20.

903 102 2
                                    

•••
"Stasiun radio?" Khao terkejut saat mobil yang di kendarai First terhenti di depan stasiun radio. "Kau seorang penyiar?" Tanyanya. Butuh waktu sekitar kurang lebih 22 menit untuk sampai ke sana.

First mengangguk saat sedang sibuk membuka sabuk pengamannya. "Ada yang salah?" Tanyanya.

Khao yang juga sedang membuka sabuk pengamannya menggeleng. "Tidak." Pikirannya langsung terlintas pada penyiar yang menjadi idolanya. Dia tidak mengerti soal pekerjaan penyiar dan stasiun radio seperti ini, tapi dia berpikir mungkin penyiar itu bekerja di sini. Jika sampai Khao bertemu dengannya, dia akan sangat berterimakasih pada First karena telah mengajaknya pergi ke sini.

"Ayo." First membuka pintu mobil dan mengajaknya turun. Khao mengangguk dan mengikut First.

Tidak banyak pekerja di hari Sabtu, di sana Khao hanya melihat beberapa orang saja. Jujur saja Khao malu, ini pertama kalinya dia berkunjung ke sini. Dia malu ketika rekan First menyapanya.

Salah satu pria berjas mendekati mereka berdua. "Wahh, First, siapa ini? Pacarmu?" Tanya pria itu.

First tersenyum memandang Khao kemudian pria itu. "Ini Khao adikku, tidak apa kan aku mengajaknya?" Kemudian Khao memberi salam padanya.

Pria itu mengangguk. "Tentu saja, bukan hanya kau yang mengajak orang lain ke sini."

Hati Khao merasa sedikit teriris ketika First selalu menganggapnya sebagai adiknya. Dia tak yakin dengan hatinya sendiri, tapi dia sering berharap First menganggapnya lebih dari itu walau menurutnya itu mustahil.

•••

First menitipkan tanda pengenalnya pada Khao, dia menerimanya tanpa melihatnya terlebih dahulu. Seorang wanita keluar dari ruang yang akan First masuki sekarang. Sepertinya wanita itu telah selesai melakukan siaran, ini giliran First.

"Masuklah," ajak First padanya.

Khao sedikit ragu, dia takut jika dia mengikutinya itu akan mengganggu. Khao juga masih penasaran apakah idolanya bekerja di sini atau tidak. "Aku takut menganggu, Kak."

First terkekeh. "Tidak. Ayolah, aku senang bila kau menemaniku di dalam."

Baiklah, dia juga tak mengenal seseorang di sini, tidak baik untuknya berkeliaran sendirian. Rasa penasarannya biarlah menjadi urusan belakangan seperti biasa.

Ini kali pertama dia berkunjung ke stasiun radio. Seperti ini rupanya seorang penyiar melakukan siaran saat sedang berbicara dalam radio. Di sana terdapat tempat duduk, Khao duduk di sana sembari memperhatikan bagaimana First melakukan siaran. Dia memperhatikan setiap inci ruangan dengan seksama, sepertinya dia tertarik untuk menjadi penyiar juga.

(Maap aku gak ngerti soal stasiun radio ini ngarang jadi kalo misalnya aneh mohon di maklumi 🙏)

Lagu selesai di putar. Ini saatnya First menyapa penggemar setia yang selalu mendengarkannya. Khao tersenyum melihat First bekerja, dia membayangkan itu adalah idolanya. Menurutnya, First terlihat sangat tampan di sini.

"Hay, bertemu lagi dengan Kay si dokter cinta."

Khao yang semula fokus pada layar ponselnya seketika menatap ke arah First dengan tatapan terkejut. Dia buru buru melihat tanda pengenal milik First yang dititipkan padanya tadi, takut takut jika dia salah dengar tadi.

Demi apapun Khao terkejut melihat tanda pengenal milik First, tertulis nama 'Kay' di sana. Ini tidak mungkin, apa penyiar idolanya itu adalah First. Sangat mustahil.

Khao dengan seksama mendengar suara First baik baik untuk memastikan jika apa yang baru saja dia dengar dan lihat itu benar. "Mustahil," Khao masih tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.

MILKSHAKE |FKWhere stories live. Discover now