Bab 33 - Alhaitham vs Kaeya

Start from the beginning
                                    

Bersama Kaeya, Kaveh mengarahkan matanya yang kabur ke sumber suara. Kedua pria itu terkejut, tapi dengan alasan yang berbeda.

Keterkejutan Kaveh mengandung rasa takut. Meskipun ia berani mengolok-olok suaminya di depan publik, ia takut jika Alhaitham mendengarnya.

Keterkejutan Kaeya berbeda dengan Kaveh. Rasa kagetnya segera berubah menjadi antusiasme dalam waktu singkat. Pria itu tak menyangka Alhaitham datang saat Kaveh berada dalam pelukannya. Entah apa alasannya, bukannya melepaskan pelukan, ia justru mempererat dekapannya pada pinggang ramping Kaveh. Bahkan, ia sengaja menjatuhkan telapak tangannya begitu dekat dengan kejantanan Kaveh yang menonjol dari celana sutranya.

Alhaitham menyadari apa yang sedang Kaeya lakukan. Ia berpaling dari Kaveh untuk mengintimidasi Kaeya dengan kekuatan dewatanya.

Menyebalkannya, Kaeya tidak terpengaruh. Ia bahkan menerima tantangan Alhaitham untuk beradu tatapan maut.

"Kaeya ...!" geram Alhaitham penuh penekanan.

"Alhaitham!" jawab Kaeya dengan nada mengolok. Ia benar-benar tidak takut mati.

Kaveh kemudian memotong ketegangan di antara mereka. "Hayi! Jangan membentak Kaeya seperti itu! Kau menyakiti hatinya."

"Menyakiti hatinya? Memangnya kenapa kalau aku menyakiti hatinya?"

Kaveh mengerutkan keningnya. "Apa yang kau bicarakan? Kaeya itu baik. Tidak sepertimu yang tidak pengertian. Semua harus sesuai rencanamu dan kau dapat dengan mudah mengacaukan rencana orang lain. Apa kau tahu? Aku menunggumu di meja makan selama empat jam, Alhaitham! EMPAT JAM SETELAH AKU PULANG DARI PERJALANAN JAUH! Badanku remuk! Makanannya dingin! Suasana hatiku buruk! Argh!"

Alhaitham melipat lengannya di dada untuk mendisiplinkan pasangannya. "Kaveh, sekarang aku bertanya padamu. Apa kita membuat janji untuk bertemu malam ini?"

"Buat! Bukankah aku sudah bilang kalau aku akan pulang akhir pekan?"

"Ya, tapi tidak secara spesifik ingin bertemu, 'kan?"

Kaveh membelalakkan matanya. Wajahnya yang merona karena mabuk berubah semakin merah. "Y-ya, tapi, kan, tetap saja harusnya kau ada di rumah. Untuk apa kau malam-malam pergi? Tidakkah kau mencurigakan?"

"Mencurigakan?" Alhaitham menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Sekarang, siapa yang paling sering pergi?"

"Kau!"

"Apa?!"

Kaveh berbohong dan terus menerus berkata, "Kau, Hayi! Kau! Kau akan selalu menjadi yang salah. Titik!"

Alhaitham tidak tahan ia segera ke sisi lain Kaveh dan menarik pria itu ke dalam pelukannya. Wajah Kaveh sudah jatuh di dada bidangnya. Hanya saja, saat Alhaitham hendak melangkah pergi, Kaki Kaveh tidak bergerak. Saat dilihat, Alhaitham mendapati bahwa Kaeya masih menahan pujaan hatinya.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan dia!" perintah Alhaitham dengan nada memaksa.

Kaeya menggeleng. "Tidak, Alhaitham. Sebelum membawanya pergi, kau harus bertanya pada Kaveh. Sebenarnya dia ingin pergi bersama siapa."

"Apa?! Kau tidak bisa mengontrolku, Kae-"

"Yup! Kaeya benar!" potong Kaveh di tengah kalimat. "Kau harus menanyakan pendapatku dulu, Alhaitham"

"Kaveh!"

"Hmm, jika kau bertanya maukah aku ikut bersamamu, jawabannya adalah ...." Kaveh memberi jeda untuk efek dramatis sebelum menjawab, "Tidak! Ahahahahaha."

"...."

Alhaitham tidak tahu harus berkata apa. Ia terus menerus menarik lengan Kaveh hingga pria itu menggeliat. "Hih! Lepaskan, Hayi! Aku masih ingin tinggal."

"Kaveh, jangan buat aku menggunakan kekuatanku padamu."

"Oh? Kau ingin menggunakannya? Ayo! Gunakan saja! Aku penasaran dengan apa yang akan kau lakukan padaku."

Alhaitham memicingkan matanya sebentar sebelum menjawab, "Baiklah kalau itu yang kau mau. Jangan menyesal dengan hasilnya, oke?"

"Hah?"

Kaveh sudah membayangkan kekuatan Raja Deshret yang berkobar. Bar Diluc pasti hancur, anggur tumpah ke mana-mana, dan imajinasi itu membuat Kaveh takut. Ia tidak mau dilarang Diluc untuk datang ke Angel's Share lagi di masa depan.

Kaveh segera protes pada Alhaitham. "Ti-tidak! Jangan lakukan atau aku a-" Sebelum Kaveh selesai bicara, Alhaitham lebih dulu melakukan sesuatu. Sang raha tiba-tiba membungkuk, menyelipkan lengan lainnya ke lutut Kaveh dan menggendong pujaan hatinya dengan lembut seperti memperlakukan seorang putri.

"Ah! Turunkan aku! Hayi, lepaskan!"

Kaeya tak lagi bisa memegang yang bukan miliknya. Pria itu kemudian menatap Alhaitham dengan sinis.

Kaveh menggeliat di lengan Alhaitham, tapi profesor Haravatat itu tetap dengan tenang melangkah pergi meninggalkan bar. Sebelum ia keluar, Alhaitham memberi pesan pada Kaeya.

"Takdir kami tidak bisa dipatahkan begitu saja oleh rayuan pria atau wanita lain. Tahu diri saja. Dari pada membuang waktu menggoda Kaveh, lebih baik kau urusi saja urusanmu sendiri."

Kini Kaeya yang menjadi pusat perhatian di bar. Semua orang menganggapnya sebagai orang tidak tahu diri yang tengah merebut pasangan orang saat mereka sedang bertengkar. Itu dianggap sebagai cara terlicik dalam mempernainkan perasaan orang lain.

Namun, Kaeya tidak peduli. Ia melipat lengannya di dada dan berkata, "Tujuanku bukan Kaveh, sayang. Tapi kau."

*
*
*
Bersambung

*
*
*

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now