06.

922 115 4
                                    

Don't forget to Vote <3

•••

"Hoam," Khao menggeliat, masih sangat pagi baginya untuk membuka mata dan mengawali hari. Ini hari Minggu, tidak ada salahnya untuk kembali tertidur.

Dengan mata setengah terbuka, Khao menatap jam yang menempel di dinding, "Ini masih pukul lima, mengapa aku harus bangun se pagi ini?"

Niat untuk kembali tertidur di urungkan olehnya. Matanya tidak bisa di ajak kompromi saat ini, bahkan saat ia berusaha memejamkan matanya itu tidak bekerja.

Khao menggaruk kepalanya dengan kasar, ia sedikit kesal karena tidak bisa kembali tidur "Huh."

Dengan terpaksa ia turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Apa yang harus ia lakukan di pagi pagi buta seperti ini?.

Khao mengganti pakaiannya dengan set pakaian lari. Semua orang masih tertidur sepertinya, itu terlihat dari lampu masing masing kamar masih mati.

Karena kamarnya berada di lantai dua, Khao harus menuruni anak tangga satu persatu untuk turun ke lantai satu. Ia pergi ke dapur untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

"Loh Khao, kau akan pergi lari? Tumben sekali," Tanya Bright yang kebetulan ia juga berada di dapur.

Khao bisa dibilang anak yang cukup pemalas. Jadi wajar saja saat ini kakaknya itu sekarang merasa aneh pada adiknya.

Khao tak menjawab, ia lebih tertarik untuk meneguk air yang sekarang ada di tangannya. Setelah dirasa cukup, ia menutup kembali botol minum itu lalu menyimpannya ke dalam lemari es.

"Kau ikut?" Tanya Khao kemudian.

Bright menggeleng sembari tersenyum, "tapi tak apalah aku akan ikut menemanimu."

"Jika kakak malas tidak usah menemaniku, aku bisa sendirian."

Sang kakak mendekatinya kemudian mengelus kepalanya dengan pelan, "Kau ingat aku menganggap mu anak usia 5 tahun bukan? Jadi aku tidak ingin kau di culik."

Oh ayolah.

Khao menepis tangan sang kakak, "Berhenti menganggap ku anak-anak, dan tolong beritahu semuanya aku pergi."

"Aku akan menemanimu."

Khao menggeleng sangat cepat, "Tidak!"

"Aku akan menemanimu."

"Tidak perlu."

"Khao, aku akan menemanimu."

"Kak Bright, tidak perlu."

Perdebatan itu tidak berakhir begitu saja, mereka sama sama kekeh dengan pendiriannya masing masing. Sang kakak ingin menemaninya, sedangkan sang adik tidak ingin di temani.

"Kalian pagi pagi sudah membuat keributan," itu ayahnya, ia terbangun karena mendengar perdebatan kakak-beradik ini.

Bright dan Khao menoleh secara bersamaan.

"Bright, jangan terus menggoda adikmu."

Kening Bright berkerut, mengapa dia yang harus disalahkan untuk keributan ini. "Aku hanya ingin menemaninya ayah, apa itu salah?"

Khao menyahut, "Tapi aku bukan anak kecil ayah, aku ingin pergi sendiri tanpa di temani siapapun!"

Ayahnya menghela napasnya panjang, oh ayolah ini hanya masalah kecil mengapa mereka harus bertengkar. "Bright, biarkan dia menjadi remaja sekarang, jangan terus kau membuntutinya.."

Khao mengeluarkan senyum kemenangannya.

"Tapi bagiku dia bayi ayah," Bright menyela pembicaraan ayahnya.

MILKSHAKE | FIRSTKHAO Where stories live. Discover now