41. PENYESALAN

Mulai dari awal
                                    

Apakah harapannya menjadikan Reynald sebagai penerus Chandrawana Group akan sirna?

"Waktu saya tidak banyak," ucap Dimas lagi membuyarkan lamunan pria dua anak itu.

"Saya akan mengirim Reynald ke Amerika, dan saya pastikan dia tidak akan mengganggu Alora lagi. Saya sendiri yang akan mengantarnya ke sana," putus Chandra setelah cukup lama berpikir.

"Papa! Mama gak setuju. Mama gak mau jauh lagi dari Reynald." Chandra menatap Merlin jengah. "Kamu mau dia jadi narapidana? Iya!? Lebih baik anak itu dikembalikan ke sana! Kalau bisa selamanya!"

Chandra berbalik pergi setelah mengatakan keputusannya.

Sedangkan Dimas dan dua orang bodyguard itu juga pergi usai keputusan yang dibuat Chandra.

Merlin, wanita itu langsung menghampiri putranya yang di ambang kesadaran. Mengangkat kepala Reynald dan berkata sendu. "Kenapa kamu jadi seperti ini, Rey. Kenapa kamu lagi-lagi mengecewakan kita semua."

Sebelum benar-benar tak sadar Reynald masih bisa mendengar suara Merlin yang membuatnya sesak. Karena obsesi sesaat itu sekarang ia harus jauh lagi dari kedua orang tuanya, dan adik kesayangannya.

Reynald menyesal. Sungguh.

•••

"Tumben muka lo cerah gitu?"

"Abis ketiban janda lo?"

Bian langsung mendelik. "Najis! Gue gak suka janda."

Gaska menampakkan deretan giginya. "Eh iya lupa, lo kan sukanya perawan ting ting."

"Gue yakin lo udah baikan sama Alora," tebak Darren tepat.

Bian mendudukkan diri setelah membawa beberapa minuman untuk para sahabatnya itu. Berhubung ini hari Minggu Bian meminta mereka berdua untuk datang. Rumahnya sepi sekali. Aslan dan Lia sedang ke luar kota dan Ergi? Entahlah Bian tidak perduli.

"Kok lo bisa tau?" tanya Bian.

"Tau lah secara muka lo udah gak kusut lagi," goda Darren sembari menenggak kaleng soda.

"Sialan lo," kesal Bian. Namun setelahnya tatapan cowok itu menajam saat mengingat perbuatan sepupunya.

"Reynald yang culik Alora dan hampir ngelecehin dia. Tapi untungnya gue Nevan sama Haikal dateng sebelum si bajingan itu berhasil apa-apain Alora," papar Bian kesal mengingat perilaku menjijikkan Reynald.

Penuturan Bian yang tiba-tiba membuat kedua cowok itu mematung saking terkejutnya. Apalagi Gaska, matanya melotot dengan alis saling tertaut.

"Emang sakit tuh cowok," cemooh Gaska bergidik ngeri.

"Gue gak nyangka Reynald senekat itu," imbuh Darren juga shock.

"Reynald terobsesi sama Alora. Sejak awal gue udah tau arti tatapan dia saat liat Alora. Gue gak becus jagain Alora sampe dia diculik dan disiksa sama cowok bejat itu." Bian mengucapkan kalimat itu dengan beribu-ribu sesal di hatinya.

Gadisnya pasti trauma karena kejadian itu. Alora pasti ketakutan saat itu sendirian tanpa ada yang menolongnya.

"Jangan salahin diri sendiri, Bi, setidaknya lo dateng tepat waktu sebelum semuanya terlambat," ujar Darren saling menatap dengan Gaska.

"Iya, Alora pasti berterimakasih karena lo udah selamatin dia," ucap Gaska.

"Terus sekarang Reynald di mana?" tanya Darren mendapat gelengan dari Bian.

"Brengsek si Reynald! dia harus di hukum setimpal. Kalo perlu kasih hukuman mati," celetuk Gaska marah.

Puk

Obsesi AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang