Getting Advice (2)

Start from the beginning
                                    

Merasa tidak ada jawaban, laki-laki itu memanggil namanya lagi, "Ai… Istrinya Daaniyaal, kan?"
Perempuan itu terlihat terkejut dan kemudian menganggukkan kepalanya pelan, "iya. Maaf, anda siapa?"

“aku Toni, teman kerja Daaniyaal. Yang kita ketemu waktu di desa itu," sang laki-laki yang bernama Toni menjelaskan

"aa iya. Maaf saya lupa," jawab Ai dengan raut wajah bersalah

"tidak apa-apa. Kan kita jarang bertemu," jawab Toni memaklumi, "kenalkan, ini istriku, Rania."
Toni menunjukkan wanita hamil yang ada di sampingnya.

"Rania, istri mas Toni," Rania berkenalan dengan Ai

"Ai," jawab Ai dengan tersenyum sambil menerima uluran tangan Rania

"silakan duduk Rania! Pasti lelah berdiri dalam keadaan hamil," Ai menawarkan

"terimakasih," jawab Rania yang langsung duduk di samping Ai

"dimana Daaniyaal? Kenapa duduk disini sendirian?" tanya Toni

"mmm.. Aku.." Ai menjawab dengan ragu, "sebenarnya aku pergi dari rumah."

"kenapa?" tanya Rania sambil membelai lengan Ai dengan pelan

Ai oun menceritakan keadaannya. Dia menceritakan kedatangan mantan istri Daaniyaal. Ketidak sukaan mama Daaniyaal terhadapnya. Rencana mantan istri Daaniyaal yang berusaha merusak rumah tangganya. Dia juga berencana pulang ke kampung halaman.

"kamu mau pulang ke rumah? Dengan masalahmu yang yang belum selesai dan belum jelas ujungnya? Bagaimana nanti jika orang tuamu bertanya tentang rumah tanggamu? Apa yang mau kamu jawab?" tanya Toni yang sedikit kesal dengan keputusan Ai

"aa… Ku…" Ai kesulitan menjawab pertanyaan beruntun dari Toni. Dia juga bingung, bagaimana nanti jika dia pulang. Apa yang akan dia katakan keoada kedua orang tuanya.

"mas…" Rania menegur suaminya

"tenang Ai," Rania mengelus punggung Ai untuk menenangkannya, "gimana kalo kamu nemenin aku di rumah? Kan mas Toni mau keluar kota, nih. Terus aku kan sendirian di ruman sama si kakak. Toh aku ada yang nemenin. Ai juga bisa menjernihkan pikirannya sebelum mengambil keputusan. Gimana?"

Ai menatap Rania cukup lama dan menghembuskan napasnya dengan pelan, bolehkah?"

"tentu saja boleh. Bolehkan, mas?" kata Rania dengan nada suara yang ceria dan bersemangat

"hmm…" jawab Toni

"jawab yang bener dong, mas." brengsek Rania kepada sang suami

"iya, boleh." jawab Toni

"ya udah, ayo." Rania mengajak Ai berpindah tempat duduk menuju tempat dimana barang Toni berada

Terdengar suara kereta sudah tiba. Menandakan kereta yang akan dinaiki Toni sudah berhenti di stasiun. Toni segera berjalan mendahului istrinya dan istri dari temannya. Dia meletakkan putranya di tempat duduk yang ternyata sudah bangun. Dia mulai membawa tas ranselnya.

"aku berangkat dulu ya, sayang," pamit Toni kepada sang istri sambil mencium pucuk kepalanya
"iya mas, hati-hati ya. Jangan lupa telepon aku, kalo udah sampe," jawab Rania sambil mencium tangan sang suami

"papa pergi dulu ya, anak manis. Jangan rewel ya!" kata Toni kepada janin yang berada dikandung sang istri kemudian menciumnya

"papa pergi dulu, kak. Bantu mama ya. Jangan bikin mama capek!" Toni berucap ke Putranya sambil mencium pipi sang anak

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now