15.

923 109 11
                                    

•••
Pagi ini Khao sepertinya memutuskan untuk membolos. Semalam rasanya sudah baik baik saja, tapi pagi ini tubuhnya kembali lemas, kepalanya sedikit pusing, dan suhu panas ditubuhnya meninggi. Dia saat ini masih setia berbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang masih membalut tubuhnya. Gorden jendelanya belum ia buka, membuat cahaya matahari sulit masuk kedalam kamarnya.

Bright segera memeriksa kondisi adiknya. Dibukanya gorden jendela kamar Khao yang berhasil membuat Khao terganggu. Cahaya matahari yang semula hanya masuk dari celah-celah jendela kini masuk sempurna dan menerangi kamar Khao.

Dengan segera Bright meletakkan telapak tangannya pada kening Khao. "Apa kita harus ke dokter?" Tanya Bright.

Matanya masih terpejam. Tapi Khao bisa mendengar dengan jelas apa yang Bright tanyakan. Ia menggeleng pelan.

"Oh ya, aku sudah memberitahu Chimon kau tidak masuk sekolah hari ini."

Khao meresponnya hanya dengan anggukan.

"Ayah dan Ibu sudah pergi bekerja, sedangkan aku dan Gawin akan menemui paman, kami sudah membuat janji dua Minggu lalu."

"Hmm. Pergilah jangan khawatirkan aku."

Bagaimana bisa Bright tidak mengkhawatirkan kondisi adiknya yang tengah sakit. "Tentu saja aku khawatir,"

"Aku baik baik saja. Pulanglah lebih cepat."

Bright memutar otaknya. Ia tak tahu jika Khao akan sakit, itu sebabnya dua Minggu lalu dia dan Gawin membuat janji dengan pamannya.

"First." Tiba tiba nama itu terlintas begitu saja di kepala Bright. "Aku akan meminta bantuannya."

Namun menurut Khao itu jelas bukan ide yang bagus. Untuk apa merepotkan orang lain, dan pasti dia akan sibuk mengurus kafenya.

"Kau gila? Jangan melibatkan orang lain dan segeralah pergi," Khao menolak ide yang Bright ajukan.

Bright mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Diamlah. Dia selalu merepotkanku, kini biar aku yang merepotkannya."

Khao kembali membantah. "Itu urusanmu, tidak ada sangkut-pautnya denganku."

Bantahan Khao tak membuahkan hasil sedikitpun. Bright sudah terlanjur menghubungi First. Entah permintaan maaf seperti apa yang harus katakan pada First nanti, sekarang ia berharap First menolak permintaan kakaknya itu.

"Ada apa?"

Panggilan keduanya sudah terhubung.

"Apa kau sibuk?"

"Mungkin, tergantung."

"Bisakah kau membantuku?"

"Apa?"

"Kau tahu bukan adikku sedang sakit? Di rumah sama sekali tidak ada siapa siapa. Aku dan Gawin ada urusan diluar, tadinya aku ingin meminta tolong pada Chimon, tapi dia sekolah...,"

"Aku saja, biar aku yang menjaganya."

Bright tertawa dalam panggilan. "Hebat sekali kau langsung tahu apa yang akan aku katakan."

Terdengar dari sebrang sana First menghela napasnya, "bahkan anak kecil sekalipun tahu apa yang akan kau katakan selanjutnya."

"Baiklah, baiklah. Terimakasih sebelumnya kau ingin membantuku."

"Bukan masalah. Aku akan ke rumahmu beberapa saat lagi, aku harus membantu Perth terlebih dahulu."

"Santai saja."

First mematikan panggilan. Bright langsung memasukkan ponselnya kembali pada saku celananya. "Untung saja First baik."

"Memalukan! Kau melibatkan orang lain untuk menjagaku?" Protes Khao lagi dan lagi.

MILKSHAKE |FKWhere stories live. Discover now