Babak 19 - (FIRE) SWORDS

63 41 16
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.-- Moonlight and Technological Institute --.

"Pak Lim, nanti kalau yang datang si kembar langsung suruh masuk aja ya. Kelas saya selesai jam 4 sore. Sekalian tolong bilangin diatas rak buku ada cemilan mereka. Makasih, pak"

"Oh ya Steve. Nanti saya sampaikan"

"Saya permisi, mau ngajar dulu"

Selepas Steve menitipkan pesan pada Pak Lim, salah satu senior mereka yang udah menganggap Steve sebagai anaknya, apalagi Steve adalah dosen muda dan 'pemilik' yayasan tempat mereka mengajar kini, dan yang tau akan hal ini hanya Pak Lim.

Setelahnya, Steve langsung menuju lift keruangan tempat ia mengajar. Hari ini kelasnya bisa selesai hingga pukul 4 sore, artinya hari ini ia bisa beberes apartemen sebelum kedatangan keponakannya yang udah lama gak ketemu. Seingatnya terakhir bertemu saat sang keponakan kelas 3 SMP yang kebetulan sedang berlibur dan mamanya Steve juga ada keperluan lain.

Dari kejauhan terlihat pemuda berparas manis dengan rambut dikuncir kebelakang sedang berjalan santai sambil mengunyah sesuatu dan tangannya juga memegang gelas minuman. Sesekali ia menyesap minumannya dan membenarkan tali tasnya yang sesekali melorot kebawah. Bahkan ia masih menyelipkan sebuah buku binder yang ia kepitkan di sebelah kirinya, tepat dibawah ketiaknya. Benar-benar definisi ribet tapi tetap gak mau ribet, susah pokoknya dijelasin. Anaknya juga gak merasa terbebani dan terlihat santai.

Tapi saat ia hendak menghabiskan suapan rotinya yang terakhir ia terjatuh dan semua barangnya juga berserakan, bahkan minumannya juga mengotori sepatunya. Ia tak melihat siapa yang menabraknya dan menyangkan bakal dimarahin karena gak liat jalan, apalagi sambil makan.

"Yah... Berantakan jadinya" Derrel memberengut dan terlihat kesal meliaht sekelilingnya berantakana. Yap, yang ditabrak ini Derrel.

"Duh, maaf ya. Sini aku bantuin" ujar si penabrak sambil membantu Derrel memungut barang-barangnya yang terjatuh.

"Iya, aku juga salah. Gak liat jalan dan makan pula"

"No. Aku yang salah. Lagi terburu-buru juga ngejar dosen"

"Ahh... Gapapa, duluan aja. Nanti ketinggalan kelasnya, aku bisa beresin ini"

"Gak, aku harus bertanggung jawab. Aku yang udah nabrakin kamu. 2 hari lagi aku bisa ikut kelasnya ulang walau harus sendirian dan gabung jurusan lain"

Klang

Suara besi beradu dari tas kecil si penabrak, ia meletakkan tasnya terlebih dahulu agar tak mengganggu pergerakannya.

"Duh... Ribet banget lagi ini. Sebentar ya, aku letak barangku dulu"

"Eh, ya silakan"

"Nah.. Selesai deh. Maaf ya sekali lagi, aku gak sengaja. Gak ada yang luka kan? Atau mau ku ganti makanannya?"

LIVED Where stories live. Discover now