"Vicky, tolong!" kataku dengan nada sendu. Aku melirik ke arah Farel yang sedang menertawakan aktingku.

"Lo bisa jemput gue di halte nggak?"

"Ngapain lo di halte?" tanyanya dengan nada datar.

"Gue ... maksudnya, Farel ninggalin gue."

"Farel?"

"Gue sama Farel mau jalan, tapi dia bilang ada urusan. Jadi, gue ditinggal di halte sendirian. Vicky, please!" aku membuat suara seolah terisak.

"Nggak usah nangis, gue ke sana sekarang," sahut Vicky.

Aku menahan diri untuk tidak tertawa puas karena berhasil membujuknya. "Oke," sahutku. Mengubah ekspresi menjadi sedih seperti channel tv yang diganti dengan remot. "Jangan lama-lama, gue dingin soalnya."

Panggilan dimatikan sepihak. Aku menatap ke arah Farel. Kami sama-sama tertawa, lalu ber-high five karena berhasil melakukan langkah pertama.

"Vicky pasti heran karena bukan gue yang di halte, tapi Oki," gerutuku dengan nada antusias.

"Lo yakin Oki bisa bujuk Vicky untuk datang ke konser?" tanya Farel dengan nada ragu.

"Tenang aja, gue yakin mereka sekarang udah saling percaya. Vicky orangnya nggak tegaan, dia pasti mau diajak sama Oki."

Ponsel Farel berdering, kini bukan dari Oki lagi, melainkan dari Vicky.

"Kayaknya gue bakal kena masalah," gerutu Farel. Aku menepuk bahunya.

"Tenang aja, masalahnya nggak akan sebesar itu kok."

Kami tiba di lokasi konser. Banyak polisi mengawasi parkiran. Aku merasa tak biasa menghadiri tempat seramai dan berdesakan seperti ini.

Aku kaget melihat Oki dan Vicky sudah lebih dulu tiba. Mereka sedang dicek oleh dua orang polisi, entah ada masalah apa.

Setelah diperbolehkan pergi, Oki mengajak Vicky menemuiku. Aku mengalihkan pandangan dari Vicky. Takut dia menatapku dengan ekspresi emosi karena dia tau aku baru saja membohonginya.

"Hay, Vicky!" sapaku dengan ekspresi tak berdosa.

Vicky hanya menghembuskan napas kesal dan mengalihkan pandangan dariku. Aku menatap lengan Oki yang bartaut di lengan Vicky. Aku sama sekali tidak menyangka Oki akan seberani itu.

Farel yang berasal dari keluarga kaya raya yang membelikan kami tiket untuk mendapatkan kursi VIP di konser salah satu boyband asal Korea kali ini. Aku dan Farel memberikan kesempatan kepada Oki dan Vicky untuk berdua sementara kami kabur ke tempat lain.

Acara malam itu berjalan lancar. Rencananku dengan Farel membuat Oki dan Vicky terlihat akrab. Aku melihat Vicky mulai menatap Oki seperti dia menatapku dan menatap orang-orang terdekatnya.

Farel mengantarku pulang. Dia akhir-akhir menyita perhatianku karena tidak pernah mengalihkan pandangan dari wajahku seolah dia ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tidak mampu mengatakannya.

"Makasih, Farel. Kalau nggak ada lo, gue nggak akan berhasil menyatukan mereka berdua," kataku ketika kami tiba di depan gerbang rumahku. Bunda mengawasi dari jendela kamarnya.

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now