I'm Broken "Part 22"

Start from the beginning
                                    

"Bisa minta tolong gak? Bisa jemput aku disini gak? Nanti aku kirim nama tempatnya," Anabelle sesekali meringis sambil memegangi kakinya.

"Aku kesana sekarang," kata Kenzie lalu langsung mematikan telfonnya. Anabelle langsung mengirim alamatnya melalui pesan singkat.

***

Pukul 10.45 malam.

Kenzie yang sedang asik bermain game tiba-tiba dikejutkan dengan dering ponsel. Ia langsung mem-pause gamenya, lalu segera mengangkat telfonnya ketika ia melihat nama siapa yang tertera si ponselnya.

Anabelle.

"Bisa minta tolong gak? Bisa jemput aku disini gak? Nanti aku kirim nama tempatnya," Kenzie langsung membanting joysticknya, lalu segera mengambil kunci mobilnya.

"Aku kesana sekarang."

Ketika Kenzie sudah mendapatkan alamatnya, ia langsung terburu-buru pergi meninggalkan rumahnya.

***

Ibarat sudah jatuh, lalu tertimpa tangga. Itulah yang sekarang dirasakan oleh Anabelle. Bajunya basah, kakinya terkilir, lututnya luka parah, dan kini ia menggigil karena udara pada malam hari sudah semakin dingin.

Kenzie sudah datang, mungkin kalau Kenzie belum datang, Anabelle akan seperti orang gila bergaun yang pingsan di pinggir jalan. Kenzie langsung keluar dari mobilnya, hanya menggunakan celana tidur, dengan kaos oblong warna putih. Kenzie langsung menhampiri Anabelle, lalu memeluknya dengan erat. Kenzie menggendong Anabelle masuk kedalam mobilnya.

Sesudah masuk kedalam mobil, Kenzie langsung mengambilkan baju dan hoodie yang memang sengaja iya bawa setiap harinya. Kenzie menyalakan penghangat yang berada di dalam mobilnya.

"Pake dulu, biar gak kedinginan. Baju kamu basah, mau ganti dulu? Biar aku keluar," Anabelle menggeleng.

"Ish," Kenzie buru-buru memakaikan hoodie miliknya ke tubuh Anabelle. Kenzie mengecek suhu badan Anabelle yang naik secara drastis, kakinya yang luka-lukapun tertangkap jelas di matanya.

"Kita ke rumah sakit sekarang," Kenzie ingin langsung tancap gas, tetapi tangannya ditahan oleh Anabelle.

"Jangan bilang sama semuanya, janji?" tanya Anabelle lemas, Kenzie mengangguk dan langsung menyalakan mesin mobilnya.

Selama di perjalanan Kenzie tidak pernah melepaskan pandangan kearah Anabelle, bukan hanya tidak melepas pandangannya, tapi ia juga tidak melepas genggaman tangannya yang bertautan dengan tangan Anabelle.

"Kamu utang banyak cerita sama aku," kata Kenzie masih terfokus pada jalanan.

"Yaampun orang lagi sakit, bukannya dibaik-baikin malah diancem gini," Anabelle pura-pura ngambek, lalu ingin melepaskan tangannya. Kenzie tidak membiarkan itu terjadi.

"Ngambek boleh, tapi jangan dilepas, nanti kamu kedinginan," kata Kenzie mengeratkan genggamannya. Pipi Anabelle langsung merona merah, jika ini tidak di dalam mobil dengan keadaan yang gelap, mungkin ia akan malu berat.

Ketika sudah sampai di rumah sakit, Kenzie langsung menggendong Anabelle keluar, dan meminta bantuan suster untuk segera menanganinya.

Anabelle segera dimasukkan diruang UGD, dan Kenzie hanya bisa menunggu diluar karena tidak diperbolehkan untuk masuk kedalam. Setelah melewati pemeriksaan yang lumayan lama, akhirnya dokterpun keluar.

"Keluarga dari pasien Anabelle?" tanya dokter.

"Saya dok, gimana keadaan Anabelle?" tanya Kenzie khawatir.

"Untung kamu buru-buru dia kemari, kalau tidak luka di lututnya itu bisa infeksi, dan bisa fatal juga. Kakinya terkilir hebat, ia belum bisa berjalan untuk beberapa hari kedepan, dan mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk proses penyempuhan dan terapi berjalan. Pasien juga menderita demam tinggi, dan mungkin harus dirawat beberapa hari untuk penyembuhannya. Dan untuk yang lainnya tidak usah dikhawatirkan," kata dokter panjang lebar menjelaskan.

I'M BROKENWhere stories live. Discover now