Chapter 2 ; "I Love You So"

27 1 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Rajash tak henti-hentinya meringis kesakitan kala lukanya sedang diobati Kalea. Ringisannya bertambah kuat karna dengan sengaja Kalea menekan luka tersebut.

"Udah dibilangin, jadi gini kan, susah banget nurut kamu tuh," omel Kalea ketika kembali menuangkan betadine diatas kapas.

Mata Rajash terus tertuju kepada wajah serius Kalea yang tampak khawatir. Dirinya juga ikut dilanda rasa bersalah karna sudah membuat perempuan tersayangnya ini merasakan sedih.

"Yang penting kan aku menang," balas Rajash bangga, wajah tengilnya ditampilkan kepada Kalea membuat Kalea mendelik kesal.

"Suka-suka kamu."

Terakhir, Kalea menempelkan plester berwarna merah muda ke arah kening Rajash yang terluka. "Ada yang lain nggak?" tanya Rajash takut-takut.

"Nggak, pakai aja yang ada, nggak usah cerewet."

Rajash menunduk lesu, membiarkan Kalea memasangkan plester tersebut pada lukanya. Setelah selesai, Rajash berdiri kemudian menarik tangan Kalea menuju sekumpulan teman-temannya.

"Ih apa apaan sih, Ja?"

"Sebentar aja, kamu jangan di lepas, ya? ”

Rajash mendekati salah satu laki-laki yang masih duduk diatas motor besarnya, cowok yang menjadi lawannya malam ini. Dia mengangkat tangannya mengajak cowok tersebut bertos sambil berjabat tangan.

"Keren lo, nggak pernah diraguin lagi skill lo."

Cowok tersebut melirik sebentar kearah Kalea, “Siapa?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Rajash langsung mengerti, dia mengenalkan sosok Kalea kepada cowok tersebut dengan bangga. Membuat Kalea merasa was-was dari tatapan cowok didepannya.

Cowok tersebut kemudian mengulurkan tangannya kepada Kalea, “Gue Arsen,” ujarnya menarikkan sudut bibirnya.

Rajash dengan langsung membalas uluran tangan dari Arsen dengan sigap kala melihat tatapan dari Kalea, “Kalea,” balasnya santai.

Arsen memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sambil manggut-manggut mengerti setelah mendengar nama dari perempuan tersebut, Kalea. Seperti tidak asing?

“Okelah, gue cabut dulu.”

Are you okay? Ada sesuatu yang buat kamu nggak nyaman?” Rajash memegangi kedua bahu Kalea secara lembut, nada bicaranya juga memelan.

Kalea menggeleng langsung, “Nggak apa-apa, sekarang pulang yuk?”

“Nggak mau kemana dulu?” Rajash menggandeng lembut tangan Kalea, membawanya menuju motornya.

“Nggak dulu deh, aku ngantuk, ayo pulang.”

•••

“Rajash, tolong terima tawaran dari kita semua. Skill lo beneran perfect buat jadi ketua kita, kita bener-bener butuh sosok ketua sekarang buat ngatur semuanya.”

“Gue nggak mau berurusan sama geng-geng begituan, apalagi nanti bakal terlibat tawuran dan jadi orang berandal, gue nggak mau.” jelas Rajash menolak tawaran tersebut.

“Lo yakin? Emang lo pernah denger kabar geng kita ini terlibat tawuran atau kegiatan nggak pantas sebagainya?”

Rajash cukup terdiam, dia memang belum sama sekali mendengar kabar dari geng tersebut. Tetapi diluaran geng ini, kabar mengenai hal-hal tersebut sudah sering terjadi bahkan selalu melibatkan korban jiwa.

“Lo mau balas kematian sahabat lo, nggak? Lo mau diem aja dengan kematian sahabat lo yang sampai sekarang sudah bertahun-tahun belum dapat keadilan yang pantas?”

Mata Rajash terpejam ketika kembali mengingat hal tersebut, tangannya mengepal erat diikuti dengan helaan napas berat. Matanya kembali terbuka, memperhatikan satu persatu orang-orang didepannya yang mengharapkan dirinya untuk dapat menerima tawaran tersebut.

“Kasih gue waktu seminggu buat pikirin hal tersebut, gue nggak mau jadi cowok brengsek yang terlibat geng-geng an tersebut.”

Selepas mengucapkan itu, Rajash berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan semua orang yang masih mencerna ulang kata-kata Rajash.

Salah satu diantaranya tersenyum miring, dia sangat menantikan kehadiran Rajash di ruang lingkup mereka. Entah apa yang akan terjadi kedepannya, sungguh sangat tidak sabar.

“Lo kenapa harus pake ngeluarin kata-kata kematian sahabatnya sih? Lo nggak tau apa sesensitif apa dia soal itu? Yang ada nanti dia bakal berubah pikiran, dan makin nggak mau gabung ke kita.” ujar Sadewa terang-terangan.

“Aman, gue tau konsekuensi untuk kedepannya.” balas Jairo ikut meninggalkan yang lain selepas mengucapkan itu.

Iya, beberapa tahun silam telah terjadi kasus kecelakaan berat yang menimpa teman terdekat Rajash, yakniyakni—Bintang Keizaro. Kecelakaan tersebut menyebabkan ia harus kehilangan  nyawanya diusia yang masih menginjak umur 17 Tahun.

Awalnya kecelakaan tersebut diakibatkan oleh ketidaksengajaan sang pengendara, tetapi seiring dengan berjalannya waktu mulai bermunculan bukti-bukti yang menyakinkan Rajash bahwa kecelakaan tersebut bukan murni, melainkan ada sosok manusia yang melakukannya secara sengaja.

Rajash selalu menyelidiki kasus tersebut sendirian, hingga sampai sekarang belum ditemukan kebenarannya. Akhirnya, Rajash memutuskan untuk menghentikan sementara penyelidikan kasus tersebut.

Sadewa berdecak kesal mendengar balasan dari Jairo, sungguh tak habis pikir dengan pola pikir Jairo yang sangat amat mengharapkan kehadiran Rajash ditengah-tengah mereka semua.

Mata Sadewa bergerak memperhatikan satu persatu temannya yang menampilkan raut wajah kebingungan. Ada yang ingin Sadewa sampaikan didepan mereka semua, tapi semua seperti ditahan oleh sesuatu.

Sadewa melemparkan tubuhnya diatas sofa sambil mengurut bagian pelipisnya dengan mata terpejam. Pikirannya sedang kalut sekarang, semuanya bercampur aduk membuatnya sulit menemukan titik terang jawaban dari semua permasalahannya.

“Sadewa, Sadewa, gitu aja lo nggak bisa,” gumamnya benar-benar pelan hampir tidak terdengar.


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"I Love You So"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang