Damian memijat pelan pelipisnya. "Kenapa dia tiba-tiba ngomongin itu?"

"Gara-gara gue ngatain temen sekolahnya lagi pacaran. Gue bilang mereka cuma cinta monyet, paling sebentar lagi juga putus. Eh, malah Val yang nggak terima," Leo mendengus. "Jadi curiga. Jangan-jangan selama ini dia udah punya pacar?"

Reza menjitak keras kepala Leo. "Curiga boleh, tapi logikanya dipakai."

"Gue pakai!" tukas Leo. Tangan kanannya mengusap kepalanya yang berdenyut karena ulah Reza. "Kalau dia nggak punya pacar, harusnya dia biasa aja dengerin komentar gue. Bukannya malah ngebelain temennya."

"Sekarang gue balikin pertanyaannya ke lo. Kemarin lo sempet ngebelain Miyuki karena dikata-katain males waktu konser. Kenapa coba?"

"Ya, karena dia idol favorit gue," jawab Leo, pongah.

"Kalau gitu sama. Val ngebelain karena yang lo singgung itu temennya."

"Bang Rez, gue koreksi bentar. Sebenernya, yang gue maksud itu salah satu murid di sekolahnya. Val nggak kenal, bukan temennya juga. Jadi, nggak seharusnya dia belain mati-matian."

"Lo juga," balas Reza. "Miyuki nggak kenal lo. Tahu lo hidup aja nggak. Terus ngapain lo belain dia segitunya sampai bikin akun palsu buat bales-balesin komentar?"

Bibir Leo terbuka, seperti hendak membantah opini Reza. Namun, tidak terdengar sepatah kata pun argumen terdengar dari sana. Sebab, Reza telah lebih dulu mematahkannya dengan pukulan fakta. Dan semakin diperparah dengan pembenaran dari Damian.

"Mungkin Val memang pernah baca kata-kata itu di buku."

Reza mengangguk setuju. Ekspresi penuh kemenangan terlukis di wajahnya. "Pasti dia baca buku punya Celine. Tuh, bocil, satu kan demen banget cerita cinta-cintaan. Jadi, wajar kalau Val lupa judul sama nama penulisnya."

Wajah Leo semakin menggelap. Sudah hatinya dipatahkan, argumennya dibantah, sekarang dipojokkan pula. Damian sudah berpihak pada Reza. Otomatis hanya tersisa Jerry satu-satunya harapan Leo. Dengan berbekal harapan itu, Leo menghampiri Jerry. "Menurut abang gimana?"

"Mungkin Val memang pernah baca kata-kata itu di buku." Mendengar Jerry mengulangi jawaban Damian, harapan Leo langsung pupus. Akan tetapi, semangatnya kembali terbit tatkala mendengar Jerry menambahkan, "Tapi... bukannya buku itu jendela dunia dan jembatan ilmu?"

Kini, giliran Damian dan Reza yang dibuat keheranan oleh pertanyaan terakhir Jerry. Keduanya sontak menoleh, menunggu penjelasan.

"Banyak orang terispirasi setelah baca buku," jawab Jerry singkat, padat, dan jelas. Namun, sudah cukup untuk membuat ruangan seketika berubah hening. "Contohnya payung itu..."

Damian, Reza, dan Leo refleks mengikuti arah pandangan Jerry. Mengamati payung lipat hitam yang menggantung di stand hunger dekat rak sepatu.

"Kenapa payungnya?" tanya Leo tidak sabar.

Jerry tidak langsung menjawab. Laki-laki itu menoleh, menatap serius Damian. "Dam, tadi Val bilang ke lo itu payung punya siapa?"

"Celine."

"Dia bilang ke gue itu payung punya Sissy."

Gara-Gara Abang [SUDAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA DAN TBO]Where stories live. Discover now