"Apa itu?" tanya Alhaitham penasaran.

Perlahan, Diluc membuka kotak kayu dengan lambang rumit di atasnya. Sang pemilik kemudian menjelaskan, "Ini adalah barang peninggalan ayahku yang didapatnya dari Fatui. Aku rasa ini kekuatan yang kau maksud."

Begitu tutup kayunya terlepas, Alhaitham dapat melihat sebuah sarung tangan usang tersimpan di sana. Ada sebuah logo yang terbuat dari kaca setengah bola dengan cairan merah aneh di dalamnya.

Karena penasaran, Alhaitham mengulurkan tangannya untuk memberi sedikit kekuatan pada sarung tangan tersebut. Sesuai dugaannya, cairan merah itu berpendar seperti yang ia lihat pada anting Dottore dalam Irmisul.

"Sial," umpat Alhaitham sebelum bertanya, "Apa ini?"

Diluc menjawab, "Ini namanya Delusion."

"Delusion?"

Diluc mengangguk. "Delusion adalah tiruan Vision."

"VISION?!"

Alhaitham tidak percaya ini. Ia tidak tahu sama sekali atas apa yang dibicarakan Diluc.

Mantan ksatria dari Mondstadt itu pun jadi merasa canggung. "Ee, Vision adalah berkah Para Dewa di masa lalu. Siapapun yang diberi Vision akan mendapat sedikit kekuatan Dewa."

Alhaitham sakit kepala. "Diluc, perlu kau ketahui. Terakhir aku hidup adalah ribuan tahun yang lalu. Sepertinya Vision ini baru ada setelah aku mati. Jadi, jelaskan padaku secara perlahan."

Diluc pun mengerti. "Jenis Vision ada tujuh yang melambangkan tujuh negara dan tujuh Archon yang memimpin. Ada Vision hydro, pyro, electro, anemo, cryo, geo, dan dendro. Archon Sumeru sendiri diwakili oleh Vision Dendro."

"Oh, pantas saja aku tidak tahu. Dulu aku hidup sebelum ada pelabelan Archon untuk tiap negara. Saat itu bahkan masih proses penunjukan dan aku menjadi salah satu kandidatnya. Tapi karena aku menolak menjadi Archon, mereka menunjuk yang lain sebagai gantiku."

Diluc tidak tahu bagaimana harus merespon informasi itu. Ia hanya berdeham berusaha biasa saja dan melanjutkan. "Lalu, sesuatu terjadi di masa lalu. Aku tidak tahu apa pastinya. Yang jelas, itu menjadi titik balik penggunaan Vision. Dalam buku sejarah disebutkan kalau dulunya ada sihir di antara manusia namun kini Para Dewa tidak memberkati kita lagi dengan sihir tersebut. Sihir yang dimaksud sebenarnya adalah Vision. Para pemegang Vision perlahan habis seiring bertambahnya usia dan tidak ada anak muda lagi yang mendapatkannya."

Alhaitham mendengarkan.

"Kemudian di satu titik, Fatui ingin menciptakan Vision sendiri. Vision buatan itu disebut sebagai Delusion. Soal bagaimana caranya, aku tidak tahu. Yang jelas, jika seseorang menggunakan Delusion terlalu sering, daya hidupnya akan berkurang."

Alhaitham mencerna seluruh penjelasan Diluc dan segera mengaitkan dengan apa yang didapatkannya saat merasakan Delusion di hadapannya. Ia kemudian berkata, "Delusion berasal dari residu Dewa. Selama ribuan tahun ini, pasti ada satu atau dua Dewa yang mati seperti aku. Fatui mungkin mengekstrak residu itu dan mengumpulkannya dalam tabung kaca ini. Siapapun yang mengenakannya akan dapat mempraktikkan sihir dengan mudah."

Diluc mengerutkan keningnya bingung. "Residu Dewa?"

"Ya. Seperti abu jika manusia mati dikremasi."

"...."

Alhaitham melanjutkan, "Dan jika orang biasa memaksakan diri untuk menggunakan kekuatan Dewa, tubuhnya akan hancur karena tidak mampu menanggung kehebatannya. Beberapa waktu lalu, aku juga hampir mati lagi karena kekuatan Raja Deshret secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuhku tanpa adanya persiapan."

Diluc mengerti sekarang. Itulah sebabnya ayahnya mati saat menggunakan Delusion. Benda seperti itu harusnya tidak ada di Teyvat.

Diluc menatap sarung tangan di hadapannya dengan pilu. Ia mengingat hari di mana sang ayah menggunakannya. Api berkobar di mana-mana, membakar rumput, monster, dan daya hidup ayahnya itu sendiri.

Setelah sekian tahun mencari jawaban, akhir Diluc mendapatkan kebenaran. Dadanya seketika sesak ketika mengingat ayahnya yang malang.

Alhaitham dapat merasakan suasana hati Diluc yang tengah bersedih, tapi ada yang lebih genting sekarang. Untuk itu, ia memperingatkan, "Diluc, aku bisa saja membunuh seluruh anggota Fatui yang ada di gurun saat ini. Hanya saja, karena adanya Delusion ini, aku seperti melawan puluhan Dewa secara bersamaan. Untuk itu, aku butuh persiapan."

Diluc menatap Alhaitham dengan tatapan mata yang serius saat berkata, "Kalau begitu, apa yang bisa kulakukan untuk membantu?"

"Untuk saat ini, kita bisa mengandalkan Azariq. Bantu dia mendapatkan kepercayaan Fatui dan buat dia bergabung dalam salah satu perkemahan mereka. Prioritas kita adalah mencari kelemahan Delusion."

"Baik. Aku juga akan suruh anak buahku mencari cara untuk bergabung dan membantu."

Alhaitham mengangguk setuju. "Aku sendiri akan mencari cara untuk melindungi warga Sumeru dari dalam. Aku memiliki firasat mereka akan melakukan penyerangan saat puncak Festival Sabzeruz. Jika aku menjadi mereka yang sedang mencari reinkarnasi Dewa, aku jelas akan mendatangi perayaan-perayaan yang berpotensi dikunjungi Dewa seperti pada Festival Sabzeruz."

*
*
*
Bersambung

*
*
*

Delusion milik Crepus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Delusion milik Crepus

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now