"Ah, mungkin yang anda lihat itu kembaran saya. Jadi saya punya kembaran dan kami satu profesi, apa saya perlu menunjukkan ktp saya?" Tanya dokter itu.

"Tidak perlu, silahkan periksa adik saya." Dokter itu mengangguk begitu Audrey menyetujuinya untuk masuk. Ia langsung masuk ke ruangan Lian.

"Ini aneh, kenapa gak ada satupun rekaman cctv atau dashboard yang nunjukkin rupa penembak?" Kesal Hisam.

"Tentang apa?" Audrey melihat layar laptop Hisam, di sana terputar rekaman cctv penembakan Rani.

"Lo mulai nyelidikin kasus ini?" Tanya Audrey.

"Maaf, walaupun lo larang sekalipun gue akan tetep kawal kasus ini sampe selesai." Jawab Hisam lalu menutup laptopnya.

Audrey hanya tersenyum, ia juga akan menyelidiki kasus penembakan Rani setelah menangkap pelaku dari kasus Lian. Jujur berat baginya untuk menutup kasus Rani apalagi Bima sendiri yang memintanya untuk menangani kasus tersebut.

"Heh, Revalina bakal di tangkep pagi ini. Kenapa mereka mendadak ngeluarin surat penangkapan?" Seru Hisam sambil melihat ponselnya.

"Apa? Kenapa di tangkap? Sama siapa?" Tanya Audrey.

"Di sini kayaknya dia harus... Kita yang bakal tangkep dia hehe." Jawab Hisam.

"Kenapa atasan memperkerjakan gue selagi gue masih ngurusin kasus Lian?" Tanya Audrey kesal.

"Kita ikuti aja, siapa tau berhubungan." Jawab Hisam.

®®®

Vino dan Jorji saat ini tengah berdiri di depan gedung Rumah sakit Sanjaya. Sesaat setelah Bima menghubungi Jorji dalam perjalanan ke rumah sakit bersama Kevin, keduanya langsung berkendara ke rumah sakit untuk menunggu Kevin.

Ting

Satu notifikasi masuk ke ponsel Vino, ia mengambil ponselnya lalu menghela nafas. Vino kembali memasukkan ponselnya ke saku jas lalu memfokuskan pandangnya ke depan.

"Sepertinya agak sulit bagi anda untuk mencari pasangan." Ucap Jorji membuka topik.

"Anda lebih tua kenapa gaya bicaranya sopan sekali." Jawab Vino.

"Jabatan anda lebih tinggi, apa salahnya berbicara sopan selagi tidak menyakitkan bukan?" Jawab Jorji disertai senyuman.

"Anda benar, mencari wanita sangat sulit. Lagipula saya harus menghidupi nenek saya daripada memikirkan wanita."

"Wajah anda terlalu sopan untuk menjadi seorang pembunuh. Hidup memang tidak adil untuk sebagian orang, tapi menjadi pembunuh tidak akan membuat hidup anda menjadi lebih baik." Ucap Jorji.

"Pembunuh yang menceramahi pembunuh lainnya, apakah anda sedang bercanda sekarang?" Tanya Vino dengan menatap Jorji.

Jorji tertawa, ia merasa lucu dengan ekspresi Vino tadi. Lalu tibalah mobil Bima di hadapan mereka. Bima keluar mobil lebih dahulu lalu membuka pintu jok kedua dan merangkul Kevin. Jorji segera memanggil perawat untuk membawakan kursi roda. Setelah perawat datang bersama kursi roda, Kevin duduk di sana dan masuk diikuti oleh Jorji. Sementara itu Bima langsung kembali ke mobilnya dan pergi tanpa mengucapakan sepatah katapun. Vino yang melihat Bima menunjukkan ekspresi yang aneh.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Bima SaktiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora