21.

766 88 8
                                    

Don't forget to vote^^

•••

"First!" Dia menjauhkan wajahnya dari Khao, "apa kau gila?"

Di tatapnya kembali wajah Khao yang masih tertidur dengan pulas. "Tenangkan dirimu, bersabarlah sampai nanti Khao menjadi milikmu. Untuk saat ini kau tidak boleh berbuat hal yang tidak-tidak," dia berbicara kepada dirinya sendiri seolah ada dua kepribadian dalam dirinya.

Perlahan ia kembali menepuk pipi Khao supaya dia bangun, bahaya jika dia terus menatap Khao dan melakukan apa yang ia bayangkan tadi. Ciuman itu tidak nyata, hanya bayangan di kepala First saja. Ia bergidik sendiri jika bayangannya itu menjadi kenyataan, mau di taruh dimana wajahnya nanti jika ia berani mengambil First kiss Khao tanpa seizin dari Khao sendiri.

"Khao...Ayo turun kita sudah sampai," katanya dengan lembut. Bukannya membuat Khao membuka matanya, tapi itu membuat Khao semakin terlelap dalam tidurnya. Usapan lembut dari First di pipinya membuatnya semakin masuk kedalam mimpinya.

First menghela napasnya, ia membuka sabuk pengamannya kemudian turun dari mobil. Satu satu nya cara untuk memindahkan Khao adalah menggendongnya. Jika cara tadi tak bisa membangunkannya cara ini lah yang harus First lakukan. Tubuh Khao tidak terlalu besar darinya, itu memudahkannya untuk membawa tubuh Khao sampai ke dalam.

Perlahan dia membuka pintu mobil kemudian membuka sabuk pengaman yang dikenakan Khao. "Maaf." Segera dia mengendong tubuh Khao dengan mudahnya walaupun cukup berat. Di mendorong pintu mobil dengan kakinya supaya tertutup.

Satu rintangan terakhir yang harus dia lewati, pintu rumahnya. Bagaiman bisa dia membuka pintu itu sedangkan kedua tangannya membawa tubuh Khao. Dia harus cepat berpikir, lama kelamaan tangannya lumayan pegal membawa tubuh Khao. Di gunakan kakinya untuk mendorong pintu, tapi itu tak berhasil. Kemudian First membuat kegaduhan dengan cara menendang pintu itu berharap Perth mendengar dan membukanya.

Yang First tak mengerti sekarang adalah, walaupun dia telah membuat kegaduhan, mengapa Khao masih terlelap dan sangat pulas? Bahkan First banyak bergerak yang bisa membuatnya terbangun, tapi tidak. Dia tertidur atau pingsan.

Untung saja Perth mendengar kegaduhan itu dan segera membuka pintu rumah. Perth membawa alat pemukul, itu membuat First mengerutkan keningnya bingung. Untuk apa adiknya membawa alat pemukul.

"Oh kau, aku kira orang jahat tadi," Perth menghela napasnya, pandangannya teralih pada orang yang kakaknya gendong saat ini. "Kau apakan dia?" Tanyanya.

"Akan aku jelaskan nanti. Sekarang kau minggir, aku pegal menggendongnya dari tadi." Perth mengangguk kemudian memberi jalan pada kakaknya. Sebelum dia menutup dan mengunci pintu kembali, ia melirik kanan kiri untuk memastikan tak ada orang jahat di sekitar rumahnya.

•••

Perlahan First membaringkan tubuh Khao di tempat tidurnya. Khao memang sudah nyaman dengan mimpinya, itu sebabnya ia tak terganggu dari tidurnya. First menyelimuti tubuh Khao dan pergi untuk menemui adiknya, dia harus menjelaskan apa yang terjadi sebelum adiknya salah paham.

First menggeliat karena tangannya terasa sedikit pegal. Dia membanting tubuhnya di sofa lalu membuka dua kancing kemeja atasnya. "Mengapa kau membawa alat pemukul itu?" Tanyanya melihat Perth masih membawa alat pemukul itu selepas mengunci pintu.

"Aku kira orang jahat tadi, tidak memencet bel ataupun mengetuk pintu." Dia meletakkan alat pemukul itu di dekat tangga, "Oh iya, mengapa bisa kau membawa Khao pulang?"

"Dia aku ajak pergi tadi, karena kita pulang terlalu malam itu sebabnya aku membawanya kesini," jelas First tidak terperinci tapi Perth langsung paham.

MILKSHAKE | FIRSTKHAO Where stories live. Discover now