4

59 5 0
                                    

Pulang sekolah kini Adiba berjalan menyusuri trotoar untuk pulang, Adiba memutuskan untuk jalan saja karena ia ingin mampir ke toko buku untuk membeli buku yang berunsur agama Islam untuk ia pelajari.

Adiba masuk ke dalam toko buku, ia mulai mencari cari buku seputar wanita.

"Nah ini." Adiba tersenyum senang ketika ia mendapatkan buku yang sudah dia cari-cari, ia pun berjalan menuju kasir untuk membayar buku tersebut.

Sesampainya di kasir sungguh mengejutkan, Adiba melihat Alby. Namun Alby terlihat gelisah kali ini sembari mencari sesuatu dalam tas nya.

"Permisi, kamu kenapa?" Adiba memberanikan diri untuk bertanya pada Alby.

Alby menoleh, "dompet saya tidak ada." Ucap Alby dengan raut yang gelisah.

"Biar saya yang bayar dulu aja." Adiba tersenyum.

Adiba menyerahkan buku yang akan ia beli kepada kasir untuk ia bayar. "Sama yang itu jadi berapa, mba?" Tanyanya.

Adiba pun menyerahkan uang pas kepada kasir, ia memberikan buku yang dibeli oleh Alby yang ternyata berjudul 'anna uhibbuka fillah'.

"Terima kasih ya." Ucap Alby tersenyum tipis menerima buku yang Adiba berikan, Adiba hanya mengangguk sembari membalas senyuman Alby.

Alby keluar toko lebih dulu di susul oleh Adiba. Adiba memberhentikan salah satu angkutan umum, ia pun naik dan angkot tersebut mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Alby menatap buku tersebut lalu tersenyum. "Semoga Naura suka dengan buku yang saya berikan ini, dia kan memang suka sekali membaca novel novel islami seperti ini." Gumam Alby memandangi novel islami yang ia beli menggunakan uang Adiba.

Jika Adiba tahu apakah hatinya akan baik-baik saja ya?

Adiba menyimpan tas nya di tempat biasa ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya, tak perlu waktu yang lama Adiba sudah selesai ia pun memutuskan untuk keluar kamar duduk di sofa saja menghampiri umi nya yang ternyata sedang menonton televisi.

"Umi?" Panggil Adiba lembut, ia pun mendudukkan dirinya di samping Ranti.

"Iya nak ada apa?" Jawab Ranti lembut sembari menolehkan pandangannya kepada anak tengah nya itu.

"Kak Aida kapan pulang?" Tanya Adiba.

Ranti tersenyum, "sabar ya sayang? Kak Adiba besok ada kegiatan belum bisa pulang." Jawab Ranti mengelus lembut kepala Adiba yang terbalut hijab.

"Kangen kak Aida deh." Ucap Adiba mengerucutkan bibirnya.

***
Malam pun tiba, Aida bersama Naura kini sedang mempersiapkan untuk acara malam ini. Santri dan santriwati akan di kumpulkan di aula, walaupun di gabung tetap ada pembatas untuk mereka dan acara kali ini akan di isi dengan pembacaan Al-Qur'an, ceramah-ceramah, dan sholawatan.

"Udah siap Ning?" Tanya Aida. Naura mengangguk lalu tersenyum di balik cadarnya.

"Bismillah, semoga lancar." Kata Naura memandangi tempat yang sudah di persiapkan.

"Yasudah di mulai aja Ning?" Kata Aida yang di jawab dengan anggukan dari Naura.

"Ayo ustadzah kita temuin umi sama Abi." Ajak Naura, Aida mengangguk lalu mengikuti Naura menuju ndalem.

"Assalaamu'alaikum." Ucap Aida dan Naura bersamaan. Ndalem kini ramai oleh salah satu keluarga yang sangat Naura tunggu-tunggu, itu adalah keluarga Alby.

"Wa'alaaikumu Salaam." Jawab serempak orang-orang yang sedang berkumpul di ndalem.

Naura melirik sekilas Alby, ia pun kembali menundukkan pandangannya lalu duduk di samping umi nya yang memang itu di sediakan untuk Naura, umi Alfi juga mempersilahkan Aida untuk duduk di samping Naura.

"Duduk, Aida. Pegel loh." Ucap umi Alfi. Aida tersenyum masih dalam posisi menunduk, ia pun duduk.

"MasyaAllah Naura berubah banget ya." Puji pia (uminya Alby) yang berhasil membuat Naura tersenyum di balik cadarnya dengan jantung yang berdegup kencang.

"Alhamdulillah terima kasih umi." Ucap Naura memandang Pia tersenyum padanya yang di balas anggukan kecil dan senyuman.

"Dia kemarin bilang katanya dia pengen pakai cadar soalnya yang bisa nikmatin kecantikan dia nanti cuman suami nya katanya." Ucap umi Alfi membuat Naura menatap ke arah umi Alfi menahan malu.

"Ouh gitu yaa, masyaAllah nak." Pia tampak tertawa kecil.

Alby yang mendengar pernyataan umi Alfi diam-diam tersenyum dengan jantungnya yang berdegup lebih kencang tak seperti tadi sebelum Naura datang.

"Kasih cepet, by." Pia tampak menyenggol lengan anaknya yang duduk di samping dirinya tepatnya di tengah-tengah pia dan Rohman (Abi nya Alby).

"Kasih apa tuh, Pi?" Tanya Umi Alfi tampak penasaran, padahal yang akan di kasih hadiah itu Naura.

"Bukan buat kamu ah, buat Ning Naura dong." Ucap pia tertawa kecil menatap Naura yang juga turut tersenyum.

"Ini untuk kamu, Ning." Alby menyodorkan sebuah benda kotak yang di bungkus kertas kado.

"Terimaka kasih, Alby." Ucap Naura menerima benda tersebut.

"Oh iya umi, semuanya udah siap. Acara udah bisa di mulai." Hampir saja Naura lupa untuk menyampaikan hal tersebut, untung saja ia ingat ketika ia menatap Aida.

"Oh iya? Yasudah, ayo kita ke aula." Ajak umi Alfi yang di angguki oleh seluruh orang yang sedang berkumpul di ndalem.

Acara pun dimulai, di buka dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang di lantunkan oleh Naura sesuai permintaan Naura, ia ingin menjadi orang yang melantunkan ayat suci Al-Qur'an untuk acara bulan ini, untuk bulan depan akan di Gilir tentunya sesuai kemauan santri dan santriwati nya saja.

Naura menaiki panggung, ia mengambil mik lalu membuka Al-Qur'an dan mulai melantunkannya.

Alby yang mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan oleh Naura tersenyum kagum pada gadis tersebut, tak salah ia mengagumi Naura, pikirnya.

"MasyaAllah." Gumam Alby. Alby hanya mendengarkan saja tak berani untuk menatap ke arah Naura karena biar bagaimanapun juga mereka bukan mahrom.

Adiba merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari membaca buku yang tadi sempat dirinya beli.

"Tumben adzan isya bukan Alby yang ngumandangin." Gumam Adiba penasaran, padahal sejak sehabis Maghrib Alby sudah berangkat memang menuju pondok pesantren jadi Alby sholat isya di pondok pesantren.

"Kok rasanya sesak ya? Kenapa ini?" Adiba memegangi dadanya. Perasaan nya kini entah bagaimana ia merasa ingin menangis.

"Astaghfirullah.... Astaghfirullah..." Gumam Adiba mencoba menenangkan dirinya.

Karena tak berhasil Adiba memutuskan untuk mengambil wudhu saja. Ia yang memang sudah melaksanakan sholat isya akhirnya membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu mulai memejamkan matanya.

Adiba memutuskan untuk tertidur saja agar ia merasa lebih tenang.

Andaikan Adiba tahu... Hatinya pasti tak akan baik-baik saja.

***
GIMANA TEMEN TEMENN??
SEMOGA SUKA YAA
VOTE KOMEN JANGAN LUPA

AYO RAMEINN

SEE YOU NEXT CHAPTER 🖤

Adiba ShakiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang