Side story 4

2.3K 288 36
                                    

-Kediaman Algerio-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Kediaman Algerio-

Tap...tap...tap... Langkah kaki seorang pria terdengar tegas dan cepat menyusuri lorong kediaman. Dibelakangnya terlihat pria lain ikut berjalan cepat menyamai langkah kaki pria yang menjadi Tuannya.

"Bagaimana keadaanya?" Pria itu memasuki kamarnya dengan tidak sabaran. Dihadapannya terlihat seorang perempuan terbaring lemas dan memejamkan mata lalu disamping perempuan seorang tabib sedang memeriksa kondisi si perempuan.

"Tuan Perdana Menteri. Putri baik-baik saja. Ini hal biasa untuk wanita hamil. Gejala yang dialami Tuan Putri hanya efek dari kehamilannya. Saya akan membuatkan ramuan obat agar meringankan gejala mual Tuan Putri," jelas Si Tabib.

Juan menatap Istrinya, Vanya, yang terbaring lemah. Rasanya tidak tega melihat Vanya terlihat tidak berdaya. Selesai dengan tugasnya Si Tabib pun pamit undur diri meninggalkan Juan dan Vanya.

Juan duduk di tepi ranjang. Tangannya mengelus pelan wajah Sang Istri yang tertidur. Perlakuan Juan mengusik tidur  Vanya. Perempuan  itu membuka matanya dan pandangannya bertemu dengan onix biru milik Juan.

"Hai," sapa Juan hangat.

Vanya balas tersenyum lemah. Tubuhnya terasa lemas. Sejak pagi saat Juan berangkat, Vanya selalu muntah. Makanan apapun tidak bisa Ia telan dan berakhir dimuntahkan. Tidak ada makanan yang masuk membuat tubuh Vanya kurang stamina hingga akhirnya Vanya pun jatuh pingsan tidak sadarkan diri. Ceril yang tidak sengaja melihat Nyonya nya pingsan segera saja panik dan berusaha mencari bantuan.

Kepala Pelayan pun memanggil Tabib untuk datang memeriksa kondisi Nyonya mereka. Tak lupa Kepala Pelayan pun meminta salah satu pengawal untuk mengabari Tuan mereka.

Berita Vanya yang pingsan sampai pada Juan. Pria itu lantas memutuskan kembali ke kediaman lantaran khawatir dengan kondisi istrinya.

"Kau sudah kembali? Bukankah hari masih siang?" Vanya bertanya lantaran merasa heran dengan kepulangan Juan yang sangat cepat. Bukankah pria itu bilang akan pulang malam karena hari ini akan ada rapat dengan Duke Vermillion.

"Tentu saja Aku pulang cepat. Istriku sedang sakit. Mana mungkin Aku pergi dan meninggalkanmu saat sedang sakit seperti ini."

"Aku tidak apa-apa. Hanya mual."

"Hanya mual? Mual yang membuatmu tidak bisa memakan makanan sedikitpun kau sebut hanya mual?" Vanya bisa merasakan nada marah dan juga khawatir pada Juan. Tangan Vanya pun terangkat memegang jemari Juan. Berusaha menenangkan prianya.

"Kau pasti sudah mendengar perkataan tabib bukan? Ini hal wajar. Mungkin karena dia masih sangat kecil tapi tak apa seiring berjalannya waktu Aku akan terbiasa," ujar Vanya.

Walaupun Ia tidak memiliki pengalaman terkait kehamilan tapi berkat pengetahuannya di kehidupan lalu setidaknya Ia tahu  gejala yang Ia alami saat ini karena  Morning sickness. Mungkin Vanya akan meracik obat sendiri untuk mengurangi rasa mual pada dirinya.

Short Story -  Change The Destiny (END) Where stories live. Discover now