7

57 4 0
                                    

Beginilah resiko jika kita mencintai seseorang dalam diam, kita harus siap terluka dengan sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.
-Adiba

***
A

diba terdiam setelah Aida menceritakan semuanya pada Adiba, hati Adiba serasa remuk, sungguh sangat sakit rasanya bertahun-tahun dirinya mencinta Alby namun kini ia harus menerima kenyataan bahwa Alby mencintai wanita lain yang berstatus Ning.

"K-kak serius?" Tanya Adiba menatap dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Jangan nangis, dek. Gak baik." Tegur Aida menghapus air mata yang sudah berhasil mengenai pipi Adiba.

"Sakit banget hati Diba, kak..." Lirih Adiba memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Kamu masih mau mendengar satu hal lagi? Tapi kalau kamu gak kuat kakak gak akan cerita." Ucap Aida.

"Ceritain aja, kak."

"Saat acara Minggu lalu Alby datang ke pondok pesantren bawa novel untuk Ning Naura. Kamu udah liat status WhatsApp kakak kan?" Satu lagi yang berhasil membuat dada Adiba sesak, hatinya seperti di remas-remas, sakit sekali rasanya.

"J-jadi novel itu untuk Ning Naura? Dan yang foto sama kakak itu Ning Naura? Beda banget ya kak sama aku." Kata Adiba tersenyum pahit.

Aida mengusap air mata Adiba yang hampir menetes, ia tak mau air mata Adiba menetes karena seorang lelaki yang belum halal baginya.

Aida dengan penuh kasih sayang mendekap tubuh Adiba yang terlihat lemah. "Kakak mohon jangan nangis, dek. Kakak gak suka kamu menangisi laki-laki yang gak halal untuk kamu, tolong jangan gini gak pantes kamu nangisin laki-laki yang bukan mahrom kamu, Dib." Tegur Aida mengusap lembut memberikan secercah energi untuk sang adik.

Adiba melepaskan pelukannya ia langsung mengusap kedua pipi dan matanya menghapus cairan bening yang sangat bakal yang terus saja keluar walau Adiba sudah menahannya.

"Ini teguran dari Allah, Dib. Allah cemburu sama kamu yang terlalu mencintai dan mengharapkan ciptaannya sampai tak sadar kamu mengabaikan sang penciptanya. Cintai dulu penciptanya maka insyaAllah seseorang yang kamu cintai itu akan datang dengan sendirinya." Ucap Aida menatap Adiba sembari tersenyum menenangkan Adiba.

"Ya Allah maafkan hamba mu ini..." Lirih Adiba menangis lagi, kali ini bukan karena sakit hati yang ia rasakan namun ia menyesali perbuatannya yang terlalu mencintai manusia sampai ia lupa dengan sang pencipta.

"Ambil wudhu sana, Dib. Biar kamu lebih tenang." Kata Aida yang langsung di turuti oleh Adiba.

Salmaaaaa

Assalaamu'alaikum, sal

Wa'alaaikumu Salaam
Ada apa, adib?

Mau anterin aku jalan jalan?

Loh tumben banget nih
Ada apa dib?

Aku udah tau semuanya
Mau ya?

Apapun buat Bestie aku
Yang kuat dan cantik ini,
Gas otw aku nyamper kamu
Tunggu di depan rumah kamu aja ya
Aku bawa motor

Makasih Salma

Yap, sama sama!

Adiba segera bersiap-siap untuk pergi sekedar jalan-jalan menenangkan pikiran nya setelah tadi ia sempat berdzikir kepada Allah. Karena sebaik baiknya obat untuk jiwa kita, untuk hati kita adalah dzikrulloh, mengingat Allah.

Adiba ShakiraKde žijí příběhy. Začni objevovat