BAB 3 PART 1: Beraksi

63 23 0
                                    

Mengejutkan, pendaftar pengurus OSIS jumlahnya di luar dugaan. Ruang OSIS begitu ramai dipadati para pendaftar. Meski mereka hanya mau mengambil formulir dan mengembalikan formulir jika Bintang sedang ada di ruang OSIS. Situasi seperti itu harus ditelan pahit oleh Galuh. Jika dia sendirian di ruang OSIS, hanya ada segelintir siswi yang menghampirinya. Itu pun dengan pertanyaan, "Kak Galuh, maaf aku mau nanya. Kak Bintang ke ruang OSIS jam berapa ya?"

Tak mau kalah dengan siswi lainnya, Azqeela terus mencari cara agar bisa mendapatkan posisi paling sempurna di kepengurusan OSIS. Hanya Galuh yang mampu menyelamatkan posisinya.

Saat jam istirahat, dia sengaja mencari Galuh ke kelasnya.

"Kenapa Qeel? Cari Rassya? Mungkin Rassya di Kantin," kata Galuh menghampiri Azqeela yang berdiri di depan pintu kelasnya.

Untuk pertama kalinya Azqeela merasa beruntung bersahabat dengan Rassya. Itu artinya dia juga bisa dengan mudah akrab dengan Galuh yang memiliki jabatan tinggi di OSIS.

"Aku gak cari Rassya kak. Aku ke sini emang mau ngobrol sama Kak Galuh," jawab Qeela.

Galuh sedikit kaget. Ini memang bukan pertama kalinya dia berbincang dengan Azqeela. Tapi tak biasanya Azqeela sampai harus menghampirinya ke kelas. "Oh gitu, ada apa? Lagi berantem sama Rassya?"

Lagi-lagi, Galuh masih menduga bahwa kehadiran Azqeela ada sangkut pautnya dengan Rassya.

Tak mau terpancing dengan memasang muka masam, Azqeela terus tersenyum menunjukkan sikap ramahnya. "Enggak kak, baik-baik aja kok sama Rassya."

"Aku kira lagi berantem. Ngobrolnya sambil duduk aja, yuk?"

Galuh mengajak Qeela duduk di bangku koridor depan kelasnya. Azqeela mengikuti dari belakang.

"Ada yang bisa dibantu Qeel?"

Mereka duduk berhadapan. Azqeela terus memikirkan kalimat apa yang tepat agar penyampaiannya tidak membuat Galuh tak nyaman. Tidak mungkin Qeela langsung to the point meminta posisi sempurna di OSIS.

Azqeela memulai pembicaraan dengan umpan basa-basi, "Jadi gini kak, aku udah ambil formulir pendaftaran pengurus OSIS. Tapi aku masih bingung tahapannya gimana."

Mata Galuh berbinar mendengar kabar bahwa Azqeela berminat menjadi pengurus OSIS. "Kamu daftar? Syukur deh. Aku harap kamu bisa mendukung program-program aku di OSIS ya Qeel!"

Respons Galuh yang antusias membuat Azqeela semakin yakin akan mendapatkan yang keinginannya. "Iya kak aku berminat. Pasti aku dukung terus Kak Galuh."

Tak mau kehilangan momentum, Galuh siap menjawab pertanyaan Azqeela. Dia tak bisa membayangkan jika semua pengurus OSIS adalah para fans fanatiknya Bintang. Mungkin dengan adanya Azqeela, dia bisa mendapatkan dukungan selama mengurus OSIS.

"Terus yang bikin kamu bingung apa?"

"Tahapannya gimana Kak?"

Sebenarnya Azqeela sudah paham mengenai tahapan seleksi pengurus OSIS. Semua sudah tercantum di mading, brosur, dan instagram resmi OSIS SMA Siliwangi. Namun jika bukan bertanya soal tahapan, lantas dia harus menanyakan perihal apa lagi?

Galuh menjelaskan, "Kamu kumpulkan formulirnya. Terus minggu depan kamu tinggal ikut tes seleksinya. Ada wawancara juga. Di wawancara sama aku, sama Bintang juga. Kalau dinyatakan lolos, nanti ada rangkaian acara lagi sebelum pelantikan."

Azqeela mengangguk, seolah mengerti penjelasan Galuh. Padahal ia tidak memperdulikan jawaban dari Galuh. "Oh gitu, tapi aku masih bingung ngisi formulirnya kak."

Muka polos Azqeela sama sekali tidak membuat Galuh curiga. Galuh merasa perbincangan ini layaknya adik kelas yang sedang bertanya pada kakak kelasnya saja. Galuh sama sekali tak menyadari ada maksud tertentu dari pertanyaan Qeela.

"Kenapa? Ada yang gak paham? Yang mana?" tanya Galuh.

"Aku bingung harus ngisi apa di kolom posisi yang diminati, Kak," jawab Qeela dengan nada rendah dan pelan.

"Oh itu, ya isi aja kamu minatnya di mana. Sesuaikan saja sama kemampuan kamu. Kamu merasa akan cocok di divisi apa. Tinggal centang aja salah satunya."

Galuh mulai terpancing pada umpan Azqeela. Sebentar lagi Azqeela akan mengetahui posisi apa yang paling sempurna untuknya agar bisa terus berdekatan dengan Bintang. "Aku gak tahu yang cocok apa kak. Tapi aku ingin memperlancar public speaking aku Kak. Aku pengen belajar dari Kak Galuh sama Kak Bintang. Kira-kira yang bakal sering komunikasi sama Kak Galuh dan Kak Bintang, posisi apa ya?"

Terus komat-kamit di dalam hati, hanya itu yang bisa Azqeela lakukan. Ia berharap Galuh tak menyadari kejanggalan dari pertanyaan itu.

Galuh terdiam sejenak, membuat Azqeela sedikit resah. Ia terus bertanya-tanya, apakah Galuh sedang memikirkan jawaban dari pertanyaannya, atau mungkin Galuh sudah meras aada udang di balik batu.

Bintang untuk Qeela (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now