak suka, jadinya perih tau." Protes gue.

"Masa sih?"

Gue ngangguk, "Kalo pake yang ini baru deh enak." Kata gue sambil ngelus burungnya yang masih anteng.

"Hmmm, nakal yak."

Gue menangkup wajahnya, perlahan gue melumat bibir Pak Yoshi. Kita sama-sama memejamkan mata, menikmati tiap lumatan-lumatan lembut dari gue.

"Mmphh..."

Pak Yoshi melepaskan jarinya dari lubang gue, lalu ia semakin mengeratkan pelukkan kita.

Hingga nafas gue habis, dan ciuman kita terhenti tapi masih dalam posisi yang sama. Jarak antara gue dan Pak Yoshi sangat dekat, bahkan gue dapat merasakan hembusan nafasnya dipipi.

Pak Dosen || Kanemoto Yoshinori Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang