[0.5] Miracle

28 6 0
                                    

Kucing bercorak hitam putih tidak berhenti mengeong dalam usapan tangan Raden, tangannya yang hangat membuat kucing tersebut merasa nyaman. Mulutnya terus menerus meniru suara kucing akhirnya menarik perhatian kucing-kucing lain yang berada di sekitar sekolah, entah apa yang ada di pikirannya hal ini membuatnya mengingat masa lalu.

[Flashback]

"Ameng!!! Cepet sini lu kucing gendut!" Teriak Raden yang mengintip ke bawah mobil orang lain untuk mencari kucing kesayangannya.

Kucing dengan berat 5 kg itu bernama Ameng, badannya yang berisi membuat ia malas gerak dan memilih berdiam diri di tempat favoritnya yaitu bawah mobil. Suara Raden yang menggema tidak dihiraukan oleh Ameng, ia terus menjilati kakinya dan memainkan ekor panjangnya.

"Cing!!! Cepet nanti ketawan lu mati!!!!"

Kucing yang tidak tahu diri masih tetap asik bermalas-malasan, hingga akhirnya suara wanita tua terdengar memanggil Raden untuk segera masuk ke dalam rumah. Rasa panik menyelimuti Raden, ia tergesa-gesa masuk ke rumahnya dan tidak lama kemudian suara yang lebih mengerikan muncul.

"Udah mamah bilang jangan main di luar!!!!"

"Tapi Raden cuma mau main sama Ameng mah!"

"DASAR ANAK SIALAN!!! Bukannya belajar malah main, nyesel mamah ngelahirin kamu!"

Wanita tua dengan muka seramnya melemparkan vas bunga ke arah Raden hingga kepalanya terluka, Raden yang berusia 7 tahun hanya bisa terduduk menahan lukanya. Wanita tua itu mengangkat kaki pergi keluar dan mengambil sebuah tongkat bisbol, melihat hal ini Raden'pun berlari untuk menghentikan mamahnya.

"MAMAH RADEN MINTA MAAF, MAMAAAHHH!!!!"

Dalam sekejap cipratan darah mengotori wajahnya, anak berusia 7 tahun itu menatap kucing yang sudah berlumuran darah.

~~~~~~~~

"Den? Raden oy!!!" Hentakan Arya membangunkan Raden dari lamunannya.

Pupil matanya membesar seketika, ia membalikkan badan hingga tidak sengaja menyikut wajah Arya. Kucing hitam putih yang terkejut melarikan diri ke dalam semak-semak, dan terus mengeong seolah akan ada bahaya yang menghampiri.

Di atas rerumputan hijau itu, Arya terkapar memegang pipi birunya. Namun, di samping itu ada satu bocah yang hanya menonton dengan mata terbelalak.

"Sialan lu main nyikut orang!" Ucap Arya menarik kerah baju Raden.

"Aelah santai dong bang, kagak sengaja gue..."

"Lu yang ngajarin tuh bocah kan?!"

"Kagak dih main tuduh!"

Arya menatap Juna dengan mata tajamnya ditambah tangan yang menunjukan jari tengah, pandangan kebingungan itu terlihat sangat polos, Juna menoleh ke kiri dan kanan seolah tidak merasa bersalah. Sedikit aura mencekam yang keluar dari Arya membuat Juna tidak mampu membungkam suara.

"Sumpah Demi Alex si Raden yang nyuruh!!!" Ucap Juna

(Flashback again)

"Bang?" Ucap Juna sambil menepuk pundak Arya.

"EH MONYET!!!" Arya yang tertidur sambil berdiri di depan gerbang pun hampir terjatuh akibat terkagetkan oleh Juna.

Sepasang mata manusia mulai memerhatikan Arya, dari mulai ibu-ibu bahkan anak-anak sekalipun menutup mulutnya untuk menahan gelak tawa. Mereka berjalan melewati Arya dengan langkah yang sangat lamban, dengan penuh rasa malu Arya mengambil sebuah batu dan berniat melemparkannya kepada salah satu pejalan kaki.

Meski begitu ia tidak menyadari bahwa Juna sudah terlebih dahulu mengambil ancang-ancang untuk memukul kepala Arya dari belakang, sebenarnya tanpa alasan hanya saja Juna merasa gemes pada Arya sampai ingin mencubit ginjalnya. 

DUK.....

Arya tersungkur dan mencium bau tanah, air liurnya membasahi kerikil bewarna abu itu. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Juna menghampiri Arya.

"Gimana tanahnya rasa apa?"

"Emm kagak ada rasanya sih..." Arya menjilat tanah yang berserakan di mulutnya. Namun, tidak lama kemudian otaknya mulai berfungsi kembali "MAKSUD LU APA MONYET!!! Lu mau mati hah?!?!"

"Widih... selow dong bang, Malu tuh iler masih nempel di pipi." Ujar Juna menunjuk pipinya dengan sebatang rumput ekor kucing.

~~~~~~~~~

"Sekarang lu masih mau ngelak? Setau gue cuma lu yang bisa ngelakuin hal itu ke gue!" Gertak Arya dihadapan Raden yang tidak bisa berkata apa-apa.

"Ya maaf, lagian lu suruh nunggu bentar aja dah tidur dasar tua!"

"Tua matamu! Muka baby face dikatain tua."

"Dih najis, muka lu kek babi face gila!" Ucap Raden ia berbicara di telinga arya yang membuatnya termakan emosi.
            
Seketika muka Arya memerah menahan emosi yang sudah meluap-luap hingga telinganya mengeluarkan asap, wajah yang datar menunjukan betapa emosi dirinya. Demi kedamaian dunia, Arya meninggalkan kedua bocah tadi dengan tatapan dingin meski tangannya sudah mengepal mengeluarkan urat-urat yang mengerikan.
           
"Nape bang? Cosplay jadi huluk ya?!" Tanya Juna dengan tampang polos yang tidak bisa membaca kondisi.
          
Arya menoleh kebelakang dan menatap mereka berdua dengan tatapan kosong bahkan pupilnya hampir tidak menimbulkan bayangan. Perlahan ia berjalan memungut sebatang kayu yang ada di dekatnya, kayu yang terseret terus mendekati Juna dan Raden.
         
"E-eh nggak koq! kita cuman bercanda iya kan Jun?" Raden menarik lengan baju Juna dengan sedikit tawa untuk mencairkan suasana.
         
"Hah? Oh iya iya kita cuman bercanda biasa jokes anak muda hehe."
          
"Oalaaa bercanda kirain serius, untung nyawa lu pada belum melayang wkwk, santai dong kayak yang terintimidasi gitu!" Arya mengangkat kayu itu dan menggosoknya ke belakang kepala, emosinya tiba-tiba berubah drastis dalam sekejap bahkan ia tertawa lepas melihat candaan itu.
           
Juna dan Raden tidak bisa berkata apa-apa melihat kejadian tersebut, mata mereka terus menerus terpana pada Arya. Perlahan melihat Arya yang tertawa, mereka berdua'pun ikut tertawa untuk menghilangkan rasa takut dan tremor.

BRAK
             
Arya melayangkan kayu tersebut ke tanah hingga patah menjadi dua bagian. Kedua boncel itu'pun kaget dengan mimik muka mereka yang sangat konyol, Juna menjenggut rambut Raden sangking kagetnya dan Raden juga ikut menjenggut rambut Juna untuk balas dendam.
            
"Sudah bercandanya?" Tanya arya dingin, lagi-lagi emosinya langsung berubah drastis.
           
"Tu bocah serem juga ya?" bisik Raden kepada juna.
           
"Ye gak tau, kan lu temennya pea!" Juna yang kesal pun menoyor kepala Raden.
          
"Gue lupa aelah."
          
Karena kesal tidak ada yang menjawab pertanyaannya Arya'pun meninggalkan mereka sambil berdecih. Ia mengeraskan langkah kakinya dan berlagak seperti bocah yang lagi ngambek.
         
"E-EH TUNGGU CIL!!!!" Teriak Raden sambil berlari mengejar Arya, tidak lupa ia menyeret si julid juna hingga ketiak lengan bajunya hampir sobek.
        
"NAPA GUA IKUT DIBAWA WOOOOOY?!?!"





Note :

Kalo kalian mau liat teaser CLOSER bisa dilihat di ig kita ya...
Name ig : roofless_h0use

CLOSER | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang