BAB 3 PART 2: Beraksi

56 17 0
                                    

Kembali sesuai dengan yang direncanakan, Galuh menjawab, "Semuanya juga saling koordinasi kok. Tapi paling yang paling sering komunikasi sama aku atau Bintang ya pasti pengurus inti. Sekretaris dan bendahara. Kita bakal sering rapat bareng."

Akhirnya Qeela mengetahui posisi apa yang akan ia tempati. Sekretaris atau pun bendahara tak menjadi masalah untuknya. Perkara dia mampu atau tidak menjalankan tugas, itu bisa dia usahakan nantinya. Dengan bertemu Bintang setiap hari tentu membuat dia seribu kali lipat semangat menjalankan tugasnya di OSIS.

Tak mau terburu-buru menyanggupi menjadi sekretaris atau bendahara, Azqeela kembali melemparkan pertanyaan, "Aku cocok gak kak kalau jadi sekretaris atau bendahara?"

Tak mau mematahkan semangat Azqeela, tanpa ragu Galuh menjawab, "Cocok-cocok aja. Kalau kamu berminat, kamu bisa pilih jadi wakil sekretaris atau bendahara ya. Karena kalau sekretaris dan bendahara utama itu harus dari anak kelas sebelas."

Azqeela kembali menganggukkan kepalanya. "Oh gitu. Makasih ya kak, aku pikir-pikir dulu deh."

Memperpanjang obrolan dengan Galuh tak akan mendapatkan keuntungan apa-apa. Qeela merasa sudah puas dengan jawaban Galuh. Rencana selanjutnya, dia hanya tinggal membujuk Rassya agar bisa meyakinkan Galuh menempatkan dirinya menjadi wakil sekretaris atau bendahara.

Sebelum Azqeela berpamitan dan kembali mengucapkan terima kasih. Galuh berkata, "Ditunggu ya formulirnya. Kalau ada yang mau ditanya lagi, kamu WA aku aja. Minta nomornya ke Rassya ya! Aku tunggu kontribusi kamu di OSIS."

***

Arrassya dan Galuh baru berteman kurang lebih 2 tahun. Mereka dipertemukan dalam kelas yang sama saat menjadi siswa baru di SMA Siliwangi. Namun saat menginjak kelas sebelas, mereka harus terpisah karena mata pelajaran yang mereka kuasai berbeda. Sebagai siswa teladan, Galuh tentu menguasai IPA atau pun IPS. Namun dia lebih nyaman berkutat dengan angka-angka yang berderet dalam matematika dan fisika. Berbeda dengan Rassya. Dia memang tidak menonjol di keduanya, tapi setidaknya dengan memilih kelas IPS, ia tidak akan bertemu dengan rentetan tabel periodik yang selalu membuat dirinya remedial berulang kali.

Seperti memiliki radar, tanpa perlu membuat janji, Rassya dan Galuh seperti selalu ditemukan pada takdir yang sama. Tuhan seperti sengaja selalu mempertemukan mereka meski kini sudah tidak satu kelas lagi.

Begitu pula setelah bel pertanda pulang sekolah berbunyi, tanpa sengaja mereka berpapasan di koridor yang mengarah ke parkiran motor.

Tidak seperti persahabatan para siswi yang jika bertemu teman satu frekuensi sudah melambaikan tangan dari kejauhan. Berlari kegirangan menghampiri. Sambil menyapa, "Hai bestie!"

Rassya dan Galuh hanya saling melirik. Seperti ada magnet, mereka langsung berjalan seirama. Berdampingan.

"Tadi Qeela nyamperin gue ke kelas," kata Galuh memulai percakapan.

Belum sempat menjalankan permintaan Azqeela, Rassya sudah mendapatkan kabar bahwa Azqeela sudah memulai aksinya. "Tumben, ada apa?" tanya Rassya pura-pura tidak tahu.

Sebenarnya Rassya tidak heran jika Azqeela memulai start lebih awal. Dia sudah mengenal Azqeela sejak SMP. Rassya tahu persis bagaiman gadis itu ngotot jika sudah memiliki keinginan. Apalagi saat ini dia sedang kasmaran pada Bintang.

Sesuai dugaan, seolah Rassya bisa membaca pikiran Galuh. "Nanya soal OSIS. Katanya dia mau daftar, tapi bingung posisi apa."

Bukan Azqeela jika tidak memiliki seribu cara untuk mewujudkan keinginannya. Termasuk untuk mengetahui posisi apa yang tepat untuknya agar bisa mendapatkan perhatian Bintang. Rassya hanya menjawab santai, "Lo jawab apa?"

"Ya gue jawab sesuai sama kemampuan dia aja. Kayanya sih dia minat jadi pengurus inti, wakil sekretaris atau bendahara."

Melihat respons Galuh, Rassya merasa Galuh tidak keberatan jika Qeela menempati posisi itu. Dengan begitu, dia tidak usah capek-capek merayu temannya itu untuk memberikan posisi itu pada Azqeela. "Oh bagus deh. Lo mau nerima si Qeela jadi pengurus OSIS?"

Tepat sesuai dengan rencana, Galuh tidak ada alasan untuk menolak Azqeela. "Kemungkinan sangat besar gue terima sih. Lo tahu sendiri, kepengurusan sekarang didominasi sama fansnya si Bintang. Ya gue tahu Qeela juga salah satu fans si ketos kita itu, tapi setidaknya gue kenal sama si Qeela. Kalau dia aneh-aneh, 'kan lo pawangnya!"

Tidak perlu mengeluarkan energi lebih, Galuh dengan senang hati mempersilakan Azqeela menjadi pengurus OSIS. Meski Azqeela masih kelas sepuluh, tapi dia memang bukan anak yang tukang cari masalah. Azqeela masuk rangking 5 besar di semester ganjil. Berbagai ekstrakulikuler juga ia coba dan bahkan menjadi anggota yang aktif. Tidak ada track record buruk yang berurusan dengan guru BP. Memang tak ada alasan bagi Galuh untuk menolak Azqeela, apalagi Azqeela adalah sahabat dari Rassya, salah satu tim suksesnya saat pencalonan ketua OSIS.

Rassya berseru, "Pawang, emang gue penjinak anak buaya?"

Galuh terkekeh, "Iyalah, semua orang di sekolah ini tahu lo itu pawangnya si Qeela. Ingat 'kan kejadian waktu MOS?"

***

Bintang untuk Qeela (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now