22.

905 104 2
                                    

•••

Terlihat Perth tengah sibuk membereskan beberapa meja dan merapikan beberapa kursinya. Kafe belum di buka, mungkin sebentar lagi. Tadi, First meminjamkan bajunya untuk Khao. Ukuran tubuh mereka tidak terlalu jauh, jadi baju milik First muat untuk tubuh Khao walau agak longgar.

Khao berlari ke arah Perth ketika dia tengah berisitirahat sejenak. First segera memperhatikannya dengan baik baik, mungkinkah sebenarnya Khao menyukai adiknya.

"Kak Perth, sudah selesai?" Tanya Khao.

Di lihatnya sekeliling Kafe, sepertinya sudah beres. Ia tinggal mengganti tanda 'close' menjadi 'open'. Perth mengangguk, "Ada apa?"

"Tidak ada, bisakah kita mengobrol sebentar?"

"Tentu, tunggu sebentar aku akan segera kembali." Perth berjalan ke jendela kafe untuk mengganti tanda tadi.

First tidak tahu apa yang Khao rencanakan dengan adiknya, tapi yang jelas itu pasti penting. Khao tiba tiba pergi meninggalkannya, itu membuatnya cemburu. First tetap memperhatikan Khao dari jauh sampai tak mendengar karyawan lain menyapanya.

Perth kembali, dia mengambil satu meja untuk di tempati olehnya dan juga Khao. Perth juga tidak tahu apa yang akan Khao bicarakan, tumben sekali Khao menghampirinya terlebih dahulu. "Ada apa?"

"Tapi ini cukup menjadi rahasia kita berdua saja, oke?"

"Iya," Perth mengangguk, ia menjadi penasaran sekarang.

Khao tersenyum, "entah darimana harus aku mulai."

Perasaan Perth menjadi tak enak saat ini. Kalimat Khao membuatnya ambigu, jangan salahkan Perth jika dia berpikir Khao menyukainya. "Cepatlah," Perth sungguh tak sabaran.

"Tapi kau jangan marah dan bahkan jadi benci," dia sendiri juga ragu untuk mengatakannya, tapi ini harus dia katakan sebelum terlambat. "Ini tentang perasaan, Kak."

Lihatlah, siapapun bisa mengira jika Khao akan menyatakan perasaannya pada Perth. Perkataannya membuat Perth sedikit bingung dan terkejut. "Perasaan?"

Khao mengangguk. "Katakan padaku terlebih dahulu, apakah kau punya pacar."

Perth menggeleng.

"Itu bagus, ini memudahkanku," gumam Khao.

"Katakan dengan jelas ada apa?" Lama sekali dia, Perth sudah sangat penasaran dengan kalimat apa yang akan Khao katakan selanjutnya. Dia takut jika yang ada di pikirannya itu benar, bisa-bisa dia dan kakaknya menjadi musuh karena Khao.

Khao tertawa melihat muka tegang lawan bicaranya, dia bahkan tahu apa yang sedang dipikirkannya. "Tidak seperti yang kau pikirkan, Kak," dia menjeda kalimatnya sebentar. "Bukan aku, tapi temanku."

"Temanmu?" Perth memiringkan kepalanya bingung. Tapi ia lega jika apa yang dipikirkannya salah. Ada ada saja.

"Chimon, kau tahu dia kan?" Kata Khao yang diberi respon anggukan oleh Perth. "Dia menyukaimu."

Ini Kalimat yang membuat Perth sangat terkejut. "Benarkah?"

Khao mengangguk. "Ini memang terlalu cepat, tapi jika aku tak mengatakannya sekarang dia akan terus menerorku. Tolong jangan membenciny, Kak," dia memohon.

Sementara di sisi lain, masih ada yang memperhatikan mereka berdua dengan tatapan kesal. Wajar saja, Khao pernah menanyakan tentang Perth padanya dan dia menyimpulkan jika Khao menyukainya. Tak bisa diam saja, dia harus segera membawa Khao dari sana sebelum hal yang tidak diinginkannya terjadi. Dia segera menghampiri keduanya.

"Apa kalian berdua sudah sarapan?" Tanyanya. Kemudian keduanya menoleh dan menggeleng. Jika Perth memang pantas mendapat pertanyaan itu, tapi tidak untuk Khao. Dari bangun sampai sekarang dirinya selalu bersamanya, ada dia melihat Khao sarapan di sampingnya?.

MILKSHAKE |FKNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ