BAB 1: Pemilihan Ketua OSIS

172 34 4
                                    

Siang itu, seluruh siswa SMA Siliwangi memenuhi aula. Lebih tepatnya dipenuhi oleh para siswi yang ramai berteriak, "Kak Bintang!" Lengkingan suaranya sampai terdengar ke sudut-sudut sekolah, tanpa terkecuali. Parkiran, kantin, sampai gudang yang tak terjamah pun ikut terganggu oleh teriakan yang didominasi oleh kaum hawa.

Pemilihan ketua OSIS ini bagai ajang pencarian bakat di televisi. Pepatah mengatakan bahwa yang good looking akan selalu menang, sepertinya ketentuan itu memang berlaku.

Berbeda dengan kaum hawa, kaum adam memilih memanfaatkan jam kosong dengan bermain basket, nongkrong di kantin, tidur di kelas, atau bermain game online. Siswa bercelana abu memilih cuek, seolah mengabaikan hari penting itu. Hampir satu bulan mereka begitu muak melihat tembok sekolah dipenuhi oleh foto salah satu calon ketua OSIS.

Bintang, calon terkuat dari kelas 11 IPS 3 memiliki paras yang tampan. Tak hanya tampan, dia hampir jago dalam seluruh cabang olahraga yang digandrungi perempuan. Tentu badannya terlihat atletis. Meski tidak pandai dalam akademik, namun nilai plus lainnya dia mahir bermain musik. Seperti namanya, dia adalah bintang di sekolah.

Calon nomor 2 adalah Galuh. Siswa teladan dari 11 IPA 1. Ia berhasil menyumbangkan selusin piala dalam berbagai bidang akademik. Meski tidak terlalu mendapat simpati dari sesama siswa, namun dia menjadi andalan para guru. Hampir semua guru berharap dia yang akan menjadi pemenangnya.

Harapan semua guru sepertinya akan pupus, terlihat dari papan voting yang menunjukkan bahwa poin Galuh tertinggal sangat jauh. Pembina OSIS yang ikut membuka satu per satu lembar suara sudah tidak semangat melihat poin Bintang yang sudah tidak mungkin dikejar Galuh.

Sesuai ekspektasi, si Bintang Sekolah yang menjadi Ketua OSIS tahun ini.

Galuh terlihat kecewa dengan hasilnya.

"Santai Bro! Dari awal gue udah bilang jangan terlalu berharap banyak sama pemilihan OSIS ini," sahut Rassya mencoba menenangkan temannya.

Galuh menoleh. Tersenyum tipis. "Iya gue tahu kalau muka gue b aja. Tapi kenapa harus si Bintang yang jadi Ketua OSIS? Mau dibawa ke mana acara tahunan sekolah kita?"

"Jadi wakil ketua OSIS juga 'kan terlibat di acara tahunan," jawab Rassya.

Teriakan fans si Bintang Sekolah semakin menjadi-jadi. Semua mata tertuju padanya. Bintang mulai menebarkan pesonanya dengan melambaikan tangan sembari melempar senyuman ke kanan ke kiri.

"Mari kita sambut, Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS SMA Siliwangi!" pinta Pak Surya, pembina OSIS.

Rassya melirik Galuh, memberi isyarat agar temannya segera naik ke atas podium. Menepuk pundak temannya itu, lalu berkata, "Tunjukin kalau lo gak kalah keren dari si Bintang!"

Galuh segera naik ke podium, tentu sudah ada Bintang disana yang begitu percaya diri menyapa fansnya.

"Selamat siang semuanya! Hari ini adalah hari yang sangat indah dan menyenangkan bagi saya. Karena saya terpilih menjadi Ketua OSIS SMA Siliwangi. Terima kasih untuk seluruh tim sukses yang mendukung. Tak lupa, terima kasih untuk kalian semua yang sudah memilih saya. Saya berjanji akan membuat acara tahunan kita sangat meriah dan spektakuler!"

Pidato pertama Bintang sebagai Ketua OSIS disambut penuh antusias. Seluruh pendukungnya bersorak merayakan kemenangannya.

Kini tiba bagian Galuh yang mengucapkan sepatah atau dua patah kata sebagai wakil ketua OSIS. "Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa, selain menjanjikan bahwa saya akan berusaha dengan keras untuk menjalankan setiap program kerja OSIS tahun ini. Saya minta dukungan dan doanya dari kalian semua."

Hening, tak ada yang menggubris.

Beberapa detik kemudian kembali ramai dengan teriakan, "Kak Bintang!!!!"

***

Para siswa kembali ke kelas masing-masing, bersiap melanjutkan pelajaran. Sepanjang koridor terus membicarakan kemenangan Bintang. Bintang benar-benar berhasil menjadi idola.

Tak sengaja, Rassya berpapasan dengan Azqeela. Senyum sumringah atas kemenangan Bintang menghiasi bibir mungil gadis manis itu.

"Rassya?" sapa Qeela.

"Eh Qeel, kenapa?" tanya Rassya.

Azqeela menarik tangan Rassya. Mengajaknya untuk menepi ke salah satu tiang koridor.

"Lo kalah taruhan sama gue. Kak Bintang yang jadi ketua OSIS tahun ini. Bukan temen lo yang cupu itu!" ledek Qeela.

"Ya kita liat aja, sejauh mana si Bintang mampu bawa nama baik sekolah kita," timpal Rassya dengan ketus.

Qeela tak peduli dengan tanggapan sinis Rassya. Yang dia pikirkan saat ini adalah dua kemenangan yang berhasil membuat harinya begitu sempurna. Kemenangan Kak Bintang dan kemenangan atas taruhannya. "Karena lo kalah taruhan, lo harus kabulin permintaan gue! Janji ya?"

"Emangnya apa?" tanya Rassya santai sambil bersandar ke tembok.

Azqeela bangkit dari duduknya. Rassya terus memperhatikan, menunggu permintaan dari sahabatnya itu.

"Nanti aja deh pulang sekolah. Bye Rassya!"

Azqeela pergi begitu saja. Melambaikan tangannya. Berjalan ke arah kelasnya dengan senyuman yang nyaris tak mau berhenti. Sedangkan Rassya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol sahabat kecilnya itu.

***

Kisah ini bukan tentang si Bintang Sekolah. Bukan pula tentang Galuh yang baru menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Tapi kisah ini tentang persahabatan antara Arrassya dan Azqeela. Dan kisah ini baru saja akan dimulai..........

Bintang untuk Qeela (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now