"Sayang... Alora sibuk. Dia nggak sempet ngabarin kamu. Tenanglah jangan panik begitu."

Mendengar itu Mira sedikit lebih tenang. Ia memeluk suaminya untuk menyalurkan kegelisahannya sejak tadi. "Aku kira sudah terjadi sesuatu pada putri kita."

"Semua baik-baik aja. Alora mungkin pulang beberapa hari lagi, nggak akan lama," ucapnya.

Mira mengangguk tenang setelah Jovan berkata demikian. Sementara Jovan sibuk berdebat dengan pikirannya. Wajah remaja laki-laki tadi masih terbayang-bayang dan itu mengingatkannya pada seseorang.

Mata itu. Ia tidak mungkin salah mengenali mata itu.

Apa mungkin?

Malam itu... apakah peristiwa malam itu....?

Secepatnya Jovan harus mencari dia untuk mengetahui kebenaran dibalik ini.

"Kenapa diem aja?" Mira mendongak memandang wajah lesu suaminya.

"Uh... nggak aku cuma capek," kilahnya.

Wanita itu lantas menggandeng lengan suaminya ke lantai atas kamar mereka. "Lebih baik kamu mandi dulu setelah itu turun untuk makan malam."

Jovan hanya mengangguk. Kemudian Mira turun untuk menyiapkan makanan. Entah masih bisa dibilang makan malam atau tidak. Sebab sudah hampir jam sepuluh malam.

Mira memang belum makan karena menunggu Jovan dan Alora pulang. Tapi sekarang ia tidak perlu khawatir lagi karena putrinya sedang bekerja di sana.

Tentang sekolah Alora? Gampang saja. Jovan bisa mengatur itu semua. Tidak sekolah beberapa hari tidak akan membuat putrinya menjadi bodoh.

Alora itu sebenarnya siswi yang pintar hanya saja tertutupi oleh sifatnya yang urakan dan sering bermasalah dengan murid-murid. Maka dari itu guru-guru menganggap Alora murid nakal.

•••

"Abang kemana, Ma? Tumben dari kemaren aku gak liat dia." Renata menundukkan dirinya di depan kedua orang tuanya di ruang tamu.

"Reynald di rumah temen nya. Katanya ada urusan, dia nginep di sana," jawab Merlin seperti kata Reynald tadi.

"Tumben?" tanya Renata dengan alis terangkat.

"Papa, kapan aku sekolah di tempat Abang?" tiba-tiba saja Renata bertanya hal itu karena dia sudah tidak bisa menunggu lama lagi.

"Secepatnya sayang. Mungkin beberapa Minggu lagi. Papa sedang mengurus berkas-berkas untuk kepindahan kamu."

"Yeayy!! Sayang Papa." Renata memekik senang. Gadis itu kemudian berlari menuju kamarnya.

Chandrawana dan Merlin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya.

"Kakak sebentar lagi kita ketemu," ucap Renata menatap sebuah foto sepasang anak kecil di dalam figura itu.

"Kira-kira gimana reaksi kakak nanti pas liat aku?"

Renata bisa membayangkan wajah laki-laki yang ia panggil kakak itu tersenyum kepadanya. Senyuman yang sejak dulu tidak pernah berubah.

"Sekarang aku udah gede. Udah bisa sama kakak hehe." Raut bahagia tidak bisa disembunyikan oleh gadis itu.

Merindukan seseorang yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu memang sangat menyiksa.

Seseorang yang dahulu pernah menjanjikan sesuatu untuknya. Sekarang ia datang untuk menagih janji itu.

•••

Butuh banyak pertimbangan matang bagi Jovan untuk memberikan hukuman setimpal pada Reynald yang sudah berani-beraninya menculik Alora.

Obsesi AsmaraМесто, где живут истории. Откройте их для себя