CHAPTER 7

84 10 11
                                    

Sudah berjam-jam berlalu, siang itu Zea ditemani Bilqis di dalam kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah berjam-jam berlalu, siang itu Zea ditemani Bilqis di dalam kamarnya. Kehadiran Bilqis pun membuat Zea, sejenak dapat membunuh waktu suntuknya yang hanya bisa berdiam diri di dalam kamar.

Langit siang itu terlihat lebih muram, awan-awan gelap sudah menampakan dirinya di atas langit. Diikuti dengan angin yang ikut berhembus kencang, menerobos masuk kedalam kamar yang ditempati oleh Zea. Membuat udara disekitarnya terasa lebih dingin di siang itu. Terlihat juga, Bilqis yang sudah tertidur dengan pulas di atas ranjang kamar Zea. Dengan ditemani boneka kucing yang Bilqis bawa sebelumnya, sedang ia peluk dengan erat boneka kesayangannya itu. Terlelap kedalam mimpi pada siang hari di atas kasur Zea. Sedangkan Zea masih berada di samping dari ranjangnya, dan masih terduduk diatas kursi rodanya. Sambil terus menatap wajah cantik dari Bilqis yang sedang tertidur. Zea membiarkan Bilqis tertidur siang itu, tanpa berniat untuk mengusik atau membangunkannya.

Sementara, dibenak Zea, terngiang kembali akan tulisan-tulisan yang dibuat oleh Ghina. Membayangkan setiap kalimat demi kalimat yang terkandung di dalam tulisannya itu dan juga beberapa orang di dalam foto tersebut. Tatapannya terus memandang arah luar dari jendelanya, melihat tepat kearah pendopo di sebrang sana. Yah, karena dari kamarnya tersebut Zea dapat melihat dengan jelas bangunan pendopo itu. Ia kembali mengingat sosok gadis yang pernah ia lihat di dalam bangungan tersebut ketika ia sedang berada di dimensi lain, dengan kondisi yang sangat mengenaskan waktu itu.

Hujan pun perlahan mulai turun, dan dalam persekian detik hujannya menjadi sangat deras. Membuat saweran demi saweran dari air hujan mulai masuk melalui jendela kamarnya yang sedang terbuka. Lantas Zea segera bergegas untuk menutup jendela kamarnya itu, ketika melihat lantai kamarnya mulai basah akibat saweran air hujan. Ia menarik pengait jendelanya lalu menutup dan menguncinya. Walau cukup kesulitan Zea melakukannya, karena ia harus berdiri agar dapat meraih pengait dari jendelanya tersebut.

Posisinya tidak berpindah setelah Zea menutup jendela tadi. Ia masih berada di dekat jendela kamarnya, Ia juga kembali terhanyut kedalam pikirannya, pandangannya pun tetap melihat ke arah pendopo diluar sana, tanpa berpaling ke arah lain. Lamunanya terasa seakan menghentikan waktu sesaat disekitarnya. Suasana saat itu juga terasa semakin dingin, namun tidak terlalu dingin seperti sebelumnya setelah jendela kamar itu sudah ditutup. Membuat Bilqis yang terlihat sedang tertidur, semakin terhanyut dalam lelap tidurnya akibat rasa sejuk pada siang itu. Hujan diluar semakin terlihat sangat deras, dan mulai terdengar gemuruh kilat di sela-sela dari hujan yang sedang berlangsung hari itu.

Namun Zea masih saja membayangkan, akan kondisi yang di alami Ghina. Cara bagaimana ia dapat menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang ia dapat, dan cara bagaiman ia untuk membantu mengusut semua hal yang telah dialami oleh Ghina.

Ketika Zea tengah melamun di siang itu. Setelah beberapa menit kemudian, pintu kamarnya kembali terbuka dan menampakan Lia dan Anna di balik pintu tersebut. Seketika lamunan Zea terbuyarkan ketika mendengar suara pintunya terbuka dan suara riang dari Lia yang mulai memasuki kamarnya.

THE LOST (HIATUS)Where stories live. Discover now